Advertisement

Puncak Pandemi Covid-19 di Indonesia Diprediksi Juli-Agustus

Ni Luh Anggela
Kamis, 08 Juli 2021 - 20:27 WIB
Budi Cahyana
Puncak Pandemi Covid-19 di Indonesia Diprediksi Juli-Agustus Ilustrasi - Antara/Novrian Arbi

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Virus Corona varian Delta, yang pertama kali teridentifikasi di India menjadi virus terkuat dan tercepat yang pernah ada. Varian Delta memiliki angka reproduksi yang tinggi.
 
Menurut Dicky Budiman, epidemiolog sekaligus praktisi dan peneliti Global Health Security dan Pandemi pada Center for Environment and Population Health di Griffith University Australia, tanpa ada intervensi yang kuat, varian Delta akan mudah menginfeksi populasi di masyarakat, termasuk anak-anak.
 
Karena populasi di Indonesia yang besar dan juga pengendalian pandemi yang selama ini belum optimal, varian ini sudah tersebar di seluruh tempat di Indonesia.
 
“Saat ini yang kita alami adalah situasi kerika penyebaran dari virus ini sudah dalam double time, yang akhirnya membuat banyak kasus yang menimpa orang-orang yang rawan, dan itu akan membebani fasilitas kesehatan," kata Dicky Budiman.

Adapun puncak pandemi sendiri menurut dr Dicky, akan ditentukan oleh seberapa kuat intervensi dan strategi negara.

Advertisement

“Semakin kuat intervensi dan strategi, semakin cepat puncak itu terjadi. Semakin kuat intervensi dan strategi, semakin rendah puncak itu terjadi.” tegasnya.

Dicky mengatakan dengan intervensi dan strategi kuat, puncak pandemi diproyeksi terjadi paling cepat pertengahan Juli 2021. Namun, mengacu pada proyeksi yang ia buat, puncak diperkirakan berlangsung pada akhir Juli hingga pertengahan Agustus.
 
Skenario terburuk Covid-19 dapat mencapai 561.953 kasus di awal Agustus.  Ketika ditanya apakah kasus bisa mencapai satu juta dalam sehari, ia menegaskan hal tersebut bisa saja terjadi. Estimasi itu menurutnya tergantung dengan apa yang menjadi asumsinya. Dan selama asumsi itu ada dan benar,hal itu bisa saja terjadi karena Indonesia memiliki banyak penduduk.

“Jadi, kalau PPKM-nya tidak dilakukan optimal dan juga 3T (testing, tracing dan treatment) tidak optimal serta masyarakat abai, ya terjadi seperti itu,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 22:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement