Advertisement
1,4 Miliar Penduduk India Terancam Cuaca Panas Ekstrem

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Cuaca panas ektrem mengancam wilayah India. Cuaca ekstrem ini juga mengancam berjalannya pemilihan umum (Pemilu) nasional yang tengah berlangsung.
Namun, upaya perlindungan penduduk terhadap panas ekstrem yang diupayakan Pemerintah India sering kali tidak berjalan maksimal. Di Kolkata, pemerintah kota berencana memasang sebanyak 300 kabin berpendingin untuk meningkatkan perlindungan dari musim panas yang biasanya berlangsung dari bulan April hingga musim hujan pada Juni.
Advertisement
Namun, saat ini hanya ada beberapa yang beroperasi di kota berpenduduk 15 juta jiwa ini, dan beberapa unit AC di kabin telah dicopot atau tidak berfungsi, sehingga membuat para pengguna merasa kepanasan saat suhu bisa mencapai 40 derajat Celsius.
"Ini tidak berfungsi. Orang akan merasa kepanasan," ungkap Wali Kota Kolkata Firhad Hakim seperti dkutip Bloomberg, Kamis (16/5/2024).
BACA JUGA: Pemkot Jogja dan Pemkab Bantul Kerja Sama Pengolahan Sampah di Bawuran
Upaya-upaya di Kolkata dan di seluruh India untuk meningkatkan ketahanan terhadap panas yang ekstrem sering kali tidak dipahami dengan baik, meskipun jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai lebih dari 24.000 orang sejak tahun 1992.
Perencanaan yang tidak konsisten atau tidak lengkap, kurangnya dana, dan kegagalan untuk melakukan persiapan yang tepat waktu untuk melindungi populasi 1,4 miliar jiwa membuat masyarakat menjadi rentan karena periode suhu ekstrem menjadi lebih sering terjadi, durasi yang lebih lama, dan berdampak pada wilayah yang lebih luas di negara ini.
Kolkata, dengan iklimnya yang panas dan lembab serta kedekatannya dengan Teluk Benggala, sangat rentan terhadap suhu dan curah hujan yang ekstrem. Panel Antarpemerintah Perubahan Iklim (IPCC) menggolongkan Kolkata sebagai salah satu lokasi di dunia yang paling berisiko.
Peningkatan suhu global rata-rata sebesar 2C dapat berarti kota ini akan mengalami gelombang panas yang setara dengan rekor gelombang panas pada tahun 2015, menurut IPCC. Kelembapan yang tinggi dapat memperparah dampaknya, karena membatasi kemampuan tubuh manusia untuk mengatur suhunya.
Meskipun begitu, Kolkata masih belum memiliki strategi formal untuk menangani gelombang panas. Departemen Meteorologi India memperkirakan sejumlah wilayah di seluruh India akan mengalami 11 hari gelombang panas pada Mei 2024, jauh lebih lama dibandingkan dengan tiga hari pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun suhu maksimum dalam beberapa minggu terakhir telah menyentuh 47,2C di bagian timur negara ini.
Suhu panas ekstrem ini terjadi di tengah-tengah Pemilu nasional di mana suhu yang tinggi disebut-sebut sebagai salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya jumlah pemilih.
”Penanganan panas ekstrem telah gagal menjadi penangkal petir politik yang dapat menggerakkan pemerintah untuk bertindak," ujar Aditya Valiathan Pillai, salah satu penulis studi CPR dan partner di Sustainable Futures Collaborative.
Ia mengungkapkan pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi seringkali bergerak untuk membendung kritik terhadap kebijakan-kebijakannya, dan ada juga masalah data yang tidak dapat diandalkan.
"Ketika kematian terjadi, kita tidak yakin apakah hal tersebut secara langsung disebabkan oleh panas, atau apakah panas memperburuk kondisi yang sudah ada," kata Pillai.
Pada tahun 2022, data kementerian kesehatan mencatat 33 orang meninggal akibat gelombang panas. Adapun Biro Catatan Kejahatan Nasional melaporkan 730 kematian akibat sengatan panas.
BACA JUGA: Pemkot Jogja dan Pemkab Bantul Kerja Sama Pengolahan Sampah di Bawuran
Korban Meninggal Dunia
Sebanyak 9 orang telah meninggal akibat cuaca panas ekstrem tahun ini, menurut departemen meteorologi, meskipun angka tersebut kemungkinan besar jauh di bawah jumlah yang sebenarnya. Angka tersebut menyusul sekitar 110 korban jiwa selama gelombang panas yang parah pada bulan April dan Juni tahun lalu.
Di Rumah Sakit SSKM, salah satu rumah sakit tersibuk di Kolkata, sebuah ruang tunggu bulan lalu dipenuhi oleh orang-orang yang berteduh di bawah payung warna-warni dan mengerumuni dispenser air yang dioperasikan dengan koin untuk mengisi ulang botol-botol yang kosong.Antrean mengular dari sebuah kios yang dikelola oleh pemerintah yang menjual makan siang bersubsidi yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan, kentang rebus dan telur yang disajikan di atas piring kertas.
Profesor kedokteran S SSKM Niladri Sarkar mengatakan suhu yang tinggi dapat menyebabkan sengatan panas, ruam kulit, kram, hingga dan dehidrasi.
"Beberapa di antaranya dapat berakibat fatal jika tidak ditangani tepat waktu, terutama bagi orang-orang yang memiliki kondisi preeksisting,” ungkap Sarkar. (Sumber: Bisnis.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pembeli Beras SPHP Wajib Difoto, Ini Penjelasan dari Perum Bulog
- Sidang Korupsi Mbak Ita, Wakil Wali Kota Semarang Diperiksa
- Mantan CEO GoTo Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Chromebook
- Polisi Kerahkan 1.082 Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa di Sidang Hasto Kristiyanto
- Mulai 1 Juli 2026, Vietnam Larang Penggunaan Sepeda Motor Berbahan Bakar Fosil di Pusat Kota Hanoi
Advertisement
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tukin ASN DKI yang Telat di Hari Pertama Sekolah akan Dipotong
- Mulai 1 Juli 2026, Vietnam Larang Penggunaan Sepeda Motor Berbahan Bakar Fosil di Pusat Kota Hanoi
- Polisi Kerahkan 1.082 Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa di Sidang Hasto Kristiyanto
- Operasi Patuh 2025 Dimulai Hari Ini Hingga 27 Juli Mendatang, Berikut Jenis Pelanggaran dan Denda Tilangnya, Paling Tinggi Rp1 Juta
- Mensos Tegaskan Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat Sekitar 15 Hari
- Mantan CEO GoTo Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Chromebook
- Sidang Korupsi Mbak Ita, Wakil Wali Kota Semarang Diperiksa
Advertisement
Advertisement