Advertisement
Ini Bedanya Vaksin Sinovac dengan Vaksin Merah Putih

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Pemerintah menempuh dua jalur dalam proses pengadaan vaksin Covid-19.
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, jalur pertama, jalur kerjasama dengan pihak luar negeri. Dalam kerjasama ini memang sempat muncul beberapa nama atau kandidat vaksin tetapi yang saat ini sudah memasuki uji klinis tahap ketiga adalah Sinovac yang berasal dari China.
Advertisement
Jalur kedua yakni vaksin Merah Putih sebagai vaksin yang dibuat dan dikembangkan oleh sejumlah institusi penelitian dan perguruan tinggi dalam negeri.
Menurutnya, pengembangan Vaksin Merah Putih harus dilakukan agar Indonesia tidak terlalu bergantung dengan vaksin dari luar negeri. Apalagi kebutuhan akan vaksin ini terbilang cukup besar yakni minimal 2/3 dari penduduk Indonesia harus divaksinasi agar terjadi kekebalan massal.
“Artinya akan ada 180 juta penduduk yang harus divaksin. Maka kita juga harus memiliki kemandirian vaksinasi melalui penyediaan Vaksin Merah Putih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia,” ujarnya dalam acara Susi Cek Ombak di Metro TV, Rabu (11/4/2020).
Vaksin Merah Putih sendiri dikembangkan dengan menggunakan platform seperti protein rekombinan, DNa, dan RNA. Sementara itu, Sinovac menggunakan platform inactivated virus atau virus yang dimatikan dalam pengembangan vaksinnya.
Selain itu, Vaksin Merah Putih dikembangkan menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia, berbeda dengan Sinovac yang menggunakan isolate virus dari Negara asalnya, China.
“Inactivated virus dari Sinovac memang bisa lebih cepat tapi tingkat keamanan saat melakukan penelitian lebih berisiko karena virus sungguhan yang digunakan. Kalau protein rekombinan waktunya lebih panjang tapi relatif lebih aman karena yang diambil protein yang ada fungsi memasukan virus ke tubuh,” terangnya.
Bambang menargetkan jika semua proses uji klinis dan registrasi berjalan lancar, maka Vaksin Merah Putih sudah tersedia pada triwulan ketiga atau triwulan keempat 2021 sehingga proses vaksinasi bisa mulai dilakukan.
“Semua vaksin harus melalui uji klinis dan itu tahap yang paling kritikal karena memang fokus kita pada safety. Bicara soal vaksin, yang penting adalah masalah keamanan jangan sampai menimbulkan efek kepada manusia. Uji klinis selesai dan izin sudah keluar maka baru bisa didistribusikan,” tuturnya.
Namun, sambungnya sebelum vaksin belum benar-benar ditemukan, masyarakat harus tetap disiplin dengan protokol kesehatan dan menerapkan 3M, menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Berwisata di Tengah Bediding Saat Udara Dingin, Ini Tips Agar Tetap Sehat
Advertisement
Berita Populer
- Wakil Wali Kota Serang Kena Tilang Gegera Bonceng Anak Tanoa Helm
- Trump Minta Rusia Akhiri Perang Ukraina dalam 50 Hari atau Kena Tarif 100 Persen
- Didampingi Hotman Paris, Nadiem Makarim Penuhi Panggilan Kejagung Terkait Korupsi Chromebook
- Rencana Pembangunan Rumah Subsidi Tipe 18/25 Dibatalkan, Ini Alasan dari Menteri PKP
- 27 Juli, Penerbangan Moskow-Pyongyang Dibuka
- Situasi di Gaza Mengerikan, Sekjen PBB Desak Akses Bantuan Masuk
- 11 Korban Kapal Karam di Selat Sipora Ditemukan Dalam Kondisi Selamat
Advertisement
Advertisement