Advertisement
Kecam Pemerasan Tarif, BRICS Bakal Lakukan Perlawanan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—BRICS mengecam "pemerasan tarif yang tak bisa dibenarkan dan ilegal" yang dilakukan Amerika Serikat hingga memakan korban negara-negara anggotanya.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva dalam rapat virtual BRICS mengatakan negara-negara anggota BRICS telah menjadi korban praktik perdagangan yang tak dapat dibenarkan dan ilegal. "Pemerasan via tarif seperti diwajarkan sebagai alat menaklukkan pasar dan mengintervensi urusan dalam negeri," kata Lula, tanpa menyebut Amerika Serikat dikutip Selasa (9/9/2025)
Advertisement
BACA JUGA: Presiden Venezuela Siap Lawan Trump Jika AS Menyerang Negaranya
Pertemuan daring yang diketuai oleh Brasil tersebut dihadiri oleh para pemimpin China, Mesir, Indonesia, Iran, Rusia, dan Afrika Selatan. Pangeran Mahkota Abu Dhabi Khaled bin Mohamed bin Zayed, Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar, dan Wakil Perdana Menteri Ethiopia Hadera Abera juga hadir dalam pertemuan itu.
Lula melanjutkan pernyataannya dengan menyatakan kekhawatiran bahwa "pemberlakuan langkah-langkah ekstra-teritorial mengancam institusi kita". "Sanksi sekunder membatasi kebebasan kita dalam memperkuat perdagangan dengan negara-negara bersahabat," kata Presiden Brasil.
Ia pun mengatakan bahwa integrasi perdagangan dan finansial antara anggota BRICS merupakan pilihan aman dalam memitigasi dampak proteksionisme.
Menurut Lula, BRICS saat ini mencakup 40 persen pendapatan domestik bruto (PDB) global, 26 persen perdagangan internasional, dan hampir 50 persen dari populasi global.
Negara-negara Global Selatan juga mampu mengajukan paradigma pembangunan yang berbeda dan mencegah terjadinya Perang Dingin yang baru, kata dia.
Sementara itu, Presiden China Xi Jinping mengatakan bahwa "hegemonisme, unilateralisme, dan proteksionisme jadi semakin marak saat ini".
"Perang dagang dan perang tarif oleh beberapa negara sangat mengganggu ekonomi dunia dan menggembosi hukum perdagangan internasional," kata Xi, tanpa menyebut AS atau Presiden Donald Trump.
Tarif AS terhadap India, Brasil, dan China telah menimbulkan gejolak di negara-negara dengan ekonomi yang berkembang tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga ikut serta dalam pertemuan tersebut. Namun, pernyataan pers resmi Kremlin hanya menyebutkan bahwa "isu kerja sama antara negara anggota BRICS dalam aspek perdagangan, ekonomi, finansial, investasi, dan sektor lainnya dibahas".
Dalam pertemuan yang sama, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengusulkan "front bersama BRICS melawan sanksi Barat". Menurut Presiden Iran, dinamika yang terjadi saat ini tak hanya mengancam kepentingan nasional negara-negara merdeka tapi juga "mengganggu kerja sama global serta membuat pembangunan berkelanjutan mustahil diwujudkan".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BPOM Telusuri Temuan Mi Instan Mengandung Etilen Oksida di Taiwan
- Hore, Bansos Beras 10 Kg Dilanjutkan hingga Desember 2025
- Presiden Prabowo Temui Emir Qatar Setelah Israel Serang Doha
- PBB Ingatkan Tepi Barat Terancam Terbelah akibat Permukiman Israel
- BPBD Bali Sebut Hingga Pagi Ini Ada 19 Orang Meninggal Dunia
Advertisement
Jadwal Layanan Perpanjangan SIM di Kulonprogo 13 September 2025
Advertisement

Wisata Favorit di Asia Tenggara, dari Angkor Wat hingga Tanah Lot
Advertisement
Berita Populer
- Trump: Siapapun yang Menyerang AS Kami Buru dan Hancurkan
- Gaji PPPK Paruh Waktu 2025, Jakarta Tertinggi dan Jateng Terendah
- Agen Tenaga Kerja Asing Beri THR ke Pegawai Kemnaker Pakai Duit Korupsi
- Istri eks PM Nepal Masih Hidup dan Dirawat Intensif
- 46 Orang Tewas Akibat Serangan Udara dari Irael ke Wilayah Yaman
- Begini Ciri dari Terduga Pelaku Penembakan Charlie Kirk
- Peserta JKN Wajib Jalani Skrining Riwayat Kesehatan
Advertisement
Advertisement