Advertisement
WHO Desak Negara Kaya Setop Pesan Vaksin, Ini Alasannya...

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia mendesak negara-negara kaya untuk berhenti melakukan kesepakatan bilateral dengan produsen vaksin Covid-19 guna memberikan jatah bagi kelompok negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Hal itu perlu dilakukan karena negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah belum menerima pasokan vaksin Covid-19.
Advertisement
"Negara-negara kaya memiliki mayoritas pasokan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam komentar tegas tentang nasionalisme vaksin pada jumpa pers di Jenewa yang dilansir Channel News Asia.
"Tidak ada negara yang luar biasa dan harus memotong antrian dan memvaksinasi semua penduduk mereka sementara beberapa tetap tidak memiliki pasokan vaksin," tambahnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Indonesia Kembali Pecah Rekor karena Imbas Libur Akhir Tahun
Dia meminta negara dan produsen untuk berhenti membuat kesepakatan bilateral dan meminta mereka yang telah memesan kelebihan dosis untuk segera menyerahkannya ke fasilitas berbagi vaksin COVAX.
Sementara Tedros tidak menyebutkan nama negara, Uni Eropa mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan Pfizer dan BioNTech untuk 300 juta dosis tambahan vaksin Covid-19. Kesepakatan ini adalah sebuah langkah yang akan memberi UE hampir setengah dari produksi global perusahaan untuk tahun 2021.
Perebutan vaksin telah dipercepat karena banyak pemerintah berjuang untuk menjinakkan varian yang lebih menular yang diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan, yang mengancam sistem perawatan kesehatan yang tengah kewalahan.
Kepala keadaan darurat Mike Ryan menggemakan komentar dari Tedros, menekankan perlunya memberikan dosis kepada kelompok rentan dan petugas kesehatan garis depan terlebih dahulu, di mana pun mereka tinggal.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Jokowi Bilang Indonesia Masih Beruntung
"Apakah kita akan membiarkan orang-orang yang rentan dan orang-orang yang paling berisiko untuk jatuh sakit dan meninggal karena virus ini?" Dia bertanya.
Pejabat WHO juga mendesak produsen vaksin untuk menyediakan data secara real-time untuk mempercepat distribusinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Minta Rusia Akhiri Perang Ukraina dalam 50 Hari atau Kena Tarif 100 Persen
- Wakil Wali Kota Serang Kena Tilang Gegera Bonceng Anak Tanoa Helm
- Pembeli Beras SPHP Wajib Difoto, Ini Penjelasan dari Perum Bulog
- Sidang Korupsi Mbak Ita, Wakil Wali Kota Semarang Diperiksa
- Mantan CEO GoTo Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Chromebook
Advertisement

Ini Cara Cek Status Penerima PIP 2025 di Pip.Kemendikdasmen.go.id
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Polisi Kerahkan 1.082 Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa di Sidang Hasto Kristiyanto
- Operasi Patuh 2025 Dimulai Hari Ini Hingga 27 Juli Mendatang, Berikut Jenis Pelanggaran dan Denda Tilangnya, Paling Tinggi Rp1 Juta
- Mensos Tegaskan Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat Sekitar 15 Hari
- Mantan CEO GoTo Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Chromebook
- Sidang Korupsi Mbak Ita, Wakil Wali Kota Semarang Diperiksa
- Pembeli Beras SPHP Wajib Difoto, Ini Penjelasan dari Perum Bulog
- Gugatan Terkait Aset 2 Bos Sritex Iwan Lukminto Bersaudara Ditolak Pengadilan
Advertisement
Advertisement