Advertisement
WHO Serukan Penghentian Nasionalisme Vaksin Corona

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - World Health Organization (WHO) meminta negara-negara di dunia untuk mengakhiri apa yang disebut dengan ‘nasionalisme vaksin’ karena akan memperburuk situasi pandemi virus corona baru atau Covid-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyerukan seruan terakhir bagi negara-negara untuk bergabung dengan pakta vaksin global. WHO memberikan batas waktu hingga akhir bulan ini bagi negara-negara kaya untuk bergabung dengan Covax Global Vaccines Facility.
Advertisement
Inisiatif tersebut akan menuntut pembagian calon vaksin kepada negara-negara di seluruh dunia sehingga tidak ada ketimpangan antara negara kaya dengan negara berkembang dan miskin. Tedros mengatakan pihaknya telah mengirim surat ke 194 negara anggota WHO dan mendesak partisipasi mereka.
BACA JUGA : Ini Harga Vaksin Corona Buatan China
Organisasi kesehatan global itu juga menyerukan keprihatinan bahwa penyebaran pandemi sekarang didorong oleh orang-orang dari generasi yang lebih muda, yang banyak dari mereka tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi. Ini menimbulkan bahaya nyata bagi kelompok yang lebih rentan.
Dorongan Tedros agar negara-negara bergabung dengan Covax datang ketika Uni Eropa, Inggris, Swiss, dan Amerika Serikat mulai membuat kesepakatan dengan perusahaan pengembang vaksin prospektif.
Rusia dan China juga tengah mengembangkan vaksin dan dilaporkan para perusahaan pengembang tengah menjajaki diskusi untuk produksi vaksin bagi negara tertentu. WHO khawatir kepentingan nasional seperti ini dapat menghambat upaya penanganan pandemi yang lebih luas.
“Kita perlu mencegah nasionalisme vaksin. Berbagi persediaan terbatas secara strategis dan global sebenarnya merupakan kepentingan nasional masing-masing negara,” katanya dalam konferensi virtual seperti diikuti Channel News Asia, Rabu (19/8).
Sejauh ini, fasilitas Covax telah menarik minat dari 92 negara miskin yang mengharapkan sumbangan sukarela dan 80 negara kaya yang akan mendanai skema tersebut. Namun demikian Bruce Aylward yang memimpin inisiatif ACT Accelerator WHO menyebut beberapa negara masih menunggu tenggat waktu akhir sebelum membuat komitmen tersebut.
“Kami tidak memutar senjata agar negara mau bergabung. Kami telah melakukan lebih banyak diskusi dengan kelompok pemain yang lebih luas untuk mengatasi apa yang mungkin menjadi penghambat untuk berkolaborasi,” tandasnya.
BACA JUGA : Ribuan Warga Indonesia Mendatfar Suntik Vaksin Corona
Sebagaimana diketahui, saat ini adalah lebih dari 150 vaksin yang sedang dikembangkan, sekitar 24 di antaranya dalam uji klinis pada manusia dan beberapa bahkan sudah pada tahapan uji coba akhir. WHO menyebut bahwa negara yang menandatangani kesepakatan bilateral dapat meningkatkan peluang bergabung dengan Covax..
Mariangela Simao, Asisten Direktur Akses Obat dan Vaksin WHO mengatakan bahwa saat ini Covax memiliki sembilan kandidat vaksin. Masih belum tahu mana vaksin yang akan berhasil, tetapi bergabung dengan fasilitas ini artinya memiliki banyak kemungkinan calon vaksin.
“Bergabung dengan fasilitas Covax pada saat yang sama juga melakukan kesepakatan bilateral, [negara] Anda sebenarnya bertaruh pada sejumlah besar calon vaksin yang sedang dikembangkan,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bantuan Pangan Beras untuk Juni dan Juli 2025 Segera Meluncur Pekan Depan
- Kapal Long Boat Tenggelam, Dua Awak Ditemukan Meninggal dan 1 dalam Pencarian
- Gara-gara Utang Rp12.000, Satu Keluarga Terlibat Keributan hingga Terjadi Aksi Penganiayaan, Begini Ceritanya
- Prabowo Targetkan Seluruh Desa Dialiri Listrik dalam 4 Tahun
- Iran Eksekusi Mati 3 Orang Mata-Mata Israel
Advertisement

Mengaku Sebagai Dokter, Guru Les Bahasa Inggris Tipu Sejumlah Korban Lewat Modus Love Scamming
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Mahkamah Konstitusi Putuskan Gelaran Pemilu dan Pilkada Dipisah Waktunya
- Dugaan Pelanggaran Hak Cipta, Polda Metro Jaya Jadwalkan Pemeriksaan untuk Lesty Kejora
- Sidang Kasus Dugaan Perintangan Penyidikan Suap Harun Masiku, Hasto Kristiyanto Bantah Hubungan Dekat
- Kasus Korupsi Kuota Haji Khusus, Ini Kata Ketua KPK Soal Kabar Pemanggilan Mantan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
- Prabowo Targetkan Seluruh Desa Dialiri Listrik dalam 4 Tahun
- KPK Mulai Selidiki Kasus Dugaan Korupsi Mesin EDC di Bank Pemerintah
- Gara-gara Utang Rp12.000, Satu Keluarga Terlibat Keributan hingga Terjadi Aksi Penganiayaan, Begini Ceritanya
Advertisement
Advertisement