Advertisement
WHO Laporkan Belum Ada Kasus Kematian Akibat Virus Omicron
Penumpang tiba di Bandara New Delhi, India - Indian Express
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Varian Omicron telah terdeteksi di setidaknya 38 negara tetapi belum ada kematian yang dilaporkan, Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Amerika Serikat dan Australia menjadi negara terbaru yang mengonfirmasi kasus varian yang ditularkan secara lokal, karena infeksi Omicron mendorong total kasus Afrika Selatan melewati 3 juta.
Advertisement
WHO telah memperingatkan bahwa perlu waktu berminggu-minggu untuk menentukan seberapa menular varian itu, apakah itu menyebabkan penyakit yang lebih parah dan seberapa efektif perawatan dan vaksin untuk melawannya.
“Kami akan mendapatkan jawaban yang dibutuhkan semua orang di luar sana,” kata direktur kedaruratan WHO, Michael Ryan dilansir dari Guardian.
WHO mengatakan mereka masih belum melihat laporan kematian terkait dengan Omicron, tetapi penyebaran varian baru telah menyebabkan peringatan bahwa itu dapat menyebabkan lebih dari setengah kasus Covid di Eropa dalam beberapa bulan ke depan.
Varian baru juga dapat memperlambat pemulihan ekonomi global, seperti yang terjadi pada Delta, kata kepala Dana Moneter Internasional, Kristalina Georgieva, pada hari Jumat.
"Bahkan sebelum kedatangan varian baru ini, kami khawatir bahwa pemulihan, sementara itu berlanjut, kehilangan momentum," katanya. “Varian baru yang mungkin menyebar sangat cepat dapat merusak kepercayaan diri.”
Sebuah studi pendahuluan oleh para peneliti di Afrika Selatan, tempat varian pertama kali dilaporkan pada 24 November, menunjukkan bahwa varian tersebut tiga kali lebih mungkin menyebabkan infeksi ulang dibandingkan dengan strain Delta atau Beta.
Munculnya Omicron adalah "bukti akhir" dari bahaya tingkat vaksinasi global yang tidak setara, kata kepala Palang Merah, Francesco Rocca.
“Komunitas ilmiah telah memperingatkan pada beberapa kesempatan tentang risiko varian yang sangat baru di tempat-tempat di mana tingkat vaksinasi sangat rendah,” katanya.
“Sulit dipercaya bahwa kita masih belum menyadari betapa kita saling berhubungan. Inilah mengapa saya menyebut varian Omicron sebagai bukti pamungkas.”
Ugur ahin, CEO BioNTech, yang membuat vaksin Covid dengan Pfizer, mengatakan perusahaan harus dapat mengadaptasi suntikan dengan relatif cepat. Dia mengatakan vaksin saat ini harus terus memberikan perlindungan terhadap penyakit parah, meskipun ada mutasi.
“Saya percaya pada prinsipnya pada titik waktu tertentu kita akan membutuhkan vaksin baru untuk melawan varian baru ini," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
Advertisement
Jelang Nataru, Pedagang Wisata Gunungkidul Diingatkan Tak Nuthuk
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Timnas Voli Putra Indonesia Bidik Juara Grup B SEA Games
- Bantul Kekurangan 153 Kepala Sekolah TK hingga SMP
- Lomba Lacak Sinyal ARDF Latih Kesiapsiagaan Bencana di Kulonprogo
- Polri Segera Umumkan Tersangka Bencana Banjir Sumatera Utara
- Jemaat Gereja St Albertus Agung Buat Altar dari Barang Bekas
- Rizki Juniansyah Rebut Emas SEA Games dan Pecahkan Rekor Dunia
- Guru Besar UGM Usul Sebagian Dana MBG Dialihkan ke Daerah Bencana
Advertisement
Advertisement




