Advertisement
Dewan Pers: Media Harus Ada di Tengah-Tengah, Tidak Boleh Menempel
Media massa, jurnalis, pers, wartawan - Ilustrasi
Advertisement
Harianjogja.com, PALU--Agenda Dewan Pers dalam lima tahun ke depan adalah peningkatan kompetensi para jurnalis. Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh.
"Agenda utama Dewan Pers adalah peningkatan kompetensi jurnalis. Ini merupakan bagian dari perlindungan, termasuk di dalamnya adalah kesejahteraan," kata mantan Mendikbud tersebut pada workshop peliputan pascapemilu legislatif dan pilpres 2019 di Palu, Senin (15/7/2019).
Di depan 70-an jurnalis di Kota Palu, Muhammad Nuh mengatakan bahwa tugas jurnalis semakin berat sehingga menuntut jurnalis tidak cukup hanya pandai secara intelektual saja tetapi juga bijak dalam menjalankan profesinya.
Menurut dia, tugas pers dewasa ini bukan sekadar memberitakan informasi dan mengontrol birokrasi dan masyarakat, tetapi yang paling penting adalah membangun ekosistem agar demokrasi bisa tumbuh.
"Membangun ekosistem inilah yang paling sulit dan mahal, namun paling penting. Ibarat seseorang memiliki benih yang bagus, tetapi kalau iklimnya tidak cocok, maka benih itu tidak akan berhasil," ujarnya.
Di dalam demokrasi, kata Nuh, ada dua pilar yang berdiri yakni pilar persamaan dan pilar perbedaan. Kalau yang ada hanya persamaan semuanya atau hanya perbedaan saja, maka tak perlu ada demokrasi. Jurnalis harus bekerja di antara kedua pilar itu yang menyiapkan ekosistem untuk keduanya sehingga demokrasi berjalan ideal.
Ekosistem tersebut, kata mantan Rektor Institut Teknologi Surabaya ini, harus dibingkai oleh tiga hal yakni logika, etika dan estetika. Logika menyangkut kebenaran, etika terkait kebaikan dan estetika mengenai keindahan. Artinya, karya-karya jurnalistik harus logis (benar), membawa misi untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat serta memberikan warna dan keindahan dalam hidup berdemokrasi dan berinteraksi di dalam masyarakat.
"Media tidak boleh menempel hanya pada satu pilar [persamaan atau perbedaan]. Harus ada di tengah-tengah, ya namanya aja media, harus jadi mediator bagi kedua pilar tersebut untuk menyiapkan ekosistem untuk tempat bertumbuhnya titik temu, bukan malah sebaliknya," ujarnya.
Mantan Menkominfo ini juga mengingatkan para jurnalis bahwa produk jurnalistik itu adalah proses 'ireversible' atau hal yang tidak bisa diputar kembali ke awalnya. Ibarat menggoreng telur, kalau sudah jadi telur dadar, ndak mungkin dikembalikan ke telur mentah seperti bahan dasarnya.
"Demikian pula berita pers, kalau sudah lepas dan berita itu salah, maka akan menimbulkan dampak yang tidak mungkin dikembalikan seperti semula sekalipun ada hak jawab atau permohonan maaf," katanya.
Di sini, kata Nuh, jurnalis dituntut untuk memiliki kompetensi yang semakin tinggi untuk menjadikan media sebagai 'mesin' untuk mengedukasi, memberdayakan dan mencerahkan masyarakat demi kepentingan nasional yang lebih besar.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Kabut Asap Beracun Selimuti Hanoi, Udara Terburuk Kedua Dunia
- Ratusan Buku Louvre Rusak Akibat Kebocoran Pipa Pascaperampokan
- Mobil MBG Tabrak Siswa SD di Cilincing, Dikendarai Sopir Pengganti
- AS Ganti Font Lagi: Rubio Kembalikan Times New Roman, Tolak Calibri
- Tragedi Adamawa: 9 Perempuan Tewas Saat Aksi Damai di Nigeria
Advertisement
Bantul Terjunkan Tim Medis Bantu Korban Banjir Bandang Aceh
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- FK-KMK UGM Tangani Ratusan Warga Terdampak Bencana Aceh
- KPK Tetapkan Tersangka Usai OTT Bupati Lampung Tengah
- Dirut Terra Drone Jadi Tersangka Kebakaran 22 Korban Jiwa
- Harga Cabai Rawit Tembus Rp80.800 per Kg
- KPK Sita Uang dan Emas dalam OTT Bupati Lampung Tengah
- Terekam CCTV, Pelaku Pencurian di Terban Jogja Ditangkap Polisi
- Hasil Liga Champions: Juventus Kalahkan Pafos 2-0 di Turin
Advertisement
Advertisement




