Advertisement

Penyebab Konsumen Tak Pede Belanja saat Pandemi

Iim Fathimah Timorria
Rabu, 11 November 2020 - 20:47 WIB
Sunartono
Penyebab Konsumen Tak Pede Belanja saat Pandemi Ilustrasi penjualan ritel

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Daya beli konsumen yang tertekan selama pandemi menjadi faktor utama yang menyebabkan performa ritel menurun. Kemampuan konsumen untuk berbelanja pun amat dipengaruhi oleh kepercayaan yang rendah. 

Direktur Eksekutif Nielsen Indonesia Wiwy Sasongko mengemukakan terdapat sejumlah alasan yang mengakibatkan kepercayaan konsumen untuk berbelanja menurun selama pandemi, meski Indonesia tercatat sebagai negara dengan tingkat konsumsi yang cukup tinggi di Asia.

Advertisement

BACA JUGA : Aneka Barang Ini Diincar Saat Belanja Online, Apa Saja

“Konsumen indonesia bisa dibilang menjadi salah satu yang paling pede di dunia. Posisi kita biasanya sama dengan Filipina, India yang paling pede. Modal nekat saja konsumen di Indonesia berani berbelanja. Namun sejak pandemi, kepercayaan untuk berbelanja turun sejak April sampai sekarang,” kata Wiwy dalam webinar peringatan hari ritel nasional, Rabu (11/11/2020).

Wiwy menjelaskan ada dua faktor yang menyebabkan kepercayaan konsumen Indonesia turun. Pertama, konsumen di Tanah Air merasa tidak yakin dengan pendapatan mereka selama pandemi, termasuk soal apakah pemasukan yang didapat akan sama seperti sebelum Covid-19 terjadi.

“Kedua, konsumen juga khawatir dengan dengan keamanan pekerjaan mereka. Kira-kira masih aman atau tidak. Hal ini yang membuat mereka was-was konsumsi di semua sektor,” lanjutnya.

Wiwy mengemukakan hal ini setidaknya tecermin dari pola konsumsi masyarakat pada kuartal kedua tahun ini yang bertepatan dengan momen Ramadan dan Idulfitri. Dia mengatakan momen ini menjadi salah satu indikator kondisi belanja masyarakat.

Dalam data yang dianalisis Nielsen, alokasi belanja masyarakat untuk leisure tercatat turun dari 29,5 persen pada kuartal II/2019 menjadi 19,3 persen pada kuartal kedua 2020.

Sementara kenaikan alokasi pengeluaran terlihat untuk kelompok belanja makanan dari 18,8 persen menjadi 23,3 persen dan untuk tabungan sebesar 16,9 persen menjadi 19,2 persen.

BACA JUGA : Kota Jogja Tingkatkan Anggaran untuk Dukung Belanja

Kepercayaan konsumen sendiri diperkirakan bakal meningkat ketika pandemi berhasil ditanggulangi. Hal ini tercermin dari survei yang menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen untuk berkunjung di mal meningkat dari 67 persen menjadi 84 persen pada masa kenormalan baru.

Artinya, lanjut Wiwy, pemulihan sektor ritel cenderung akan berlangsung lambat. Tetapi, dia memperkirakan pertumbuhan positif akan berlangsung pada 2021, terutama pada kuartal kedua yang datang bersamaan dengan Ramadan dan Idulfitri. Hal tersebut juga didukung dengan rencana vaksinasi yang akan dilakukan pemerintah mulai akhir 2020.

"Kuncinya ekonomi terus dibuka. Nggak bisa jalan-stop-jalan-stop. Kalo udah start maju terus agar ekonomi maju secara progresif," kata Wiwy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement