Advertisement
PDIP dan Demokrat Tunjukkan Tanda-Tanda Baikan? Begini Kata Pakar ...

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA--Situasi politik pasca-Pemilu 2019 membuat hubungan PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Demokrat semakin cair, khususnya melalui dua momen berharga.
Yang pertama, kedatangan Megawati Soekarnoputri untuk melayat Almarhumah Ani Yudhoyono, istri Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kedua, kedatangan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) ke kediaman Megawati sekeluarga di Teuku Umar, untuk bersilaturahmi ketika Idulfitri.
Peneliti senior Indonesian Public Institute, Karyono Wibowo, berpendapat bahwa dua momen tersebut bisa ditafsirkan secara politis, atau minimal memiliki pengaruh politik di kemudian hari.
"Dalam politik itu kan tak ada lawan atau kawan yang abadi, yang ada hanya kepentingan. Begitu pula untuk Demokrat dan PDIP. Walaupun sempat tegang, kalau ada kepentingan atau kesamaan sikap politik, bisa saja bersatu," jelas Karyono kepada Bisnis/JIBI, Senin (10/6/2019).
Karyono mengingatkan lagi, bahwa sepanas apapun hubungan SBY dan Mega secara politik, hubungan secara emosional dan kemanusiaan mesti lebih diutamakan.
Misalnya, ketika awal mula perselisihan mereka pada 2004, Mega yang berjasa mengangkat nama SBY ketika itu merasa dikhianati oleh keputusan SBY mencalonkan diri sebagai presiden lewat partai baru bernama Demokrat. Akhirnya, Mega tak mau menghadiri pelantikan SBY ketika terpilih.
Sejarah panjang Mega dan PDIP pun meredup, ditambah mesti menerima peran sebagai oposisi selama dua periode. Kendati demikian, suami Mega, Almarhum Taufiq Kiemas tetap menjaga hubungan baik sebagai penyambung lidah Mega dan SBY.
Momen pertemuan mereka berikutnya pun harus berselang 12 tahun kemudian. Pada perayaan HUT RI di Istana Merdeka tahun 2017, Presiden Joko Widodo berhasil membuat sejarah baru mempertemukan seluruh mantan presiden dan wakil presiden yang masih hidup.
Sebelumnya, SBY sejak lengser pada 2014, tak pernah hadir sekalipun di HUT RI Istana Merdeka. Bahkan, pada perayaan HUT RI tahun 2018 pun, SBY tak menampakkan dirinya lagi.
Oleh sebab itu, menurut Karyono, sudah sepantasnya dua momen tersebut menjadi kunci semakin cairnya hubungan antara PDIP dan Demokrat. Di samping kepentingan dan kesamaan sikap politik dari masing-masing pemimpinnya.
"Pertama, kepentingan ideologis. Demokrat dan PDIP ini terlihat punya tujuan yang sama, yaitu membawa politik inklusif di Tanah Air. Demi menghindarkan kelompok-kelompok intoleran berkembang dan memainkan isu-isu sensitif dalam perpolitikan negeri," ungkapnya.
"Tapi, jangan lupa yang kedua, yaitu adanya kepentingan politis. Seperti diketahui, mereka [Mega dan SBY] ini kan sama-sama punya dinasti politik. Sama-sama ingin menyelamatkan partainya lewat peran penerusnya," tambah Karyono.
Maka, menurut Karyono, ego Mega dan SBY sebagai ketua umum parpol masing-masing, kini sudah saatnya ditekan. Sebab, secara politis kedua partai ini tengah berada pada fase "saling membutuhkan".
Karyono menyebut PDIP masih belum memiliki sosok kuat pengganti Joko Widodo yang masa baktinya akan habis lima tahun lagi. Putri Mega, yakni Puan Maharani, walaupun berperan sebagai sosok inti di internal partai dan diprediksi bakal menjadi Ketua DPR wanita pertama 2019-2024, belum cukup memiliki kekuatan kepemimpinan secara nasional.
Sedangkan AHY, masih harus mencari pengalaman kepemimpinan yang nyata. Demokrat mesti mencari cara, membuat "putra mahkota" SBY ini mengatasi minimnya pengalaman dirinya berperan dalam kebijakan pemerintahan.
"Jadi, kemungkinan AHY dan Puan untuk, ya, secara politik semakin dekat, itu pasti ada. Yang penting bagaimana [hubungan] Demokrat dan PDIP dulu, juga respon Pak SBY dan Ibu Mega," ungkap Karyono.
"Kebetulan pemerintahan Jokowi ini kan kelihatan sedang merangkul sebanyak-banyaknya parpol untuk mendukungnya. Demokrat harus memanfaatkan peluang ini," tutupnya.
Advertisement
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis/JIBI/Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Jateng Alami Inflasi 2,2 Persen Juni 2025, Tertinggi Sejak LIma Bulan Terakhir
- Harga Tiket Mendaki Gunung Fuji Jepang Kini Naik Dua Kali Lipat
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
Advertisement

Top Ten News Harianjogja.com, Rabu 2 Juli 2025: Tol Jogja Segmen Klaten Prambanan Dibuka hingga Waspada Kasus DBD
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Mantan Walkot Semarang Mbak Ita Bikin Lomba Masak Nasi Goreng, Hadiahnya dari Iuran PNS Bapenda
- Presiden Prabowo Jadi Inspektur Upacara HUT Ke-79 Bhayangkara
- Otoritas Iran Menyebut Korban Meninggal Akibat Serangan Israel Capai 935 Orang
- Hasil Seleksi PPPK Kemenag: 17.154 Dinyatakan Lolos, Ini Link Pemberkasan
- Presiden Prabowo Akan Bertemu Pemerintah Arab Saudi untuk Bahas Pembangunan Kampung Haji di Makkah
- 3 Pejabat Kementerian PU Dinonaktifkan Seusai OTT KPK Terkait Suap Proyek di Sumut
- Nikita Mirzani Diborgol Saat Hadiri Sidang di PN Jaksel
Advertisement
Advertisement