Advertisement
G7 dan Eropa Sepakat Batasi Harga Minyak Rusia
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Negara G7 dan Eropa menyepakati pembatasan harga baru ekspor produk minyak Rusia di tengah memanasnya perang Rusia versus Ukraina.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan harga yang disepakati berada di atas batas harga minyak mentah yang ditetapkan pada Desember 2022.
Advertisement
Negara G7, Eropa, dan Australia secara resmi menetapkan batas harga minyak Rusia pada US$100 per barel untuk produk yang diperdagangkan dengan harga premium untuk minyak mentah, terutama solar.
"Sementara harga US$45 per barel untuk produk yang diperdagangkan dengan harga diskon, seperti bahan bakar minyak dan NAFTA," ujar Janet Yellen dikutip dari Japan Times, Sabtu (4/1/2023).
Batas harga dan larangan Uni Eropa terhadap impor produk minyak Rusia yang juga mulai berlaku pada Minggu (5/1/2023)
Keputusan tersebut dilakukan untuk membatasi kemampuan Rusia untuk mendanai perangnya di Ukraina, yang dimulai hampir setahun lalu.
"Batas harga baru yang ditetapkan sekarang akan memainkan peran penting dalam kerja koalisi global kami untuk menurunkan kemampuan Rusia untuk menuntut perang ilegalnya," ujar Yellen.
Langkah tersebut mengikuti pelarangan G7 dan Eropa atas penggunaan asuransi, keuangan, dan perantara maritim yang dipasok Barat untuk minyak mentah Rusia yang berlayar di laut dengan harga di atas US$60 per barel.
Yellen mengatakan sanksi dan batasan harga memaksa Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memilih antara mendanai perang brutalnya atau menopang perekonomiannya yang mengalami kesulitan.
Neraca perdagangan Rusia dari minyak dan gas turun pada Januari 2023 anjlok ke level terendah sejak Agustus 2020. Penurunan tersebut merupakan salah satu imbas sanksi Barat terhadap Rusia.
Bulan ini, Rusia berencana untuk meningkatkan ekspor diesel dalam upaya untuk mengatasi embargo Uni Eropa, pembatasan harga dan kekurangan kapal tanker, menurut data dari pedagang dan Refinitiv.
Yellen mengatakan pasar energi global tetap dipasok dengan baik dan laporan publik menunjukkan bahwa importir minyak seperti China dan India menggunakan batas harga untuk "mendorong tawar-menawar yang tajam" pada minyak Rusia.
"Langkah-langkah itu mengganggu rantai pasokan militer Rusia dan "mempersulit Kremlin untuk melengkapi pasukannya dan melanjutkan invasi tanpa alasan ini," ujar Yellen.
Pada Februari tahun lalu, Putin memerintahkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus" di Ukraina untuk melindungi keamanan Rusia.
Perang Rusia vs Ukraina masih berlangsung hingga saat ini dan menimbulkan krisis multidimensi di seluruh dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Resmi! Pemerintah Tetapkan 27 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025, Ini Jadwalnya
- Gerindra Sebut Prabowo Mulai Panggil Calon Menteri pada Senin dan Selasa Ini
- Alasan Polda NTT Pecat Rudy Soik Setelah Mengungkap Penyelundupan BBM
- Industri Koran di California Meredup, Google Bakal Gelontorkan Rp1,7 Triliun
- Polisi Tangkap Mantan Caleg Sebarkan Video Asusila
Advertisement
Hujan Deras Angin Kencang: Joglo Warung Soto di Kalasan Ambruk, 3 Orang Terluka
Advertisement
Rekomendasi Tempat Wisata Paling Populer di Thailand, Cek Daftarnya
Advertisement
Berita Populer
- Siapa Bilang Menyenangkan? Berikut Dampak Negatif Bekerja secara WFH
- Gegara Pesawat Tak Berawak, Adik Kim Jong-un Ultimatum Korea Selatan
- PVMBG Imbau Warga Tidak Masuk Radius 2 Kilometer dari Gunung Raung
- PSSI Bantah Kabar Belum Layangkan Protes Resmi ke AFC
- Anies Baswedan Beri Kuliah Umum Tentang Demokrasi di Universitas Merdeka Madiun
- Gempa Guncang Papua dan Sulut Nyaris Bersamaan
- Kementerian PUPR: Pembangunan Istana Kepresidenan di IKN Jadi Karya Anak Bangsa
Advertisement
Advertisement