Advertisement

Sambut Bulan Suro, Kirab Budaya akan Digelar Menuju Candi Borobudur

Jumali
Kamis, 28 Juli 2022 - 18:47 WIB
Jumali
Sambut Bulan Suro, Kirab Budaya akan Digelar Menuju Candi Borobudur Wisatawan mengunjungi Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (14/1/2022). - Harian Jogja/Nina Atmasari

Advertisement

Harianjogja.com, MAGELANG — Komunitas Masyarakat Budaya Brayat Panangkaran Borobudur Kabupaten Magelang akan menggelar Kirab Budaya, pada Minggu (31/7/2022) malam.

Kirab Budaya itu berupa membentangkan kain sepanjang ratusan meter itu akan dimulai dari Jalan Medangkamulan menuju pelataran Candi Borobudur.

Advertisement

"Kirab Budaya itu dengan membawa tumpeng, keris (Pusaka), kain putih dan lilin menuju pelataran Candi Borobudur," kata tokoh budaya Brayat Panangkaran Borobudur, Sucoro, dikutip dari laman resmi Pemkab Magelang, Kamis (28/7/2022).

Menurutnya, semua benda yang akan diarak itu memiliki nilai makna luhur, seperti tumpeng merupakan kependekan dari tumapaking penguripan-tumindak lempeng tumuju Pangeran yang artinya sebagai simbol kepekaan dalam menapak perjalanan hidup yang lurus menuju kesempurnaan.

Sedangkan keris merupakan senjata yang mempunyai 'Ruh Spiritual' atau sering disebut sebagai 'Pamor'. Keris dihormati dan dianggap memiliki kekuatan yang magis.

"Kain putih diartikan sebagai lambang kesucian dan lilin simbol semangat dan penerangan jalan," jelas Sucoro.

Dijelaskan Sucoro, Bulan Suro banyak pihak mengartikan sebagai penyatuan. Perspektif Islam Jawa, kata Suro berasal dari kata Asyura dalam bahasa Arab yang berarti 10. Pola peringatan Tahun Baru Hijriah yang secara resmi dilakukan oleh masyarakat Jawa pada Pemerintahan Sultan Agung tersebut terus menjadi tradisi hingga sekarang.

Akulturasi budaya Jawa dan Islam yang telah menjadi tradisi tersebut menitikberatkan pada ketenteraman batin dan keselamatan jiwa. Oleh karenanya, pada malam Satu Suro biasanya selalu diselingi dengan pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya.

"Itu dengan tujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya," urainya.

Diungkapkan Sucoro, olah laku budaya Suran biasanya dilakukan menjelang atau setelah magrib tersebut juga sering dilakukan dengan mubeng beteng atau mengelilingi benteng keraton. Konsep mubeng beteng keraton tersebut sama dengan konsep pradaksina yaitu berjalan kaki searah jarum jam. Yang secara batin perjalanan tersebut bersifat menuju kesempurnaan hidup untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada. Eling di sini memiliki arti manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sementara waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.

Mahakarya Candi Borobudur, yang dibangun oleh Dinasti Raja Wangsa Syailendra pada abad ke-8 Masehi. Candi Borobudur terbukti menjadi karya agung, monumen persembahan suci umat manusia kepada Tuhannya. Inspirasi yang diperoleh melalui laku itu telah mewujudkan dirinya menjadi persembahan suci sebagai Pusaka, Pustaka dan Pujangga bagi peradaban manusia.

"Kami mencoba menerjemahkan pesan-pesan nenek moyang itu melalui kegiatan Budaya Peringatan 1 Suro bertema 'Mengembalikan Nilai Spiritual Borobudur Melalui Tradisi'" paparnya.

Sebagai puncak dari acara ini adalah Kenduri Budaya, dengan maksud untuk melestarikan dan mengembangkan potensi budaya lokal di daerah kawasan Borobudur dan sekitarnya sehingga menjadi sebuah pementasan yang apik. Meningkatkan jumlah kunjungan wisata kawasan Borobudur utamanya wisata malam hari.

"Menjadikan Ruwat Rawat Borobudur sebagai ruang komunikasi budaya yang diharapkan dapat mensinergikan seluruh komponen stakeholder wisata, travel wisata, pelaku wisata, budayawan lokal, nasional dan mancanegara, serta pemerintah," harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Sabtu 27 April 2024, Tiket Rp50 Ribu

Jogja
| Sabtu, 27 April 2024, 02:27 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement