Advertisement

Kecam Pemerasan Tarif, BRICS Bakal Lakukan Perlawanan

Newswire
Selasa, 09 September 2025 - 15:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Kecam Pemerasan Tarif, BRICS Bakal Lakukan Perlawanan Menlu Rusia Sergey Lavrov, Presiden UAE Sheikh Mohamed bid Zayed al-Nahyan, Presiden RI Prabowo Subianto, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, PM India Narendra Modi, PM China Li Qiang, PM Etiopia Abiy Ahmed, PM Mesir Mostafa Madbouly dan Menlu Iran Abbas Araghchi berfoto bersama dalam KTT BRICS di Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025). ANTARA FOTO/HO/Biro Pers-Muchlis jr/wpa/foc - aa.

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA—BRICS mengecam "pemerasan tarif yang tak bisa dibenarkan dan ilegal" yang dilakukan Amerika Serikat hingga memakan korban negara-negara anggotanya.

Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dalam rapat virtual BRICS mengatakan negara-negara anggota BRICS telah menjadi korban praktik perdagangan yang tak dapat dibenarkan dan ilegal. "Pemerasan via tarif seperti diwajarkan sebagai alat menaklukkan pasar dan mengintervensi urusan dalam negeri," kata Lula, tanpa menyebut Amerika Serikat dikutip Selasa (9/9/2025)

Advertisement

BACA JUGA: Presiden Venezuela Siap Lawan Trump Jika AS Menyerang Negaranya

Pertemuan daring yang diketuai oleh Brasil tersebut dihadiri oleh para pemimpin China, Mesir, Indonesia, Iran, Rusia, dan Afrika Selatan. Pangeran Mahkota Abu Dhabi Khaled bin Mohamed bin Zayed, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, dan Wakil Perdana Menteri Ethiopia Hadera Abera juga hadir dalam pertemuan itu.

Lula melanjutkan pernyataannya dengan menyatakan kekhawatiran bahwa "pemberlakuan langkah-langkah ekstra-teritorial mengancam institusi kita". "Sanksi sekunder membatasi kebebasan kita dalam memperkuat perdagangan dengan negara-negara bersahabat," kata Presiden Brasil.

Ia pun mengatakan bahwa integrasi perdagangan dan finansial antara anggota BRICS merupakan pilihan aman dalam memitigasi dampak proteksionisme.

Menurut Lula, BRICS saat ini mencakup 40 persen pendapatan domestik bruto (PDB) global, 26 persen perdagangan internasional, dan hampir 50 persen dari populasi global.

Negara-negara Global Selatan juga mampu mengajukan paradigma pembangunan yang berbeda dan mencegah terjadinya Perang Dingin yang baru, kata dia.

Sementara itu, Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa "hegemonisme, unilateralisme, dan proteksionisme jadi semakin marak saat ini".

"Perang dagang dan perang tarif oleh beberapa negara sangat mengganggu ekonomi dunia dan menggembosi hukum perdagangan internasional," kata Xi, tanpa menyebut AS atau Presiden Donald Trump.

Tarif AS terhadap India, Brasil, dan China telah menimbulkan gejolak di negara-negara dengan ekonomi yang berkembang tersebut.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga ikut serta dalam pertemuan tersebut. Namun, pernyataan pers resmi Kremlin hanya menyebutkan bahwa "isu kerja sama antara negara anggota BRICS dalam aspek perdagangan, ekonomi, finansial, investasi, dan sektor lainnya dibahas".

Dalam pertemuan yang sama, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengusulkan "front bersama BRICS melawan sanksi Barat". Menurut Presiden Iran, dinamika yang terjadi saat ini tak hanya mengancam kepentingan nasional negara-negara merdeka tapi juga "mengganggu kerja sama global serta membuat pembangunan berkelanjutan mustahil diwujudkan".

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Jadwal Layanan Perpanjangan SIM di Kulonprogo 13 September 2025

Jadwal Layanan Perpanjangan SIM di Kulonprogo 13 September 2025

Kulonprogo
| Sabtu, 13 September 2025, 02:47 WIB

Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot

Wisata
| Rabu, 10 September 2025, 18:22 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement