Advertisement
Perang Harga Minyak, Arab Saudi Kerek Produksi Besar-besaran

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Saudi Aramco, perusahaan minyak negara Arab Saudi, berjanji akan memasok produksi dengan rekor jumlah mencapai 12,3 juta barel per hari bulan depan. Langkah ini adalah upaya produksi besar-besaran untuk membanjiri pasar.
Jumlah itu meningkat lebih dari 25 persen dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Februari, Arab Saudi memproduksi minyak sekitar 9,7 juta barel per hari.
Advertisement
Peningkatan produksi ini menempatkan suplai Aramco di atas kapasitas maksimum yang berkelanjutan, sekaligus menunjukkan bahwa Saudi memanfaatkan inventaris strategisnya untuk membuang minyak mentah sebanyak mungkin dan secepat mungkin di pasar.
Langkah tersebut menjadi manuver terbaru yang diperkirakan akan menjadi perang harga panjang dan pahit antara Rusia dan Arab Saudi.
Pada Senin (9/3/2020), harga minyak acuan turun lebih dari 20 persen, penurunan satu hari terbesar sejak Perang Teluk pada tahun 1991, sehingga menciptakan pergolakan di pasar saham dan obligasi global.
Harga minyak, yang tengah memulih setelah anjlok pada Senin, seketika goyah pada perdagangan hari ini, Selasa (10/3/2020). Minyak mentah Brent diperdagangkan 5,9 persen lebih tinggi di level US$36,38 per barel pada pukul 09.34 waktu London.
Rusia tak tinggal diam. Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan negerinya memiliki kemampuan untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 barel per hari. Langkah ini akan membuat produksi negara itu berpotensi mencapai 11,8 juta barel per hari, sebuah rekor.
“Selamat datang di pasar bebas,” ujar Bob McNally, pendiri perusahaan konsultan Rapidan Energy Group dan mantan pejabat Gedung Putih, seperti dilansir dari Bloomberg.
“Dunia akan belajar dengan sangat cepat betapa pentingnya pergerakan produsen untuk stabilitas, tidak hanya untuk pasar minyak global tetapi ekonomi dan geopolitik yang lebih luas,” tambahnya.
Selama beberapa dekade, pasar minyak telah banyak mendapatkan pengaturan. Pertama oleh Amerika, yang menetapkan kuota produksi untuk perusahaan minyak mereka melalui Texas Railroad Commission pada pertengahan abad ke-20, dan kemudian oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Selama masa itu, Texas dan OPEC selanjutnya silih berganti meningkatkan produksi pada saat kelangkaan dan menguranginya pada saat permintaan rendah untuk menjaga harga stabil.
Dengan permintaan minyak yang turun dengan cepat karena dampak ekonomi dari wabah virus corona, kenaikan produksi Saudi, diikuti oleh potensi kenaikan dari Rusia, kemungkinan akan memaksa perusahaan-perusahaan minyak untuk menyimpan minyak mentah, ketimbang memprosesnya.
International Energy Agency (IEA) awal pekan ini mengatakan bahwa permintaan minyak global akan berkontraksi tahun ini untuk pertama kalinya sejak krisis keuangan global pada 2009.
Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya mulai khawatir tentang perang harga minyak antara dua negara minyak paling kuat di dunia itu.
Pada Senin (9/3/2020), Departemen Energi AS, dalam sebuah pernyataan yang jarang dikeluarkan, mengecam "upaya para pelaku negara untuk memanipulasi dan mengejutkan pasar minyak".
Di sisi lain, meskipun kedua belah pihak meningkatkan produksi dan perang kata-kata, Novak mengutarakan soal terbukanya pembicaraan di masa depan. Dia mengatakan negara-negara OPEC+ dapat bertemu pada Mei atau Juni mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Dosen FH Unissula Diskorsing Karena Diduga Jadi Pelaku Kekerasan
- Perpres No.79 Tahun 2025, Tidak Hanya Soal Kenaikan Gaji
- Viral Kepsek Roni Dicopot, Wali Kota Prabumulih Terancam Sanksi
- Pejabat BPJPH Diduga Lakukan KDRT, Begini Respons Komnas Perempuan
- Korban Hilang Banjir Bali Terus Dipantau Tim SAR
Advertisement

Hari Ini, Sedayu dan Kota Jogja Kena Giliran Mati Listrik
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Tiba di Indonesia, Sapi Impor Australia untuk Dukung MBG
- Fahri Hamzah Siap Patuhi Putusan MK Wamen Dilarang Rangkap Jabatan
- Pemerintah Jamin Pembangunan Perumahan Sosial Tanpa Penggusuran
- 65 Ribu Warga Gaza Meninggal Akibat Serangan Israel
- Prakiraan BMKG, Mayoritas Wilayah Indonesia Diguyur Hujan
- Ratusan Siswa di Garut Diduga Keracunan Makanan MBG
- Deretan Selebritas Dunia Galang Dana untuk Palestina
Advertisement
Advertisement