Tokoh Jakob Oetama dan Warisan Gurita Bisnisnya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Meski dikenal sebagai tokoh pers nasional, Jakob Oetama memang seorang entrepreneur. Buktinya dia jeli melihat peluang dan bisnis yang dikembangkannya.
Hinga usia senjanya, Jakob masih aktif menahkodai Kompas Gramedia (KG) dan menjabat sebagai Persiden Komisaris KG.
Advertisement
Mercusuar bisnis KG memang terletak di bisnis media yang dimotori oleh Harian Umum Kompas. Sementara itu, bisnis lainnya di industri media massa pun tersebar ke sekitar 150 entitas. Beberapa di antaranya seperti Kompas TV, Kompas.com, jaringan Tribunnews, Kontan dan beragam produk majalah seperti Hai, Bobo, Intisari, Nova serta radio seperti Sonora dan beberapa jaringan radio lain.
Setelah sukses membawa nama Kompas, dan media digital lainnya, Jakob Oetama juga mulai melakukan diversifikasi bisnis..
Kini Grup KG mulai berkembang di multi industri. Jadi, boleh dibilang Jakob Oetama punya semuanya, mulai dari media massa, manufaktur, pendidikan, hingga properti dan infrastruktur
Jakob Oetama. Arsip Kompas Gramedia
Gurita bisnis Jakob Oetama dan KG bermula pada 1972. Kala itu Jakob Oetama bersama dengan Petrus Kanisius Ojong mendirikan percetakan Gramedia, yang kini meluas menjadi industri manufaktur.
Dari lini bisnis ritel dan percetakan, Kompas Gramedia (KG) hingga kini memiliki jaringan dengan 7 penerbit dan lebih dari 120 jaringan toko di seluruh Indonesia.
Salah satu entitas penerbit terbesarnya sudah barang tentu adalah Gramedia. Entitas bisnis penerbit milik KG pun tergolong beragam. Salah satu entitas yang legendaris dan cukup dikenal oleh para penggemar komik atau buku anak-anak adalah Elex Media Komputindo.
Tak berhenti di situ, Jacob bersama KG juga mengembangkan bisnisnya ke sektor perhotelan. Salah satunya bermula ketika pada 1981, Jakob resmi mendirikan Hotel Santika pertama di Bandung.
PT Grahawita Santika didirikan untuk mengelola bisnis perhotelan milik Group Kompas Gramedia. Saat ini Santika Hotel & Resorts telah memiliki lebih dari 40 hotel yang tersebar di berbagai penjuru Tanah Air.
Sejak 14 tahun silam Santika Hotel & Resorts menerapkan strategi pasar berdasarkan segmentasi pelanggan dengan mengembangkan beberapa brand seperti The Royal Collection, Hotel Santika Premiere, Hotel Santika, dan Amaris Hotel.
Hotel Santika. Istimewa
Selain di sektor jasa, bisnis KG dan Jakob juga merambah di bidang properti dan infrastruktur.
Gurita bisnisnya juga merambah ke jalan tol. Hal itu dibuktikan lewat kepemilikan saham KG di ruas tol Cinere-Jagorawi (Cijago).
Jalan tol ini membentang dari Cimanggis hingga Cinere sepanjang 14,6 kilometer. Cijago merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II sepanjang lebih dari 110 kilometer yang melingkar dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta hingga Tanjung Priok.
Selain Cijago, KG juga memegang saham konsesi untuk Tol Serpong-Balaraja melalui anak usahanya PT Transindo Karya Investama. Bersama Astra dan Sinarmas melalui PT Bumi Serpong Damai (BSD), KG membangun tol sepanjang 30 kilometer tersebut.
Kendaraan melintas di ruas tol Cinere-Jagorawi (Cijago) seksi 2 yang diuji coba di Depok, Jawa Barat. /Antara
Di samping itu, Grup konglomerat itu juga memiliki bisnis di bidang real estate atau properti. Perusahaan memiliki beberapa portofolio seperti gedung perkantoran hingga apartemen. Dalam hal ini, KG menaungi dua perusahan yakni Medialand, dan Wisma Kompas Gramedia.
Lebih rinci, Medialand memiliki mayoritas saham di Gedung Pameran terbesar di Asia Tenggara, yaitu Indonesia Convention Exhibition (ICE) yang terletak di Serpong. Selain gedung pameran di Serpong salah satu portofolio properti lainnya milik perusahaan adalah Allianz Tower yang terletak di kompleks CBD Kuningan, Jakarta.
Selain memiliki properti di Serpong (ICE) dan CBD Kuningan (Allianz Tower), Medialand juga memiliki landbank di Jakarta dan sekitarnya serta di Bali. Salah satunya adalah di daerah Cawang yang bekerja sama dengan Wika Realty untuk pengembangan apartemen.
BISNIS EDUKASI
Saat belia, Jakob memiliki cita-cita untuk menjadi guru seperti ayahnya. Bahkan, dia sempat mengajar di SMP Mardiyuwana Cipanas, SMP Van Lith Jakarta, hingga menjadi dosen di Universitas Indonesia. Tak heran jika Jakob memiliki konsentrasi untuk mengembangkan bisnis di lini pendidikan.
Pada lini pendidikan, saat ini KG menaungi 6 lembaga pendidikan dan satu universitas, yakni Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Elti, Gramedia Academy, Diginusa, Kompas Institut, Robologee,dan Kontan Academy.
Universitas Multimedia Nusantara (UMN). /Dok UMN
Tak hanya itu, KG juga ikut meramaikan industri Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) melalui jasa profesional penyelenggara eksibisi acara dan manajemen venue. Untuk itu, KG mendirikan PT Dyandra Promosindo.
Globe Asia melaporkan beberapa unit bisnis lain yang juga terafiliasi dengan Jakob Oetama adalah perusahaan produsen tisu PT Graha Kerindo Utama dan perusahaan travel PT Ina Media Wisatamas.
MENCICIP PERBANKAN
Group KG sejatinya bisa merambah lini bisnis yang lebih luas. Salah satunya perbankan. Berdasarkan catatan Bisnis, KG pernah mencoba peruntungan di sektor perbankan dua kali.
Pada medio 1990 Gramedia Group sudah sempat lebih dulu memiliki lembaga perbankan, yakni Bank Umum Majapahit Jaya (BUMJ). Mereka pernah menguasai 50 persen perusahaan dan mendudukkan sosok Sumarkoco Sudiro, mantan redaktur ekonomi Harian Kompas, sebagai presiden direktur.
Hanya saja kekisruhan manajerial akhirnya menggerogoti bank tersebut. Konflik berpusat antara kelompok Kompas Gramedia yang diwakili oleh Sumarkoco dengan pemegang saham lainnya yaitu Effendi Ongko.
Sumarkoco mencium gelagat tak sedap dan penyelewengan dari gerak-gerik Ongko dan lingkaran dekatnya. Berkali-kali polarisasi terjadi, hingga akhirnya Gramedia Group yang marah menarik dana yang mereka tempatkan di BUMJ. Sejak saat itu Gramedia enggan campur tangan dengan urusan BUMJ.
Koran Bisnis Indonesia edisi 18 Juli 1990. /Dok Bisnis Indonesia.
Belajar dari pengalaman itu, pada 18 Juni 1990, atau sekitar 30 tahun lalu, mereka lantas mengumumkan rencana untuk mendirikan sebuah bank bernama Media Bank.
Mereka pun agaknya tak ingin mengulang kesalahan yang sama, dan untuk itu lebih hati-hati dalam memilih partner.
Sayangnya, takdir lagi-lagi tak berpihak pada Gramedia untuk mengembangkan sayap bisnisnya di industri perbankan.
Media Bank awalnya berdiri tanpa hambatan. Saat pertama beroperasi, komposisi pemegang saham perusahaan ini adalah 50 persen oleh PT Gramedia, 30 persen oleh PT Gramedia Asri Media, serta masing-masing 10 persen oleh PT Grahawita Santika dan Jacoeb Oetama.
Sayangnya, gejolak dan dinamika ekonomi membuat Gramedia terus melego saham. Pada 1994, masuklah Kalbe Farma untuk membeli sebagian kepemilikan Gramedia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Supriyani, Guru Honorer yang Dituduh Memukul Anak Polisi Divonis Bebas
- Walhi Minta Kasus Polisi Tembak Polisi di Solok Jadi Momentum Berantas Penjahat Lingkungan
- KPK Sebut OTT di Bengkulu Terkait Pungutan Pendanaan Pilkada
- Terkait Pemulangan Mary Jane, Filipina Sebut Indonesia Tidak Minta Imbalan
- Polisi Tembak Polisi hingga Tewas di Solok, Polda Sumbar Dalami Motifnya
Advertisement
Hadapi Cuaca Ekstrem, Dispar Pastikan Destinasi Wisata di Gunungkidul Aman Dikunjungi Wisatawan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Polda Sumbar Ungkap Peran AKP Danang di Tambang Ilegal Solok
- Presiden Prabowo Akan Mencoblos di TPS 08 Bojongkoneng Bogor
- Viral Ratusan Burung Pipit Ditemukan Mati di Bandara Ngurah Rai, Ini Penjelasan BKSDA
- Supriyani, Guru Honorer yang Dituduh Memukul Anak Polisi Divonis Bebas
- Kementerian Komdigi Kembali Takedown 21.456 Konten Judi Online
- Pemenuhan Hak Anak Dinilai Belum Jadi Perioritas di Pilkada
- Polisi Kembali Panggil Eks Ketua KPK Firli Bahuri untuk Diperiksa di bareskrim Polri
Advertisement
Advertisement