Advertisement
Merugi 7 Tahun, BEI Investigasi PT Krakatau Steel
Ilustrasi uang. - Bisnis/ Dwi Prasetya
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) memantau kinerja PT Krakatau Steel Tbk yang secara berturut-turut mengalami kerugian sejak 2012. Pada 2018, perseroan membukukan rugi sebesar USD77,163 juta.
Menurut Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna sebagaimana dikutip Okezone.com, Jumat (12/4/20190 pihak BEI saat ini masih mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dengan melihat pergerakan industri baja nasional dan global.
Advertisement
Menurutnya, jika sektor industri baja nasional atau global memang sedang turun, sehingga membuat kinerja perseroan tidak berjalan dengan baik, berarti ada dasar alasan dari kerugian Krakatau Steel.
PT Krakatau Steel Tbk secara berturut-turut mencatatkan kerugian sejak tahun 2012. Hingga tahun lalu saja, emiten berkode KRAS tersebut membukukan rugi sebesar USD77,163 juta.
Berdasarkan laporan keuangannya, kerugian perusahaan BUMN ini memang trennya berkurang, yakni pada 2012 sebesar USD19,56 juta, 2013 sebesar USD13,6 juta, kemudian 2014 naik menjadi USD154,185 juta. Puncaknya terjadi 2015 yakni sebesar USD 326,514 juta.
Adapun mulai tahun 2016, KRAS menurunkan kerugian menjadi USD 180,724 juta, dan 2017 turun kembali menjadi sebesar USD86,09 juta.
Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna menyatakan, meski perusahaan selama 7 tahun mengalami kerugian, otoritas bursa tidak serta-merta akan melakukan penghapusan pencatatan saham (delisting). Menurutnya, ada banyak aspek yang juga perlu dipertimbangkan oleh BEI.
Dia mengatakan, BEI hanya membuka peluang untuk memanggil KRAS guna melihat kondisi keuangan perusahaan.
"Delisting itu kan tindakan luar biasa. Apakah ada tindakan panggilan atau obrolan, nanti saya pastikan Krakatau Steel ya," kata dia ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Nyoman menjelaskan, pihak bursa akan memperhitungkan pergerakkan industri baja nasional atau global. Menurutnya, jika sektor industri baja nasional atau global memang sedang turun, sehingga membuat kinerja perseroan tidak berjalan dengan baik, berarti ada dasar alasan dari kerugian Krakatau Steel.
"Tapi misal peer-nya [industri baja nasional dan global] lagi naik, tapi dia (Krakatau Steel) sendiri turun, maka kita akan masuk ke hearing Board of Director-nya, ini kenapa? Bagaimana nakhodanya ini bisa yakinkan ke kita masalahnya apa dan bagaimana ke depannya. Kan bisa jadi penjualan dari produk tersebut karena kan produknya unik," papar Nyoman.
Nyoman juga menilai, meski merugi namun jika pendapatan perusahaannya masih berjalan baik, maka kinerja KRAS juga masih memiliki kepercayaan publik. Hal ini juga akan jadi pertimbangan oleh pihak BEI.
"Apakah ke depan efisien, bagaimana tingkatkan pendapatan, ketimbang tidak ada pendapatan sama sekali, berarti kan core bisnisnya enggak jalan. Itu yang lebih consern. Kalau bottom line, arahnya mau di mana ke mana perusahaan, mesti ke BOD-nya. Jadi enggak serta-merta delisting," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Okezone.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Modus Aplikasi Jodoh, Motor Korban Digelapkan di Parangtritis
Advertisement
Taman Kuliner Ala Majapahit Dibuka di Pantai Sepanjang Gunungkidul
Advertisement
Berita Populer
- Fitur WhatsApp Status Desktop Tersedia, Edit Foto & Video Mudah
- Jogja Wajib Kelola Sampah Organik di Kelurahan Mulai 2026
- Konflik Laut Hitam Memanas: Ukraina Klaim Hancurkan Kapal Selam
- Bantul Tuntaskan Proyek Jalan dan Normalisasi Drainase Sebelum 2026
- Mobil Listrik Level-3 China Bisa Jalan di Kota dan Tol
- Bantul Perkuat Asistensi Keuangan Kalurahan Pasca Kasus Wonokromo
- Sidang Cerai Perdana Atalia-Ridwan Kamil Dijadwalkan Rabu
Advertisement
Advertisement



