Advertisement

Gencatan Senjata antara Thailand dengan Kamboja Disambut Pesimistis

Newswire
Sabtu, 26 Juli 2025 - 11:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Gencatan Senjata antara Thailand dengan Kamboja Disambut Pesimistis Warga mengungsi dari wilayah perbatasan Thailand-Kamboja di Provinsi Oddar Meanchey, Kamboja, Kamis (24/7/2025). Perdana Menteri Kamboja Hun Manet pada hari Kamis mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan percaya kepada pemerintah serta angkatan bersenjata di tengah bentrokan perbatasan dengan Thailand. ANTARA/Xinhua/Phal Lim - aa.

Advertisement

Harianjogja.com, THAILAND— Upaya mediasi dan gencatan senjata antara Thailand dengan Kamboja disambut pesimistis. Pasalnya, sejumlah isu penting dan masih berpotensi memicu konflik dalam hubungan kedua negara.

Associate Professor Hubungan Internasional dan HAM Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Khoo Ying Hooi mengatakan bahwa gencatan senjata cepat dalam konflik tersebut tampaknya tidak bisa segera terjadi, sementara de-eskalasi secara bertahap tampaknya lebih realistis.

Advertisement

BACA JUGA: Kejari Buru Saksi Kunci Kasus Korupsi Masjid Agung Madaniyah Karanganyar

Pada Jumat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura mengatakan bahwa Thailand siap menerima mediasi Malaysia dalam menyelesaikan konflik perbatasan dengan Kamboja.

"Mediasi dimungkinkan, terutama karena Malaysia saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN [Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara]. Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah merespons dengan cepat, menyatakan keprihatinan atas bentrokan tersebut dan menawarkan dukungan Malaysia untuk upaya de-eskalasi," kata Khoo.

"Namun, kita juga harus berhati-hati bahwa mediasi dapat disambut secara simbolis, tetapi isu-isu yang sensitif secara politik, terutama yang melibatkan harga diri dan kedaulatan nasional, seringkali dirahasiakan melalui jalur bilateral," imbuh dia.

Pada saat yang sama, Malaysia dan ASEAN masih dapat memainkan peran yang berarti, namun di balik layar "melalui diplomasi yang tenang," yang bertujuan untuk menurunkan ketegangan dan mendorong dialog, tambah profesor tersebut.

BACA JUGA: Makna di Balik Prosesi Jamasan Tombak Pusaka Kyai Agnyo Murni Milik Pemkab Bantul

"Gencatan senjata atau terobosan yang cepat memang tidak mungkin, tetapi de-eskalasi bertahap lebih realistis. Isu-isu mendasar, termasuk masalah historis, demarkasi perbatasan yang belum terselesaikan, dan meningkatnya nasionalisme, membutuhkan upaya diplomatik jangka panjang," katanya.

"Jadi, meskipun keterlibatan Malaysia merupakan langkah untuk menuju arah yang benar, kemajuan nyata akan bergantung pada kemauan politik yang berkelanjutan dari kedua belah pihak," kata dia lebih lanjut.

Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja meningkat menjadi konflik bersenjata pada 24 Juli. Banyak korban tewas dan luka-luka di kedua belah pihak, mencakup warga sipil.

Pada Jumat pagi, militer Thailand menyatakan bahwa pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja berlanjut dengan intensitas yang baru, dengan pihak Kamboja diduga kembali menggunakan sistem roket peluncur ganda BM-21 Grad untuk menyerang sasaran sipil jauh di dalam wilayah Thailand.

Sementara itu, pasukan Thailand merespons dengan tindakan balasan yang proporsional berdasarkan situasi taktis di lapangan, kata pihak militer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jokowi Ungkap Alasan Hadir di Reuni Fakultas Kehutanan UGM: Kalau Saya Tidak Datang, Ramai Lagi Nanti Isu Ijazahnya

Sleman
| Sabtu, 26 Juli 2025, 20:17 WIB

Advertisement

alt

Agenda Wisata di Jogja Pekan Ini, 26-31 Juli 2025, Bantul Creative Expo, Jogja International Kite Festival hingga Tour de Merapi 2025

Wisata
| Sabtu, 26 Juli 2025, 05:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement