Advertisement
Dinkes Pastikan Keluarga Pengkonsumsi Daging Sapi Suspek Antraks Aman

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Kondisi sapi yang suspek antraks di Gunungkidul rupanya sempat dijualbelikan. Bahkan, sejumlah keluarga mengonsumsi daging tersebut. Namun berdasarkan penjelasan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY kondisi keluarga tersebut sampai saat ini masih baik.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembayun Setyaning Astutie mengatakan jika daging yang dibawa ke Kulonprogo tidak dijual ke warga hanya dikonsumsi oleh satu keluarga. Daging tersebut dikonsumsi oleh satu keluarga di Kulonprogo. Hal itu berdasarkan hasil penelusuran Dinkes.
Advertisement
"Tujuh orang dalam keluarga itu sehat semua. Mereka sudah diberi antibiotik. Nah yang di Kota Jogja, sudah kami lacak dan dagingnya belum diolah. Mudah-mudahan itu benar pengakuannya," katanya di sela-sela kegiatan HKP, Senin (27/5/2019).
Dia mengatakan jika satu keluarga di Kulonprogo, sudah diberikan antibiotik dan akan terus diawasi. Dia berharap selama masa 120 hari pemantauan, masa inkubasi, tidak ada kasus serupa (antraks). Menurutnya, gejala manusia terpapar bakteri antraks juga mengalami gejala umum seperti demam dan lainnya.
Hanya saja, untuk memastikan apakah penyebabnya bakteri antraks harus dilakukan pemeriksaan. "Sebelumnya kami sudah sosialisasi sejak ada kasus ternak mati itu. Yang jelas manusia tidak boleh kontak dengan ternak dalam keadaan luka," katanya.
Kasus tersebut, kata Pembayun, merupakan kasus yang masih diduga (suspek) terkontaminasi antraks. Masyarakat diharapkan tidak panik. Sebab penularan antraks bukan terjadi antara manusia dengan manusia, tetapi dari hewan ke manusia. "Pemeriksaan warga sudah kami lakukan. Manusia bisa terinfeksi kalau kontak dengan ternak yang diduga terkana antraks. Bisa saja sapi terinfeksi, tetapi belum tentu dengan manusia," katanya.
Kasus ini, katanya, bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat agar membeli daging dari lokasi yang sudah terdaftar. Dia juga menghimbau agar masyarakat tidak mengkonsumsi ternak yang mati. Apapun alasannya. "Harus periksa dulu ke RPH. Kami juga berharap konsumsi air yang matang. PHBS juga perlu diperhatikan," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sasongko mengatakan ternak yang diduga terpapar bakteri spora masih terus diteliti. Sebab meski ada tanda-tanda terpapar antraks, namun hasilnya masih belum bisa dipastikan. Meski begitu, ratusan sapi di Karangmojo sudah diberikan vaksinasi.
"Lokasi sudah kami lokalisir. Lahan yang kemarin untuk memotong dicor. Untuk mengurangi penyebaran bakteri, diberi formalin 10 persen," katanya.
Agar masyarakat tidak khawatir mengonsumsi daging sapi, dia meminta agar pemotongan sapi dilakukan di RPH. Alasannya, di RPH ada ada petugas untuk memeriksa sapi yang akan dipotong.
"Kalau daging yang dihasilkan dari RPH higenis. Ada cap teregister. Sebagian besar daging di DIY dari RPH Jogja dan Bantul. Tapi di Gunungkidul masih belum ada," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kementerian HAM Menjadi Penjamin Pelaku Persekusi Retret, DPR Bertanya Alasannya
- Kementerian Sosial Pastikan Pembangunan 100 Sekolah Rakyat Dimulai September 2025
- KPK akan Pelajari Dokumen Terkait Kunjungan Istri Menteri UMKM ke Eropa
- Donald Trump Ingin Gelar UFC di Gedung Putih
- Indonesia Siap Borong Alutsista dari AS
Advertisement

Jadwal KA Prameks Hari Ini, Minggu 6 Juli 2025, dari Stasiun Tugu Jogja hingga Kutoarjo Purworejo
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- 3 Event Balap Akan Digelar di Sirkuit Mandalika di Bulan Juli 2025
- 500 Ribu Orang Terdampak Aksi Mogok Petugas di Bandara Prancis
- 29 Penumpang KMP Tunu Pratama Jaya Masih Belum Ditemukan, SAR Lanjutkan Pencarian
- Gempa Jepang: Warga Panik dengan Ramalan Komik Manga, Pemerintah Setempat Bantah Ada Keterkaitan
- Kebakaran di California AS Meluas hingga 70.800 Hektare Lahan
- 1.469 Guru Siap Mengajar di 100 Sekolah Rakyat
- Hamas Sambut Baik Rencana Gencatan Senjata dengan Israel
Advertisement
Advertisement