Advertisement
Soal Dugaan Berselisih dengan Anies, Ini Jawaban Ridwan Kamil

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menjawab dugaan dirinya berselisih dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan perihal pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II.
Diketahui, bahwa Pemprov DKI Jakarta memberlakukan PSBB ketat sejak 14 September 2020. Penerapan ini otomatis berdampak pada Bogor, Depok, Bekasi yang berada di Jawa Barat.
Advertisement
BACA JUGA : Anies Baswedan Paling Populer di Medsos, Juga Paling
Ridwan Kamil dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (15/9/2020) memaparkan bahwa kebijakan PSBB DKI berdampak pada Bodebek, sehingga dirinya pun harus menyesuaikan kebijakan di Bodebek dengan kebijakan DKI.
“Apa yang terjadi kemarin, karena belum dipahami wali kota dan bupati sekeliling Jakarta. Ada yang mengatakan: ‘Jabar kok ikut-ikutan urusan dinamika DKI?” ujar Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Seperti diberitakan, menjelang pemberlakuan PSBB jilid II, ramai komentar dari berbagai pihak, termasuk menteri, bupati atas keputusan Pemprov DKI yang memberlakukan PSBB ketat.
Menurut Emil, hal itu terjadi karena kurang komunikasi dan koordinasi. Padahal, dirinya mengaku menyesuaikan kebijakan Bodebek dengan kebijakan DKI Jakarta.
“Saya bilang Jabar itu urus Covid-19 tiga zona. Zona pertama Bodebek yang menempel ke Jakarta, maka keputusan untuk Bodebek sama dengan Jakarta, karena saya dukung Pak Anies,” beber Emil.
“Jika Pak Anies ke kiri, maka Bodebek ke kri, kalau rem, kami rem.”
PSBM
Lebih lanjut Emil mengatakan bahwa 60 persen kasus Covid-19 di Jabar berasal dari Bodebek.
Saat ini, Jabar menerapkan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) dengan mengakomodir kearifan lokal. Untuk daerah zona merah yang berbasatan dengan Jakarta, maka diberlukan pembatasan aktivitas 25 persen, seperti halnya DKI Jakarta.
BACA JUGA : HASIL SURVEI: Sultan, Anies Baswedan dan Ganjar Paling
Tapi, berbeda dengan daerah zona hijau dan kuning, yang pembatasan aktivitas lebih longgar.
Emil pun menegaskan bahwa mengurus Jabar berbeda dengan DKI Jakarta yang bisa secara langsung ke urusan teknis, sementara Jabar terdiri dari sejumlah bupati dan wali kota yang dipilih secara politik.
Maka, Emil pun hanya bisa mengimbau para kepala daerah di jabar. Bukan memerintahkan. Oleh karena itu, rapat atau koordinasi dibutuhkan agar tidak ada kebijakan yang berseberangan.
BACA JUGA : Ridwan Kamil Bersedia Jadi Relawan Uji Klinis Kandidat
“Kesimpulannya, perlu koordinasi. Komunikasi perlu diperbaiki. Terus terang saya tidak nyaman, rakyat seolah-olah lihat kita berseberangan, tidak kompak, Bahasa yang keluar tidak sepakat. Mudah-mudahan jadi pelajaran, setiap keputusan multidampak, harus dibahas bersama dulu, baru disampaikan ke publik agar satu bahasa, tidak seperti sekarang,” pungkas Emil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Warga Badui Digigit Ular Berbisa, 2 Meninggal Dunia
- Aduan Konten Judi Online Mencapai 1,3 Juta
- Tunjangan Guru Non ASN pada RA dan Madrasah Cair Juni 2025, Segini Besarannya
- Kerusuhan di Lapas Narkotika Muara Beliti Sumsel, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Ungkap Penyebabnya
- Sejoli Ditemukan Meninggal Dunia dalam Mobil di Jambi, Diduga Keracunan AC
Advertisement

Surati Sri Sultan, Orang Tua Siswa SMP di Jogja Minta Dugaan Kebocoran Soal ASPD Diusut Tuntas
Advertisement

Jembatan Kaca Seruni Point Perkuat Daya Tarik Wisata di Kawasan Bromo
Advertisement
Berita Populer
- 1,7 Juta Pengemudi Ojol Belum Punya Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
- BEI Sebut Ada 30 Perusahaan Bakal Ipo Tahun Ini
- Sejoli Ditemukan Meninggal Dunia dalam Mobil di Jambi, Diduga Keracunan AC
- Kerusuhan di Lapas Narkotika Muara Beliti Sumsel, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Ungkap Penyebabnya
- Tunjangan Guru Non ASN pada RA dan Madrasah Cair Juni 2025, Segini Besarannya
- Kejagung Sita Uang Rp479 Miliar Terkait Korupsi Duta Palma
- Puluhan Preman di Serang Diringkus Polisi, Paling Banyak Anggota Ormas
Advertisement