Advertisement
Viral Eceng Gondok Tutupi Sungai, Ini Dampaknya

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Enceng gondok yang tumbuh subur dan membuat sungai nampak hijau sekilas terlihat indah. Namun ada dampak negatif di balik fenomena langka ini.
Sudah sejak akhir Oktober 2023 lalu, hamparan eceng gondok tumbuh subur di beberapa sungai di Indonesia, termasuk Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur. Ahli Ekologi dan Jenis Invasif, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Decky Indrawan Junaedi, mengatakan apabila tumbuhnya eceng gondok sampai menutupi permukaan sungai merupakan fenomena langka.
Advertisement
Terlebih, eceng gondok dengan nama latin eichhornia crassipes bukan tanaman asli Indonesia, namun dari Amerika Selatan. Tipe tumbuhan ini bisa tumbuh cepat dan dominan. Tumbuhan bersifat invasif tersebut berpotensi mengancam lingkungan di sekitarnya.
“Tidak biasa karena memang secara umum eceng gondok itu sebaran alamnya bukan di kita, bukan di Indonesia. Sebelumnya itu juga terjadi di Rawa Pening, bahkan sampai sekarang. Jadi memang kalau disebut normal, ini jelas tidak normal,” kata Decky, Senin (30/10).
BACA JUGA : Solo Kebanjiran, 15 Kelurahan dan 10.000 Jiwa Terdampak
Dalam jumlah populasi yang terjaga, eceng gondok sebenarnya bisa bermanfaat. Populasi terjaga dalam arti hanya ada satu atau dua eceng gondok di beberapa titik sungai. Eceng gondok bisa menjadi penyerap logam berat di sungai, sehingga membantu kejernihan air.
Namun dalam populasinya yang terlalu banyak, dampak negatif berupa menurunkan kandungan oksigen di dalam air. Sehingga ada ancaman bagi organisme yang ada di dalam sungai seperti ikan, udang, krustasea, serangga air, moluska, dan lain-lain.
Di samping itu, biomassa bisa menumpuk di sungai dan mengalami penuaan menjadi lapuk dan jatuh ke bagian bawah sungai. Akumulasi dari biomassa tersebut dalam jangka panjang bisa membuat pendangkalan sungai. Contoh ini terjadi di Rawa Pening sehingga menjadi isu nasional.
Butuh Peralatan Canggih
Setelah eceng gondok menumpuk, 500 relawan dari Koalisi Organisasi Lingkungan Untuk Bengawan Solo (Kolabs) membersihkan sungai dari serbuan eceng gondok di Bojonegoro, Minggu (29/10/2023). Pembersihan eceng gondok berlangsung dengan sistem manual, tanpa menggunakan alat khusus.
Salah satu relawan, Laily Agustina, mengatakan apabila jumlah relawan tidak sebanding dengan jutaan eceng gondok yang sudah kadung menutupi permukaan sungai Bengawan Solo. Setidaknya perlu bantuan alat yang lebih canggih untuk membersihkannya.
BACA JUGA : Kali Oya Gunungkidul Jadi Tempat Berburu Perhiasan saat Kemarau
Apalagi saat ini ketebalan eceng gondok sudah mencapai satu meter lebih. Dalam beberapa kondisi, perahu juga tidak bisa melintas. ‘’Total eceng gondok yang diangkut sebanyak sepuluh dumptruk dan tiga pikap. Namun kalau dilihat kondisinya dari atas setelah dibersihkan, sepertinya masih belum sebanding dengan populasinya yang banyak,” kata Laily, yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bojonegoro.
Gerakan ini, selain sebagai upaya membersihkan sungai, menjadi cara agar pemerintah semakin memperhatikan lingkungannya. Dalam pantauan terakhir, eceng gondok sudah tumbuh subur di sekitar 23 kilometer aliran Sungai Bengawan Solo. ‘’Pembersihan diikuti oleh 500 relawan, untuk itu kami tetap mengutamakan safety karena relawan tidak tahu persis medan di Bengawan,” kata Koordinator Aksi, Rizal Zubad Firdausi.
Penyebab Eceng Gondok Menutupi Bengawan Solo:
Eceng gondok terbawa arus dari hulu ke hilir.
Akhirnya sampai di Bengawan Solo.
Banyaknya makanan eceng gondok di sungai membuat populasinya semakin banyak hingga menyebabkan eutrofikasi, atau ledakan populasi.
Di samping itu, kurangnya ikan, udang, dan predator lain di dalam sungai membuat pertumbuhan semakin banyak. Predator biasanya memakan akar atau daun eceng gondok.
Makanan Eceng Gondok di Sungai:
Bahan organik atau bahan-bahan residu dari pupuk yang mengandung banyak nutrisi.
Makanan jenis ini banyak tersedia di sungai.
Menjadi tempat ideal untuk pertumbuhan eceng gondok.
Dampak Buruk Banyaknya Tanaman Eceng Gondok di Sungai:
Dalam populasi eceng gondok yang begitu banyak, bisa menyebabkan menurunnya kandungan oksigen di dalam air. Bisa mengancam organisme yang ada di dalam sungai seperti ikan, udang, krustasea, serangga air, moluska, dan lain-lain.
Biomassa yang menumpuk di sungai dan mengalami penuaan akan melapuk dan jatuh ke bagian bawah sungai. Akumulasi dari biomassa dalam jangka panjang bisa membuat pendangkalan sungai.
Manfaat Eceng Gondok di Sungai Apabila Jumlahnya Sedikit:
Jumlah yang hanya satu atau dua eceng gondok di satu titik sungai, bisa jadi dia penyerap logam berat. Membantu kejernihan air.
Tentang Eceng Gondok:
Berasal dari Amerika Selatan, khususnya Brazil.
Nama latin eichhornia crassipes.
Tumbuh di perairan air tawar seperti danau, kolam, rawa, dan sungai.
Anatomi eceng gondok berupa akar serabut, batang, daun, buah, dan bunga.
Batang eceng gondong panjangnya bisa lebih dari 50 cm.
Daun tunggal berwarna hijau, dengan permukaan yang licin.
Dapat berkembang biak dengan cepat.
Dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi lingkungan apapun, meski yang tercemar limbah kimia.
Sering dianggap gulma.
Meskipun memiliki daya tahan yang kuat, tumbuhan satu ini tidak tahan di wilayah perairan yang memiliki kadar garam tinggi.
Manfaat Eceng Gondok secara Umum:
Mengurangi pencemaran air.
Menjadi pakan ternak, pupuk kompos, dan bioenergi.
Menyerap timbal untuk kebutuhan nutrisi pertumbuhan.
Menjadi indikator suatu sungai tercemar atau tidak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tok! Bunga KPR Subsidi Tetap 5 Persen
- Kuasa Hukum Ungkap Banyak Kejanggalan Terkait Kasus Pembunuhan Kacab Bank
- Daftar Lengkap Menteri dan Wamen Baru di Kabinet Merah Putih Prabowo
- Reshuffle Kabinet Prabowo, Ini Daftar Menteri dan Pejabat Baru
- Farida Farichah, Aktivis NU Berusia 39 Tahun yang Jadi Wamenkop
Advertisement

Jadwal Bus Malioboro ke Parangtritis Kamis 18 September 2025
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Kementerian Raja Juli Peroleh Rp6,04 Triliun
- Menkeu Purbaya Ingatkan Anak Muda Jangan FOMO dengan Investasi
- Prediksi BMKG: Kota Besar Dilanda Hujan Hari Ini
- 2 Ruang Kelas Disiapkan untuk Sambut Wapres Gibran di Sentani
- 7 Tuntutan Demo Ojol Hari Ini, Hapus Multi Order hingga Copot Menhub
- Tiga Tersangka Korupsi Sritex Dilimpahkan ke Kejari Surakarta
- Kawal Demo Pengemudi Ojol, 6.118 Personel Gabungan Dikerahkan
Advertisement
Advertisement