Advertisement

Promo November

PBTY: Menyejukkan Tahun Politik dengan Budaya Tionghoa

Kusnul Isti Qomah
Kamis, 14 Februari 2019 - 16:45 WIB
Budi Cahyana
PBTY: Menyejukkan Tahun Politik dengan Budaya Tionghoa Pembukaan Pekan Budaya Tionghoa, Rabu (13/2/2019) malam. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-14 sudah dimulai sejak Rabu (13/2/2019) dan akan berlangsung selama tujuh hari sampai Selasa (19/2/2019) pekan depan. Selain untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2570, PBTY ini diharapkan menjadi wujud integrasi sosial, ekonomi dan budaya, serta penyejuk di tahun politik.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan kerukunan sangat terasa dalam perhelatan budaya ini. Menurut dia, suasana guyub rukun ini justru lebih perlu dihidupkan jelang Pilpres 2019 yang tinggal dua bulan lagi.

Advertisement

“Dalam suhu panas perpolitikan ini kita harus berhati-hati dalam perkataan dan tindakan agar tidak disalahartikan yang bersampak pada renggangnya kohesi sosial pascapilpres. Indonesia maju ataupun Indonesia menang itu sama-sama ditujukan untuk masyarakat Indonesia,” ujar dia dalam pembukaan PBTY di Pangung Utama PBTY, Ketandan, Jogja, Rabu malam.

Sultan mengatakan unsur Bumi dalam Tahun Babi Tanah ini membawa aura kemurahan hati, solidaritas, serta introspeksi diri. Hal ini berpeluang menciptakan perdamaian dan memperkokoh persatuan dan kesatuan.

“Kebinekaan adalah kekayaan bangsa Indonesia. Kebinekaan bukan untuk dipertentangkan.”

Mirip dengan budaya Tionghoa, dalam budaya Jawa elemen tanah sebagai ibu Bumi membawa sifat keibuan, pengasuh, dan penyayang, serta memberi berkah perdamaian.

“Karena hakikat sifat ibu adalah mencerahkan jiwa, merekatkan persaudaraan, dan merekahkan harapan. Harapan kita sebagai bangsa agar penanda makro kosmos bisa dikonversi untuk kaidah penuntun hidup mikro kosmos dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa,” kata Sultan.

Raja Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini meminta masyarakat jangan berhenti memaknainya sekadar menjadi ajaran kebaikan semata.

“Hendaknya bisa dibunyikan dalam ujaran kebaikan yang menyejukkan bagi sesama anak bangsa. Dalam kaitan itu, pekan budaya ini dapat menjadi peristirahatan sejenak untuk merenungkan kembali bagaimana membangun kembali semangat yang dilanda hawa panas perpolitikan nasional yang berpotensi menyebabkan disintegrasi sosial. Sejak Sumpah Pemuda dalam kurun waktu 90 tahun, kiranya cukup untuk mengentalkan suatu identitas kemajemukan budaya di mana identitas Tionghoa menjadi salah satu unsur pembentuknya,” kata dia.

Dengan visi dan harapan itulah, selayaknya masyarakat Tionghoa DIY bisa menjadikan pekan budaya ini sebagai wujud integrasi sosial, ekonomi, dan budaya menuju Indonesia baru yang lebih menyatu.

Agenda PBTY

PBTY digelar oleh Jogja Chinese Art & Culture Centre (JCACC) bekerja sama dengan Pemda DIY dan Pemerintah Kota Jogja.

PBTY adalah sebuah acara tahunan yang memungkinkan masyarakat untuk lebih mengenal budaya Tionghoa. Ketua Umum Panitia PBTY Tri Kirana Muslidatun mengatakan tahun ini PBTY diselenggarakan selama tujuh hari yaitu 13–19 Februari 2019, berlokasi di sepanjang Jalan Ketandan, Malioboro. Seperti tahun-tahun sebelumnya, selama perayaan PBTY, pengunjung dapat mengikuti berbagai lomba yang berkait dengan kebudayaan Tionghoa, seperti lomba karaoke Mandarin, lomba melukis kepala wayang potehi, lomba chinese paper cutting, lomba kaligrafi Tiongkok dan lomba mendongeng dalam bahasa Mandarin.

“Tidak hanya itu, diadakan juga berbagai lomba yang dapat diikuti siswa dan siswi, seperti lomba mewarnai, lomba desain batik, dan juga dance competition. Tentunya setiap lomba memiliki kriteria masing-masing,” ujar dia.

Salah satu hal yang tidak dapat dilewatkan dari PBTY adalah festival kuliner. Bisa dipastikan di PBTY tahun ini akan hadir ratusan stan kuliner baik lokal maupun internasional yang wajib dicicipi. Pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai jenis kuliner dengan harga yang pas di kantong sehingga perayaan ini juga wajib menjadi destinasi bagi pecinta kuliner.

Setiap harinya, pengunjung PBTY dapat menikmati kuliner sambil menonton berbagai pertunjukan pentas seni dari berbagai daerah di area Kampoeng Ketandan. Tidak ketinggalan diadakan pameran budaya di beberapa titik yaitu di Rumah Budaya Ketandan dan Dreamlight.

“Perayaan Imlek tentu tidak bisa lepas dari kehadiran liong. Sebagai bagian dari

rangkaian PBTY, tahun ini Jogja Dragon Festival [JDF] ke-8 pun akan diadakan lagi. Namun, berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini masyarakat dapat menonton festival naga ini di Sleman City Hall, pada 15 Februari 2019. Bagi tiga penampil terbaik di JDF akan diberikan kesempatan untuk mengikuti Karnaval Budaya PBTY yang tahun ini bertajuk Malioboro Imlek Carnival,” ujar dia.

Malioboro Imlek Carnival diadakan pada Sabtu (16/2/2019) mulai pukul 18.00 WIB di sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-Alun Utara.

Ketua JCACC Harry Setya mengatakan gelaran PBTY menjadi event terbesar di Indonesia. “Bahkan, event ini road to Wonderful of Indonesia. Semoga Jogja selalu menjadi kota yang toleran,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

InDrive Dorong Perubahan Sosial lewat Festival Film Alternativa

Jogja
| Sabtu, 23 November 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement