Advertisement
APTI Beri Respons soal RUU Kesehatan Sejajarkan Tembakau dengan Narkotika

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan mengelompokkan hasil tembakau dengan narkotika. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) buka suara terkait dengan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan Pasal 154 ayat 3 yang mengelompokkan hasil tembakau dengan narkotika.
Pasal 154 ayat 3 RUU Kesehatan berbunyi, zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa: a. narkotika; b. psikotropika; c. minuman beralkohol; d. hasil tembakau; dan e. hasil pengolahan zat adiktif lainnya.
Advertisement
Ketua APTI Agus Parmuji menuturkan, pihaknya menolak dengan tegas Pasal 154 ayat 3 tersebut. Pasal tersebut dinilai berpotensi mematikan industri tembakau.
“Memang kami melihat sebuah paksaan yang dari regulasi digulirkan, ini bisa mematikan pertembakauan yang di dalamnya ada industri juga petani,” kata Agus Senin (15/5/2023).
Lebih lanjut, Agus menjelaskan, di luar pekerja industri tembakau, ada sebanyak 6,1 juta petani tembakau di Indonesia yang bergantung pada sektor pertembakauan dan nantinya dapat terancam dengan digulirkannya regulasi ini.
Terlebih selama ini, kata Agus, petani tembakau dalam negeri hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan industri tembakau dan tidak mengekspor tembakau ke luar negeri.
BACA JUGA: Kabar Baik, Kemenag Memperpanjang Pelunasan Biaya Haji
“Anggota kami itu 6,1 juta tersebar di seluruh Indonesia. Spesifik tembakau Indonesia ini tidak dimiliki oleh negara lain dan kami hanya memasok untuk produksi dalam negeri saja untuk memenuhi kebutuhan industri tembakau nasional. Makanya ketika industri dipukul, kami ikut hancur,” jelas Agus.
Selain berpotensi mematikan industri tembakau serta petani yang bergantung pada industri tersebut, menurutnya, pasal ini ambigu dan akan menimbulkan kesalahpahaman.
“Kami menolak dengan tegas Pasal 154 ayat 3 yang mengelompokan atau menyetarakan tembakau dengan narkoba, bisa menimbulkan asumsi-asumsi yang merugikan, makanya harus dipertimbangkan kembali ini,” tambah Agus.
Agus menyebut, Pasal 154 ayat 3 ini bisa menimbulkan asumsi pelarangan tembakau secara tegas lantaran disamakan dengan narkotika sebagai zat adiktif, atau justru sebaliknya, melegalkan narkotika karena dikelompokkan dengan tembakau.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian juga telah menyatakan sikap keberatan terhadap Pasal 154 RUU Kesehatan ini.
Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika menyebutkan, pihaknya telah melakukan koordinasi untuk mempertimbangkan kembali pengelompokan tembakau dengan narkotika dalam RUU Kesehatan tersebut.
Menurutnya, pengelompokan tembakau dengan narkotika sebagai zat adiktif dikhawatirkan akan menimbulkan kesalahpahaman publik dan menganggap tembakau sama atau setara dengan narkotika. “Kami memang sudah melakukan komunikasi, sudah mendiskusikan untuk mempertimbangkan kembali pengelompokan tersebut. Jadi memang sudah dalam proses agar tidak disalahmengertikan,” jelas Putu saat ditemui di kantor Kemenperin pada Rabu (10/5/2023). (Sumber: Bisnis.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Perbaikan Data Berguna dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia
- Erick Thohir Berkomitmen Jaga Wisata dan Spiritual Borobudur
- 3 Bocah SD di Trenggalek Tewas Tenggelam saat Berenang di Kolam Dewasa
- Khidmat, Ribuan Umat Buddha Ikuti Ritual Waisak di Candi Sewu Klaten
- Presiden Jokowi Ucapkan Selamat Waisak dan Puji Ritual Thudong
Advertisement

Bandara YIA Mulai Melayani Penerbangan Umroh Agustus 2023, Ini Maskapainya
Advertisement

Bukan Laut Mati, Ternyata Perairan Paling Asin di Bumi Ada di Kolam Ini
Advertisement
Berita Populer
- Pernah ke Yaman, Densus 88 Ringkus 3 Terduga Teroris
- Belasan Pendaki Tewas di Puncak Everest, Ini Penyebabnya...
- Lagi, Petinggi Twitter Hengkang dari Perusahaan
- Anggaran Infrastruktur Tahun Depan Rp477 T, Termasuk untuk IKN
- 3 Bocah SD di Trenggalek Tewas Tenggelam saat Berenang di Kolam Dewasa
- Pangandaran Diguncang Gempa M 4,6 Malam Ini
- Badan Intelejen Berbagai Negara Gelar Pertemuan Rahasia di Singapura
Advertisement
Advertisement