Advertisement

Intelijen AS Tuduh China Palsukan Jumlah Kasus dan Korban Jiwa Corona

Renat Sofie Andriani
Kamis, 02 April 2020 - 08:47 WIB
Nina Atmasari
Intelijen AS Tuduh China Palsukan Jumlah Kasus dan Korban Jiwa Corona Presiden China Xi Jinping menuju ke Rumah Sakit (RS) Huoshenshan setelah tiba di Wuhan untuk melakukan kunjungan inspeksi, Selasa (10/3 - 2020). Wuhan merupakan kota di Provinsi Hubei yang menjadi pusat penyebaran Virus Corona atau Covid/19. Foto: Antara dari Xinhua

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA –  Sejumlah pejabat AS menyebut China telah menyembunyikan tingkat penyebaran virus Corona (Covid-19) di negaranya, dengan melaporkan jumlah kasus dan kematian lebih kecil dari yang sebenarnya.

Mengutip laporan rahasia intelijen Amerika Serikat kepada Gedung Putih, sejumlah pejabat AS mengatakan laporan publik oleh pemerintah China mengenai jumlah kasus dan kematian akibat corona di negara itu secara sengaja dipaparkan tak lengkap.

Advertisement

Dua dari pejabat AS yang meminta untuk tidak diidentifikasi tersebut mengatakan laporan intelijen itu menyimpulkan bahwa angka-angka yang dilaporkan oleh China palsu. Namun, mereka menolak untuk memerinci isinya.

“Laporan itu diterima oleh Gedung Putih pekan lalu,” ujar salah seorang di antaranya, seperti dilansir Bloomberg.

Wabah virus corona bermula di provinsi Hubei China pada akhir 2019, tetapi Negeri Tirai Bambu sejauh ini hanya melaporkan sekitar 82.000 kasus dan 3.300 korban jiwa akibat corona, menurut data yang dihimpun oleh Johns Hopkins University.

Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan dengan sekitar 189.000 kasus dan lebih dari 4.000 korban jiwa di Amerika Serikat, yang mengukuhkan AS sebagai negara paling terdampak virus mematikan ini di antara negara-negara lainnya di dunia.

Hingga berita ini diturunkan, baik staf komunikasi di Gedung Putih maupun di kedutaan besar China di Washington belum memberikan komentar apa pun terkait kabar tersebut.

Kepada CNN, pada Rabu (1/4/2020), Wakil Presiden Mike Pence menyatakan bahwa respons terhadap wabah virus Corona bisa lebih baik jika China lebih terbuka.

Meski China akhirnya memberlakukan lockdown yang ketat, ada skeptisisme yang cukup besar terhadap angka-angka yang dilaporkan baik di luar maupun di dalam negeri.

Pemerintah China telah berulang kali merevisi metodologinya untuk menghitung jumlah kasus dan selama berminggu-minggu mengecualikan pasien tanpa gejala. Pada Selasa (31/3/2020), negara ini akhirnya menambahkan lebih dari 1.500 kasus tanpa gejala ke dalam jumlah total kasusnya.

Tumpukan ribuan guci di luar rumah duka di provinsi Hubei juga telah mendorong keraguan publik dalam pelaporan pemerintah China.

Para anggota Republik di Kongres AS, terutama, telah bersikap keras tentang peran China dalam wabah ini. Meningkatkan peran Beijing dalam pandemi ini dapat secara politis bermanfaat bagi Presiden Donald Trump.

“Klaim bahwa Amerika Serikat memiliki lebih banyak kematian karena virus corona ketimbang China adalah salah,” tutur Senator Ben Sasse, seorang anggota Republik dari Nebraska, dalam sebuah pernyataan setelah Bloomberg News menerbitkan laporannya.

"Tanpa mengomentari informasi rahasia apa pun, ini jelas sangat menyakitkan. Partai Komunis China telah berbohong, berbohong, dan akan terus berbohong tentang virus corona untuk melindungi rezim,” sambungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com/Bloomberg

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Mudik Lebaran, Gunungkidul Bakal Dijejali 154.000 Kendaraan

Gunungkidul
| Kamis, 28 Maret 2024, 18:07 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement