Advertisement
Cegah Pencemaran, Usaha Laundry Didorong untuk Miliki Pengolahan Limbah
Pengolahan air limbah laundry. - Ist.
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Banyaknya usaha laundry di wilayah DIY yang belum memiliki pengolahan air limbah menjadi perhatian para akademisi. Karena ketiadaan pengolahan tersebut dapat menimbulkan pencemaran air terutama di sungai.
Binatu atau jasa laundry menjadi salah satu usaha masyarakat yang berkembang seiring berkembangnya aktivitas pariwisata. Industri Binatu berkembang mulai dari skala rumah tangga hingga industri besar. Namun banyak yang tidak memiliki unit atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Sehingga air limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke lingkungan atau drainase, yang mengalir ke badan air lebih besar atau ke sungai.
Advertisement
BACA JUGA : Duh..Warga Jogja Masih Banyak Buang Air Limbah ke Drainase
“Karena belum memiliki pengolahan limbah, kami menemukan banyak usaha binatu memberi andil yang besar terhadap pencemaran badan air [sungai] khususnya di Bantul dan sekitarnya. Selain itu belum ada baku mutu yang mengatur mengenai kandungan efluen air limbah binatu yang dapat dibuang ke badan air atau lingkungan,” ungkap Dosen Fakultas Farmasi UAD Dian Prasasti dalam rilisnya, Jumat (25/12/2020).
Adapun bahan aktif yang banyak terkandung pada pelembut pakaian dan deterjen adalah kwaterner ammonium klorida, LAS, sodium dodecyl benzene sulfonate, natrium karbonat, natrium fosfat, alkilbenzena sulfonate. Bahan tersebut memang ramah lingkungan, namun jika berlebihan berpotensi mencemari badan air. Selain mengandung bahan aktif tersebut, limbah tersebut juga kaya kandungan fosfat yang akan menimbulkan bahaya eutrofikasi dan ledakan alga bila mencapai laut.
BACA JUGA : Air Limbah Masuk Permukiman, Warga Blokade TPST Piyungan
“Kami mengajak mitra binatu untuk bersama melakukan pembuatan sistem pengolahan air limbah melalui pengabdian ini. Kami mulai dari sosialisasi kepada mitra, membuat rancangan sistem pengelolaan limbah dan pemilihan bahan yang digunakan. Lalu pembuatan pengolahan limbah, membangun pondasi dan kerangka bak pengolahan limbah, membangun bak pengolahan,” kata Dosen Fakultas Farmasi Aprilia Kusbandari yang ikut melakukan pendampingan.
Setelah bak sudah jadi kemudian dilakukan pengukuran pH air limbah yang sudah diolah dibandingkan dengan pH air limbah untuk mencapai agar pH-nya menjadi pH 6. Hal ini untuk membuktikan bahwa sistem pengolahan berfungsi dengan baik. Kemudian didukung dengan uji coba penebaran ikan dengan memastikan tidak adanya kandungan racun di air hasil pengolahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
9 Desa Wisata Pilihan untuk Liburan Akhir Tahun di Indonesia
Advertisement
Berita Populer
- Buruh Jogja Nilai Formula UMP-UMK 2026 Tidak Berkeadilan
- Gisel Akui Tantangan Akting Berhijab di Film Modual Nekad
- UAD Salurkan Bantuan untuk Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatera
- Efek WFA, Jasa Marga Prediksi Puncak Arus Nataru Mundur
- Upah Minimum Naik, Industri Tekstil Waspadai PHK dan Otomatisasi
- Pameran Salam dan Bahagia Satukan Seniman Lintas Generasi di Jogja
- Serambi My Pertamina YIA, Manjakan Pengguna Bandara
Advertisement
Advertisement




