Advertisement
Gencatan Senjata antara Thailand dengan Kamboja Disambut Pesimistis

Advertisement
Harianjogja.com, THAILAND— Upaya mediasi dan gencatan senjata antara Thailand dengan Kamboja disambut pesimistis. Pasalnya, sejumlah isu penting dan masih berpotensi memicu konflik dalam hubungan kedua negara.
Associate Professor Hubungan Internasional dan HAM Universitas Malaya, Kuala Lumpur, Khoo Ying Hooi mengatakan bahwa gencatan senjata cepat dalam konflik tersebut tampaknya tidak bisa segera terjadi, sementara de-eskalasi secara bertahap tampaknya lebih realistis.
Advertisement
BACA JUGA: Kejari Buru Saksi Kunci Kasus Korupsi Masjid Agung Madaniyah Karanganyar
Pada Jumat, juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand Nikorndej Balankura mengatakan bahwa Thailand siap menerima mediasi Malaysia dalam menyelesaikan konflik perbatasan dengan Kamboja.
"Mediasi dimungkinkan, terutama karena Malaysia saat ini menjabat sebagai Ketua ASEAN [Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara]. Perdana Menteri Anwar Ibrahim telah merespons dengan cepat, menyatakan keprihatinan atas bentrokan tersebut dan menawarkan dukungan Malaysia untuk upaya de-eskalasi," kata Khoo.
"Namun, kita juga harus berhati-hati bahwa mediasi dapat disambut secara simbolis, tetapi isu-isu yang sensitif secara politik, terutama yang melibatkan harga diri dan kedaulatan nasional, seringkali dirahasiakan melalui jalur bilateral," imbuh dia.
Pada saat yang sama, Malaysia dan ASEAN masih dapat memainkan peran yang berarti, namun di balik layar "melalui diplomasi yang tenang," yang bertujuan untuk menurunkan ketegangan dan mendorong dialog, tambah profesor tersebut.
BACA JUGA: Makna di Balik Prosesi Jamasan Tombak Pusaka Kyai Agnyo Murni Milik Pemkab Bantul
"Gencatan senjata atau terobosan yang cepat memang tidak mungkin, tetapi de-eskalasi bertahap lebih realistis. Isu-isu mendasar, termasuk masalah historis, demarkasi perbatasan yang belum terselesaikan, dan meningkatnya nasionalisme, membutuhkan upaya diplomatik jangka panjang," katanya.
"Jadi, meskipun keterlibatan Malaysia merupakan langkah untuk menuju arah yang benar, kemajuan nyata akan bergantung pada kemauan politik yang berkelanjutan dari kedua belah pihak," kata dia lebih lanjut.
Konflik perbatasan antara Thailand dan Kamboja meningkat menjadi konflik bersenjata pada 24 Juli. Banyak korban tewas dan luka-luka di kedua belah pihak, mencakup warga sipil.
Pada Jumat pagi, militer Thailand menyatakan bahwa pertempuran antara pasukan Thailand dan Kamboja berlanjut dengan intensitas yang baru, dengan pihak Kamboja diduga kembali menggunakan sistem roket peluncur ganda BM-21 Grad untuk menyerang sasaran sipil jauh di dalam wilayah Thailand.
Sementara itu, pasukan Thailand merespons dengan tindakan balasan yang proporsional berdasarkan situasi taktis di lapangan, kata pihak militer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cara Daftar dan Cek Pengumuman Hasil Seleksi PPG 2025
- Sejumlah PR Karding yang Dititipkan kepada Mukhtarudin Sebagai Menteri P2MI
- KPK Usut Dugaan Korupsi pada Pelayanan Publik Lain di Kemenaker
- Bahlil Kirim Tim ke Lokasi Tambang Freeport yang Longsor
- Kecam Pemerasan Tarif, BRICS Bakal Lakukan Perlawanan
Advertisement

Kisah Siswa SRMA Bantul Putus Sekolah Sebelum Diterima Sekolah Rakyat
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Sudah Tak Jabat Menteri, Sri Mulyani Minta Semua Pihak Hormati Ruang Pribadinya
- Israel Bayar Google Rp741,9 Miliar untuk Tutup Isu Kelaparan di Gaza
- KPK Lelang Barang Sitaan Koruptor, dari Pabrik sampai Gelang Giok
- Serikat Ojol Ketemu Pimpinan DPR Desak Prabowo Teken Perpres
- Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Satu Keluarga di Indramayu
- DPR Desak Prabowo Teken Perpres Soal Perlindungan Pekerja Transportasi Online
- Presiden Prabowo Panggil Airlangga, Bahlil hingga Raja Juli ke Istana
Advertisement
Advertisement