Advertisement
Polusi Udara Naikkan Angka Kematian akibat Virus Corona

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Para ahli menyatakan kerusakan kesehatan yang ditimbulkan karena polusi udara cenderung menaikkan tingkat kematian akibat infeksi virus Corona (Covid-19).
Dikutip dari The Guardian, Selasa (17/3/2020) udara kotor diketahui telah menyebabkan kerusakan kesehatan pada organ paru-paru dan jantung, juga bertanggung jawab atas setidaknya 8 juta kematian dini dalam setahun.
Advertisement
Kerusakan kesehatan yang diakibatkan oleh polusi udara ini adalah infeksi pernapasan, sama seperti yang diserang oleh virus corona baru. Oleh sebab itu, ada kemungkinan penderita virus corona yang terpapar udara kotor memiliki dampak yang lebih serius.
“Pasien dengan penyakit paru-paru dan jantung kronis yang disebabkan atau diperburuk oleh paparan polusi udara jangka panjang, kurang mampu melawan infeksi paru-paru. Ini juga mungkin berlaku untuk Covid-19,” kata Sara De Matteis, anggota komite European Respiratory Society.
Hal ini diungkapkan bukan tanpa landasan. Ada bukti dari wabah virus corona sebelumnya, bahwa mereka yang terpapar udara kotor lebih berisiko meninggal. Para ilmuwan yang menganalisis wabah virus corona SARS di China pada 2003 lalu menyatakan hal tersebut.
Penelitian lainnya juga dilakukan terhadap virus corona MERS di Arab Saudi pada 2013, yang menunjukkan bahwa perokok tembakau lebih mungkin terkena penyakit ini dan lebih mungkin meninggal karena virus tersebut.
Adapun, penelitian awal pada virus corona baru atau Covid-19 menunjukkan bahwa perokok dan mantan perokok lebih rentan terhadap virus. Akan tetapi, satu perbedaan yang perlu diperhatikan adalah bahwa tingkat kematian Covid-19 lebih rendah dari pada SARS dan MERS.
“Mengingat apa yang kita ketahui sekarang [tentang Covid-19], sangat mungkin bahwa orang yang terpapar polusi udara dan merokok produk tembakau akan lebih buruk jika terinfeksi,” kata Aaron Bernstein, direktur pelaksana Harvard T.H. Chan School of Public Health.
Oleh sebab itu, Sascha Marschang, sekretaris jenderal dari European Public Health Alliance mengatakan setelah krisis virus corona berakhir, diperlukan langkah-langkah strategis untuk mengurangi udara kotor di berbagai wilayah.
“Setelah krisis ini berakhir, pembuat kebijakan harus mempercepat langkah-langkah untuk mengeluarkan kendaraan kotor dari jalanan. Ilmu pengetahuan memberitahu kita bahwa pandemi seperti Covid-19 akan terjadi dengan frekuensi yang semakin meningkat. Jadi membersihkan kualitas udara adalah investasi dasar untuk masa depan yang lebih sehat,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pembeli Beras SPHP Wajib Difoto, Ini Penjelasan dari Perum Bulog
- Sidang Korupsi Mbak Ita, Wakil Wali Kota Semarang Diperiksa
- Mantan CEO GoTo Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Chromebook
- Polisi Kerahkan 1.082 Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa di Sidang Hasto Kristiyanto
- Mulai 1 Juli 2026, Vietnam Larang Penggunaan Sepeda Motor Berbahan Bakar Fosil di Pusat Kota Hanoi
Advertisement

Jadwal KRl Jogja Solo Hari Ini Selasa 15 Juli 2025, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan, dan Maguwo
Advertisement
Tren Baru Libur Sekolah ke Jogja Mengarah ke Quality Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Tukin ASN DKI yang Telat di Hari Pertama Sekolah akan Dipotong
- Mulai 1 Juli 2026, Vietnam Larang Penggunaan Sepeda Motor Berbahan Bakar Fosil di Pusat Kota Hanoi
- Polisi Kerahkan 1.082 Personel Gabungan Amankan Aksi Unjuk Rasa di Sidang Hasto Kristiyanto
- Operasi Patuh 2025 Dimulai Hari Ini Hingga 27 Juli Mendatang, Berikut Jenis Pelanggaran dan Denda Tilangnya, Paling Tinggi Rp1 Juta
- Mensos Tegaskan Masa Orientasi Siswa Sekolah Rakyat Sekitar 15 Hari
- Mantan CEO GoTo Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Chromebook
- Sidang Korupsi Mbak Ita, Wakil Wali Kota Semarang Diperiksa
Advertisement
Advertisement