Advertisement
Ancaman Krisis Pangan Dunia, KADIN: Soal Ketahanan Pangan, Jangan Lupakan Petani

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA–Peran penting sektor pertanian dengan para petani sebagai tulang punggung tidak bisa diabaikan, menyusul ancaman krisis pangan di seluruh dunia.
Melalui mandat ASEAN Business Advisory Council (BAC), Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia mendorong negara-negara ASEAN menyikapi serius ancaman tersebut, dengan memberikan tempat istimewa dan strategis bagi peran petani.
Advertisement
BACA JUGA: Menteri Pertanian Mulai Memetakan Wilayah Terdampak El Nino
Ketua Umum KADIN Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan, salah satu isu krusial ASEAN ke depan adalah persoalan ketahanan pangan. Saat ini, harga-harga komoditas pangan di dunia naik signifikan, menyebabkan tekanan yang luar biasa terhadap kondisi ketahanan pangan dunia.
"Negara-negara terancam mengalami krisis pangan karena tidak mampu menjamin sumber pasokan pangan secara stabil," katanya melalui siaran pers yang diterima Harianjogja.com, Rabu (19/7/2023).
Kondisi tersebut, lanjut dia, tidak boleh terjadi di kawasan ASEAN. Karena itu, pihaknya mengajak negara-negara ASEAN untuk menjadikan ASEAN BAC 2023 sebagai momentum untuk mempererat kolaborasi yang inklusif dalam memitigasi kondisi rawan pangan di dunia.
“Kita tidak boleh melupakan petani. Para petani adalah bagian penting dari strategi ketahanan pangan di kawasan ASEAN. Mereka adalah pilar utama dalam memitigasi situasi rawan pangan. Strategi ketahanan pangan itu harus melibatkan mereka secara holistik,” ujar dia.
Ajakan dan penegasan tersebut disampaikan dalam lawatannya ke Thailand, salah satu lumbung pangan ASEAN dalam rangka ASEAN BAC 2023. Arsjad, yang juga adalah Ketua ASEAN BAC 2023, bersama rombongan KADIN Indonesia bertemu dengan sejumlah kalangan di Thailand, baik dari kalangan pemerintah Thailand maupun pelaku usaha dan industri negeri tersebut.
Isu prioritas ASEAN-BAC 2023, seperti transformasi digital dalam finansial, pembangunan berkelanjutan terkait ekosistem energi bersih seperti EV, penguatan infrastruktur kesehatan, penguatan investasi dan perdagangan intra-ASEAN, dan terutama terkait ketahanan pangan menjadi topik pembahasan pada kunjungan tersebut.
Arsjad menegaskan, Inclusive Closed Loop atau pendampingan melekat di sektor pertanian yang dicanangkan oleh KADIN Indonesia bakal diperluas cakupannya ke wilayah ASEAN. Petani sebagai pilar utama ketahanan pangan harus dibantu dengan inisiatif pendampingan kolaboratif, yang mengajak semua pihak untuk perduli terhadap kebutuhan dan kepentingan para petani.
Dengan inisiatif tersebut, perusahaan-perusahaan skala besar maupun menengah dapat membantu para petani melalui berbagai pendampingan untuk meningkatkan produktivitas, menjadi pembeli siaga terhadap hasil pertanian, memperluas akses terhadap pasar, dan mendapatkan pendanaan untuk modal kerja.
“Perusahaan-perusahaan Indonesia dan Thailand, juga dari negara ASEAN lainnya dapat bekerja sama agar para petani mendapatkan pendampingan yang memadai dan membantu para petani meningkatkan produktivitas sehingga mereka mampu memenuhi kebutuhan pangan di ASEAN,” katanya.
BACA JUGA: Keterbatasan Petani Mengakses Benih dan Pupuk Jadi Penyebab Kerentanan Pangan
Dia menambahkan, untuk konteks Indonesia, model pendampingan melekat sudah diterapkan KADIN Indonesia di berbagai daerah, di antaranya di Jawa Barat, Jawa Timur, Aceh, maupun di Pulau Bali. Dengan pendampingan yang intensif dari kolaborasi multipihak, baik pemerintah daerah, akademisi, perusahaan swasta, maupun KADIN daerah, para petani menikmati berbagai manfaat. Dimulai dari peningkatan produksi, penjualan, hingga pemasaran.
Selain menopang ketahanan pangan nasional, menstabilkan harga dan inflasi, para petani untuk menjadi sejahtera. Program Inclusive Closed Loop tersebut akan terus diperluas ke seluruh daerah, antara lain di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Kalimantan Tengah. Melalui program tersebut, Kadin Indonesia mendorong kolaborasi inklusif untuk mendukung kesejahteraan petani di seluruh Indonesia
“Saya baru saja berkeliling Indonesia untuk memantau peran KADIN dalam memberikan nilai tambah bagi daerah. Di Aceh, melalui program Konsorsium Bawang Merah, petani lokal dan ekonomi daerah mendapatkan nilai tambah yang luar biasa," katanya
Di Bali, dengan program Kelompok Tani Pola Organik, mereka telah menghadirkan model pertanian yang berkelanjutan. "Ini semua karena kolaborasi, mewujudkan ekonomi Pancasila, yang kita kenal sebagai gotong royong,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
- Pasangan Gay di Lamongan Dicokok Polisi Karena Bikin Konten Pornografi di FB-MiChat
Advertisement

Perekrutan Guru dan Tenaga Kependidikan Sekolah Rakyat Harus Sesuai Domisili
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Paket Makan Bergizi Gratis Selama Liburan Sekolah, dari Roti, Telur, hingga Buah
- Iran Kirim Surat ke PBB, Minta AS dan Israel Tanggung Jawab atas Agresi
- Donald Trump Sebut Iran Punya 4 Situs Nuklir Utama
- Polda Lampung Tindak 693 kendaraan ODOL
- Guru Ngaji di Jaksel Cabuli 10 Santri Perempuan, Begini Modusnya
- Satgas Pangan Panggil Produsen 212 Merek Beras Nakal Hari Ini
- Langgar Hukum Internasional, Indonesia Kecam Serangan ke Iran
Advertisement
Advertisement