Advertisement
Ilmuwan Jepang Temukan Mikroplastik di Awan, Bahayakah?

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Mikroplastik terdeteksi berada di awan. Hal itu kemungkinan besar mempengaruhi iklim yang belum sepenuhnya dipahami.
Persoalan tersebut diungkap para peneliti di Jepang. Penelitian yang diterbitkan dalam Environmental Chemistry Letters menyebut bahwa para ilmuwan mendaki Gunung Fuji dan Gunung Oyama untuk mengumpulkan air dari kabut yang menyelimuti puncak gunung.
Advertisement
Melansir CNA, para ilmuwan itu menerapkan teknik pencitraan canggih pada sampel untuk menentukan sifat fisik dan kimianya.
Mereka mengidentifikasi sembilan jenis polimer berbeda dan satu jenis karet dalam mikroplastik di udara dengan ukuran berkisar antara 7,1 hingga 94,6 mikrometer. Setiap liter air awan mengandung antara 6,7 hingga 13,9 potong plastik.
BACA JUGA: Bibit Siklon Tropis 91W Bawa Peluang Hujan di Kota Besar, Termasuk di Jogja?
Lebih lanjut, banyaknya polimer “hidrofilik” atau yang menyukai air, menunjukkan bahwa partikel tersebut memainkan peran penting dalam pembentukan awan yang cepat dan juga sistem iklim.
Penulis utama Hiroshi Okochi dari Universitas Waseda memperingatkan bahwa jika isu polusi udara plastik tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologis dapat menjadi kenyataan.
“Jika tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologis dapat menjadi kenyataan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan tidak dapat diubah di masa depan,” katanya, Rabu (27/9/2023).
Dia mengatakan saat mikroplastik mencapai lapisan atas atmosfer dan terkena radiasi ultraviolet dari sinar matahari, mikroplastik akan terurai dan berkontribusi terhadap gas rumah kaca.
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastik di bawah 5 milimeter yang berasal dari limbah industri, tekstil, ban mobil sintetis, produk perawatan pribadi, dan masih banyak lagi.
Fragmen-fragmen kecil ini ditemukan di dalam tubuh ikan di dasar laut terdalam yang menutupi es laut Arktik dan menyelimuti salju di pegunungan Pyrenees antara Prancis dan Spanyol.
BACA JUGA: Awas! Gelombang Setinggi 4 Meter Diprediksi Melanda Perairan Selatan Kulonprogo
Meski begitu, mekanisme pengangkutannya masih belum jelas, dan penelitian mengenai pengangkutan mikroplastik melalui udara masih terbatas.
“Sepengetahuan kami, ini adalah laporan pertama mengenai mikroplastik di udara dalam air awan,” tulis para penulis dalam makalahnya.
Mikroplastik berhubungan dengan berbagai dampak bagi kesehatan jantung dan paru-paru, serta kanker, selain kerusakan lingkungan yang meluas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Pemkab Siapkan Lahan untuk Kampung Nelayan Merah Putih di Gunungkidul
Advertisement

Kebun Bunga Lor JEC Jadi Destinasi Wisata Baru di Banguntapan Bantul
Advertisement
Berita Populer
- Dampak Gempa Mag 4,5 Bekasi: 1 Bangunan Musala Roboh
- Usut Korupsi Kuota Haji Era Menag Yaqut, KPK Dalami Pansus DPR RI
- Terpidana Penyebaran Fitnah Silfester Matutina Tak Hadiri Sidang PK
- Kebakaran Sumur Minyak Blora Belum Dapat Dipadamkan
- Gunung Semeru Alami 4 Kali Erupsi Pagi Ini, Ketinggian Letusan 1 Kilometer
- Konflik Israel-Palestina, Menlu Jerman: Tujuan Kita Jelas Solusi Dua Negara
- Ada 13 Kali Gempa Susulan di Karawang-Bekasi Terkait Gempa Magnitudo 4,7
Advertisement
Advertisement