Advertisement

Kesaksian Awak Kapal Sabuk Nusantara 39 yang Tersedot Laut, lalu Dihempas ke Dermaga saat Tsunami Palu

Aziz Rahardyan
Sabtu, 06 Oktober 2018 - 10:37 WIB
Nina Atmasari
Kesaksian Awak Kapal Sabuk Nusantara 39 yang Tersedot Laut, lalu Dihempas ke Dermaga saat Tsunami Palu Warga berjalan di depan rumah mereka yang dihantam gempa dan tsunami di Desa Wani, Donggala, Sulawesi Tengah, di dekat kapal feri yang terangkat dari lautan ke daratan. Gempa dan tsunami terjadi pada Jumat (28/9/2018) menjelang malam dan foto diambil pada Selasa (2/10/2018). - Reuters/Beawiharta

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA — Gempa bumi dan tsunami melanda Sulawesi Tengah menyisakan banyak cerita dari para korban yang selamat dari bencana tersebut.

Beberapa saat setelah gempa bumi melanda Palu pada Jumat (28/9/2018), Charles Marlan, salah satu kru kapal KM Sabuk Nusantara 39 memiliki firasat aneh. Dia merasa kapalnya tersedot ke tengah laut, dia tahu tanda tsunami akan datang.

Advertisement

"Kapal berguncang dan semua yang ada di ranjang kami mulai jatuh," ungkap Marlan seperti dilansir Reuters, Kamis (4/10/2018).

Marlan dan awak kapal sebenarnya sudah tahu akan berada dalam kesulitan ketika merasakan tarikan air laut yang tiba-tiba surut. Setelah itu dari dermaga, orang-orang mulai berteriak tentang tsunami.

Benar saja, kapal KM Sabuk Nusantara 39 tersebut terseret ombak tsunami dan menghantam daratan, kemudian menabrak pemukiman di dermaga, dan akhirnya terdampar di Wani, Donggala, Sulawesi Tengah.

"Aku bisa mendengar ombak datang," ujar Marlan menggambarkan mencekamnya suasana berada di dalam kapal.

Marlan menambahkan, orang-orang di dalam kapal bahkan tidak sempat berebut jaket penyelamat ketika gelombang setinggi lima meter tersebut mengempaskan mereka. Sebab menurut pengakuannya, gelombang menyeret kapal begitu cepat, bahkan para kru tidak sadar kalau mereka sudah terseret ke daratan. Beruntung, sejauh perkiraan Marlan tidak ada seorang pun di dalam kapal yang terluka.

"Yang penting kami selamat dan untuk itu kami harus bersyukur," ungkapnya.

Hingga seminggu pascakejadian, kapal tersebut masih berada di daratan yang telah mengering. Marlan dan 20 kru kapal masih menunggu keputusan lebih lanjut dari pemilik kapal yaitu operator feri nasional. Mereka masih beraktivitas di dalam kapal, bertahan hidup lewat suaka dari feri lain yang lewat, mengurus panggilan bergiliran, dan mengobrol dengan anak-anak korban bencana yang naik ke atas kapal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Reuters

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Marak Parkir Ilegal di Jogja, Dishub: Jangan Bayar kalau Tak Ada Karcis!

Jogja
| Rabu, 29 November 2023, 16:27 WIB

Advertisement

alt

BOB Golf Tournament 2023 Jadi Wisata Olahraga Terbaru di DIY

Wisata
| Minggu, 26 November 2023, 23:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement