Advertisement
Partai Sayap Kanan Ekstrem Kian Populer di Jepang

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Perpolitikan Jepang biasanya berjalan stabil dan cenderung membosankan. Namun kini kondisi tersebut berubah, dengan naiknya popularitas partai sayap kanan ekstrem.
Partai sayap kanan ekstrem yang dulu kurang dikenal, Sanseito, mendapat lonjakan suara signifikan dalam pemilihan anggota Majelis Tinggi di parlemen pada 20 Juli 2025. Dari hanya menduduki satu kursi pada Pemilu 2023, kini Sanseito berhasil menguasai 15 kursi.
Advertisement
Hasil tersebut membuat Sanseito menjadi pesaing serius dalam kancah perpolitikan Jepang.
Partai sayap kanan ini menggunakan slogan "Japanese First", terinspirasi dari "America First" yang digaungkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Bagi Partai Demokrat Liberal (LDP) yang hampir selalu menguasai parlemen, Sanseito menghadirkan kejutan.
Koalisi LDP, yang menguasai pemerintahan, kehilangan suara mayoritas di majelis tinggi parlemen Jepang. Tahun lalu, LDP juga kehilangan kendali di majelis rendah. Kondisi ini memunculkan kesulitan tersendiri bagi Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba, yang berasal dari LDP. Ada desakan dari internal partai agar Shigeru mengundurkan diri.
Meski Shigeru mencapai kesepakatan tarif dagang dengan Trump pada 23 Juli lalu, yang diyakini memberikan stabilitas yang sangat diperlukan perekonomian Jepang, kesepakatan itu tetap tidak dapat menghindarkan politik Jepang dari gejolak.
BACA JUGA: Polisi Sebut Tidak Ada Sidik Jari dan DNA Orang Lain di Kamar Diplomat Muda Asal Jogja
Jepang selama ini adalah salah satu negara demokrasi paling stabil di dunia. Hasil pemilu mereka jarang menghasilkan kejutan. Sejak Perang Dunia II, LDP hampir selalu mengendalikan pemerintahan. Partai ini tampak kebal terhadap populisme yang bermunculan di negara lain. Namun LDP kini menghadapi salah satu tantangan terberatnya dalam sejarah.
Pengagum Trump
Sanseito secara harfiah berarti berpartisipasi dalam politik. Partai ini dibentuk tahun 2020. Mereka menjadi terkenal berkat berbagai video YouTube yang menyebarkan teori konspirasi tentang vaksinasi Covid-19. Pendiri partai ini, Sohei Kamiya, merupakan mantan manajer sebuah jaringan swalayan dan bekas tentara. Dia menganggap Presiden Amerika, Donald Trump, sebagai inspirasi untuk gaya politiknya yang berani.
Sohei menarik perhatian warga Jepang di media sosial yang tidak puas dengan partai-partai konvensional. Dia mendapatkan mulai dukungan dengan narasi tentang invasi diam-diam imigran serta janji pemotongan pajak serta bantuan kesejahteraan.
Dan pada tahun 2022, Sohei adalah satu-satunya calon legislatif dari Partai Sanseito yang mendapat kursi majelis tinggi. Dalam sebuah video yang dirilis di kanal YouTube-nya, Sohei mengumbar narasi yang dia sebut sebagai 'negara dalam negara'. Dia membuat klaim, anggota militer, polisi, dan kelompok politik bekerja secara diam-diam untuk melindungi kepentingan tertentu, yang memerintah Jepang tanpa mandat rakyat.
"Ada negara di dalam negara di mana-mana," kata Sohei dalam video tersebut. "Seperti di media, bidang medis, bidang pertanian, dan Kasumigaseki [lembaga pemerintah]."
Sohei juga melontarkan beberapa pernyataan kontroversial selama kampanye, yang tersebar di media sosial. "Begitu siklus kampanye pemilu dimulai, setiap media dan forum daring membicarakan 'Sanseito'… dan pernyataan atau posisi kebijakan yang kontroversial," kata Rintaro Nishimura, analis di lembaga riset Asia Group.
Dari America First Menjadi Japan First
Popularitas Partai Sanseito dianggap dampak dari ketidakpuasan masyarakat Jepang pada pemerintahnya. Tidak sedikit anak muda Jepang muak dengan situasi negaranya. "Kami muak dengan situasi politik saat ini," kata seorang pemilih muda bernama Eriko Harada, di sebuah kampanye Partai Sanseito.
Seorang pemilih muda lainnya, Uta Kato, berkata, "Sederhana saja, alasan Sanseito mendapatkan begitu banyak dukungan adalah karena mereka berbicara atas nama kami."
Rasa frustrasi dan kemarahan para pemilih terasa nyata dalam kampanye politik, seperti halnya di lorong-lorong toko kelontong. Hal itulah yang turut mendorong banyak orang untuk mendukung partai dengan slogan "Japan First".
Namun ada hal lain yang juga berperan dalam kebangkitan Partai Sanseito. "Saya pikir publik dapat mengaitkan banyak hal ini dengan riak-riak yang datang dari Gedung Putih di AS, dari negeri yang menggaungkan Make America Great Again (Kembalikan Kejayaan Amerika)," kata peneliti sejarah Asia di Temple University, Tokyo, Jeff Kingston.
Jeff menyebut slogan itu merujuk pada gerakan yang digaungkan Donald Trump. "Trump memberdayakan hal-hal primordial dalam diri orang-orang di seluruh dunia," katanya.
Kesamaan Sanseito lain dengan Partai Republik AS serta gerakan dan partai sayap kanan lainnya di seluruh dunia adalah fokus mereka pada polemik imigrasi. Jepang secara historis memiliki tingkat imigrasi yang sangat rendah, meski angkanya terus meningkat belakangan ini. Jumlah imigran yang tinggal di Jepang pada Desember 2024 sekitar 3,77 juta jiwa.
Angka tersebut meningkat hampir 11% dari tahun sebelumnya dan merupakan rekor tertinggi baru. Populasi Jepang menua dengan cepat. Banyak yang berpendapat bahwa negara ini membutuhkan imigran untuk bekerja, membayar pajak, dan merawat jumlah lansia yang terus meningkat.
Namun, sekelompok warga Jepang tidak sepakat. "Jumlah imigran yang tidak mematuhi aturan semakin banyak," kata seorang pemilih muda, Uta Kato. "Di sisi lain beban yang ditanggung warga Jepang, termasuk pajak, semakin besar sehingga hidup semakin sulit."
Sanseito menyalahkan pemerintah yang dipegang LDP atas kebijakan yang telah mengizinkan lebih banyak orang asing masuk ke Jepang. "Kami tidak mempromosikan xenofobia," kata pendiri Partai Sanseito, Sohei Kamiya, Juni lalu. "Masyarakat Jepang merasa tidak nyaman dan tidak puas karena tidak ada aturan yang baku untuk menerima orang asing."
Dalam konferensi pers lainnya, Sohei mengatakan, "Banyak warga Jepang frustrasi karena terlalu banyak uang yang dihabiskan untuk jaminan sosial dan membiayai pendidikan orang asing."
Menteri Kesejahteraan Jepang, Takamaro Fukuoka, yang berasal dari Partai LDP, membantah tuduhan tersebut. Namun perkataan pendiri Partai Sanseito, Sohei Kamiya, tetap relevan bagi para pendukungnya. "Orang asing itu menakutkan. Saya khawatir mereka akan mengamuk," kata seorang simpatisan Sanseito yang berusia 54 tahun.
Ketika ditanya mengapa takut pada orang asing, dia bilang tidak mengalami kerugian langsung dari mereka. Adapun seorang ibu rumah tangga berusia 35 tahun yang menghadiri kampanye Sanseito bersama suami dan anaknya berkata, "Sanseito mengungkap hal-hal yang tidak dikatakan partai lain."
Walau begitu fokus partai sayap kanan ekstrem terhadap orang asing tidak hanya berlaku bagi orang yang ingin tinggal di Jepang. Sanseito memiliki target lain yaitu wisatawan.
Membludaknya Turis, Ditambah Perilaku Buruk
Ketidakstabilan ekonomi Jepang berdampak pada melemahnya kurs yen. Hal ini membuat banyak warga Jepang berhemat. Di sisi lain, situasi itu memungkinkan lebih banyak turis menikmati liburan di Jepang.
Jumlah wisatawan yang datang ke Jepang berlipat ganda. Organisasi Pariwisata Nasional menyebut hampir 37 juta turis berlibur ke Jepang pada tahun 2024. Angka ini merupakan rekor tertinggi. Sebagian besar turis berasal dari negara tetangga, seperti China dan Korea Selatan. Turis dari Indonesia menduduki peringkat ke-12 dalam daftar wisatawan di Jepang.
Sejumlah kelompok warga Jepang menilai turis kerap berperilaku tidak sopan, bahkan melanggar berbagai norma yang mengakar dan dibanggakan oleh masyarakat Jepang. November lalu, seorang turis Amerika berusia 65 tahun ditangkap karena dicurigai membuat grafiti di gerbang kayu Kuil Meiji Jingu di Tokyo.
Pada tahun lalu pula, warga kota Fujikawaguchiko mengungkapkan rasa frustrasi mereka terhadap para turis yang melanggar peraturan lalu lintas demi memotret Gunung Fuji.
Kota yang yang terletak di kaki gunung berapi itu sering menjadi basis para pendaki. Fujikawaguchiko juga terletak di tepi Danau Kawaguchi. Kawasan ini terkenal akan keindahannya yang memukau. Tapi akhirnya pihak berwenang memasang penghalang untuk menghalangi lanskap alam itu.
"Sangat disayangkan kami harus menutup pemandangan itu karena beberapa turis tidak bisa mematuhi aturan," kata seorang pejabat setempat.
Kazuhiko Iwama, 65 tahun, yang telah tinggal di kota itu seumur hidupnya, menceritakan polemik yang terjadi. "Turis menyeberang jalan dan mereka tampak tidak peduli dengan mobil sama sekali, itu berbahaya," katanya. "Mereka meninggalkan sampah dan puntung rokok di mana-mana."
BACA JUGA: Cek Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Rabu 30 Juli 2025
Bahkan setelah gunung itu tertutup, beberapa turis menemukan cara untuk berswafoto. Beberapa kejadian terekam dalam video dan diunggah daring.
Menyebarnya Informasi Palsu
Berbagai persoalan tadi memicu frustrasi yang menyebabkan banyak pemilih beralih ke Partai Sanseito. Namun beberapa kalangan menilai pencapaian Sanseito bergantung pada siasat kontroversial. Beberapa analis berpendapat, partai sayap kanan itu menyamakan perilaku buruk sebagian turis dengan masalah imigrasi, lalu menggabungkannya menjadi persoalan besar dari luar negeri.
"Partai ini menyebarkan informasi palsu tentang orang asing bahwa mereka menciptakan banyak kejahatan dan mengancam ketertiban umum," kata dosen di Kanda University of International Studies Jepang, Jeffrey Hall. "Mereka juga menyebar isu bahwa orang asing membeli properti di Jepang."
Beberapa hari sebelum pemungutan suara, pemerintah Jepang membahas persoalan itu dan membentuk satuan tugas untuk memerangi kejahatan dan perilaku tidak tertib oleh warga negara asing. Partai LDP juga menjanjikan program tidak orang asing ilegal di Jepang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Menteri Amran: Pemerintah Siapkan Operasi Pasar Besar-Besaran
- KPK Buka Peluang Panggil 4 Mantan Stafsus Nadiem Makarim
- Mantan Wali Kota Semarang, Mbak Ita Dituntut 6 Tahun Penjara
- Polisi Tangkap 11 WNA China yang Gunakan Sebuah Rumah di Cilandak Tempat Penyamaran Polisi Wuhan
- Pemerintah Siapkan Kurikulum Digital untuk Sekolah Rakyat
Advertisement
Jadwal SIM Keliling Ditlantas Polda DIY Kamis 31 Juli 2025 di Kantor Kalurahan Condongcatur
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jangan Salah Pilih, Inilah 5 Aplikasi Kripto yang Terdaftar di OJK
- Lengkap! Ini Penjelasan RSCM Terkait Hasil Autopsi Jenazah Diplomat Muda Asal Jogja
- Polisi Sebut Tidak Ada Sidik Jari dan DNA Orang Lain di Kamar Diplomat Muda Asal Jogja
- Partai Sayap Kanan Ekstrem Kian Populer di Jepang
- Jadi Korban Penipuan Penyedia MBG, Puluhan Orang Melapor ke Polisi
- Bertemu Ahmad Luthfi, Duta Besar Inggris Jajaki Investasi Pengolahan Sampah hingga Keamanan Siber
- Saksikan Penandatanganan MoU di Lampung, Menteri Nusron Ajak Tokoh Agama Kawal Sertifikasi Tanah Wakaf
Advertisement
Advertisement