Advertisement
Covid-19 Melonjak, Singapura Minta Karyawan Kerja di Rumah
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Di Singapura, jumlah kasus Covid-19 naik lain. Perusahaan hubungan masyarakat Tate Anzur, misalnya, memutuskan untuk menerapkan pengaturan ulang kesehatan untuk memutus rantai infeksi, setelah melihat peningkatan jumlah karyawan yang jatuh sakit, pada pekan lalu.
Selama sebulan terakhir, hampir separuh karyawannya, yakni 21 dari 50 orang telah mengambil cuti medis, setelah empat orang di antaranya dinyatakan positif Covid-19, seperti dilansir dari CNA, pada Selasa (18/4/2023).
Advertisement
Perusahaan berupaya meminimalkan waktu transit dan di kantor, dengan mendorong anggota staf untuk bekerja dari rumah hingga akhir April, alih-alih kembali ke kantor 2 hari dalam sepekan.
Pendiri perusahaan dan direktur pelaksana Yvonne Li mengatakan bahwa dengan kebijakan bekerja dari rumah, dia berharap memiliki tim yang sehat dan memberikan yang terbaik untuk pekerjaan.
“Kami berharap dengan perusahaan dan seluruh karyawan melakukannya, kami dapat memiliki tim yang sehat dan bersemangat untuk melakukan yang terbaik di tempat kerja terlepas dari meningkatnya jumlah kasus yang kita lihat saat ini,” katanya.
Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan bahwa Singapura telah berada di tengah gelombang Covid-19 selama sebulan terakhir, pada 14 April lalu. Singapura mengalami peningkatan kasus dengan infeksi harian meningkat dari sekitar 1.400 pada Maret menjadi sekitar 4.000 kasus sehari pada pekan kemarin.
Meski begitu, dia mencatat bahwa jumlah kasus Covid-19 di Singapura kini telah stabil atau bahkan mengalami penurunan.
Menurut situs web Kementerian Kesehatan (MOH) ada 16.018 kasus yang tercatat dalam sepekan antara 2 dan 8 April, sedikit lebih dari setengah angka pada pekan sebelumnya yaitu 28.410 kasus, pada Senin (17/4/2023).
Kementerian tersebut telah memperbarui angka infeksi Covid-19 setiap pekan di bawah fase endemik. Angka untuk 9 April dan seterusnya belum dipublikasikan.
Objek wisata Madame Tussauds Singapura, misalnya, rata-rata 2 hingga 4 anggota staf dari tim yang berhadapan dengan pelanggan mengambil cuti medis selama beberapa pekan terakhir.
Kepala Operasi komersial objek wisata itu Sylvia Tan menyatakan keheranannya karena kasus Covid-19 nihil, tetap banyak flu yang beredar.
“Anehnya, (kami memiliki) nol kasus Covid-19 dalam beberapa minggu terakhir, tetapi kami memiliki banyak flu biasa yang beredar. Tenaga kerja kami masih sangat sedikit sehingga kami cukup berhati-hati karena kami tidak mampu membiarkan separuh tim turun," lanjutnya.
Adapun di antara langkah-langkah yang diambil, objek wisata tersebut menyediakan alat tes Covid-19 di kantor bagi yang merasa tidak enak badan.
“Jika positif, mereka segera dipulangkan dan alat tes (akan) dikerahkan untuk menutup kontak dan area akan dibersihkan secara menyeluruh,” tambahnya.
Meski perusahaan tidak memerlukan sertifikat medis bagi yang dites positif, dia mengatakan karyawan harus mengirimkan video diri mereka yang sedang menjalani tes dan menunjukkan hasilnya.
Karyawan hanya diizinkan untuk kembali bekerja setelah 5 hari atau ketika telah dinyatakan oleh medis bahwa negatif Covid-19. Namun, tidak semua perusahaan memperketat aturan.
Minor Group, yang mengoperasikan 16 merek F&B termasuk Thai Express dan Poulet, mengatakan belum menerapkan tindakan pencegahan tambahan sejak Singapura menurunkan peringatan penyakitnya ke level terendah pada Februari lalu.
Ketua dan CEO grup Dellen Soh mengatakan bahwa karyawan juga tidak diharuskan memberitahu perusahaan jika sedang mengidap Covid-19.
“Kami biasanya mengambil petunjuk dari pemerintah tentang tindakan apa yang harus diterapkan, pembatasan yang diberlakukan, atau hal-hal yang perlu kami lakukan. Protokolnya sekarang, Covid-19 tidak perlu dilaporkan lagi, itu seperti flu biasa," kata Soh.
Sementara itu, Soh mengatakan bahwa perusahaan belum melihat lonjakan jumlah karyawan yang mengambil cuti sakit.
Dia mencatat bahwa orang mungkin merasa lebih mementingkan pekerjaan dan enggan mengambil cuti sakit, mengingat situasi ekonomi saat ini dan laporan penghematan di berbagai sektor.
“Banyak orang cenderung lebih serius mempertahankan pekerjaannya karena masa depan dalam satu atau dua tahun ke depan tidak akan cerah, jadi sangat tidak pasti,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Profil Eko Aryanto, Hakim yang Vonis Harvey Moeis 6,5 Tahun
- Cak Imin: Yang Miskin Jangan Khawatir, Semua Dapat Bantuan
- Selama 2024 Jutaan WNA Masuk ke Indonesia lewat Imigrasi Bandara
- Hakim Tipikor Jakarta: Tuntutan 12 Tahun Penjara Harvey Moeis Terlalu Berat, Harus Dikurangi
- Mahasiswa Universitas Jember Meninggal Dunia Setelah Terjatuh dari Lantai 8, Polisi dan Kampus Lakukan Penyelidikan
Advertisement
Tarif Parkir Dua Pantai di Gunungkidul Berbeda, Dishub: Perlu Ada Pembinaan Juru Parkir
Advertisement
Wisata Air Panorama Boyolali Jadi Favorit di Musim Libur Natal
Advertisement
Berita Populer
- 39 Penumpang Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines
- Cak Imin: Yang Miskin Jangan Khawatir, Semua Dapat Bantuan
- 17 Warga di Sukabumi Keracunan Seusai Santap Jamur
- Ini Tahapan Pengumuman Hasil Akhir CPNS 2024
- Badan Gizi Nasional Minta Warga Waspada Penipuan Oknum Melakukan Pengecekan Bakal Mitra di Daerah
- Profil Eko Aryanto, Hakim yang Vonis Harvey Moeis 6,5 Tahun
- Cak Imin Pastikan Tidak Ada Bansos Kompensasi Kenaikan PPN Jadi 12 Persen
Advertisement
Advertisement