Advertisement
Inilah Asal Usul Giriroto, Desa Leluhur Presiden Jokowi

Advertisement
Harianjogja.com, BOYOLALI -Desa Giriroto merupakan desa asal orang tua dan leluhur Presiden Joko Widodo (Jokowi). Salah satu desa di Kecamatan Ngemplak, Boyolali ini kini makin terkenal.
Selain karena desa leluhur Jokowi, di desa inilah ditemukan sebuah situs sejarah cukup tua, antara lain arca, batu bata kuno, serta yoni. Situs sejarah yang ditaksir sejak abad IX itu berada di kawasan Gunung Wijil, sebuah dataran luas tinggi cukup di Desa Giriroto.
Advertisement
Sulaiman, salah satu petani penggarap sawah di sekitar situs Gunung Wijil mengatakan bahwa pada malam-malam tertentu ia kerap melihat banyak orang berdatangan ke kawasan tersebut. Jumlahnya 30-50 orang. Bahkan, pernah sampai ratusan orang dan mengelilingi kawasan situs Gunung Wijil.
Para pendatang tersebut melakukan ritual dan doa bersama. “Sampai-sampai mereka mendirikan tenda. Mereka lantas melakukan ritual bersama,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, jaringan Harianjogja.com beberapa waktu lalu.
Menurut Sulaiman, mereka melakukan ritual untuk mendapatkan harta karun dan keris di situs Gunung Wijil yang tak kasat mata. Mereka meyakini harta karun dan keris itu masih tersimpan di kawasan tersebut. “Katanya, mereka sedang berikhtiar dengan melakukan ritual. Jika berjodoh, harta karun dan keris akan keluar,” paparnya.
Warga di sekitar situs Gunung Wijil, jelas Sulaiman, hingga kini masih mempercayai adanya harta karun dan keris itu. Namun, warga tak berani melakukan pencarian karena takut kualat.
Terlepas dari benar tidaknya cerita itu, Kepala Desa Giriroto, Purwanto, sangat meyakini bahwa Giriroto bakal menjadi desa cukup besar dan terkenal. Hal itu terlihat dari pembangunan yang kian moncer dalam beberapa tahun ini, seperti pembangunan wahana wisata air, Taman Jokowi, serta pembangunan infrastuktur pertanian. “Giriroto sedang menuju desa maju dengan basis kearifan lokal,” ujarnya belum lama ini.
Berdasarkan penuturan sejumlah saksi sejarah, Desa Giriroto pada awalnya berbentuk kademangan dengan wilayah tiga kebayanan atau dusun dan sembilan wilayah dukuh. Fungsinya sebagai kepanjangan tangan kepala desa atau demang. Masing-masing Bayan atau saat ini dikenal dengan nama Kepala Dusun memiliki wilayah yang telah ditetapkan oleh Demang atau Kepala Desa sebelumnya.
Pada awal 1950-an, kata dia, wilayah desa ini bertambah luas karena bekas perkebunan Belanda yang berlokasi di sela-sela dukuh telah diambil alih oleh warga Desa Giriroto. Perkebunan tersebut sebelumnya dikelola oleh pemerintah Kolonial Belanda dan diambil oleh oleh Penjajah Jepang.
Bertambahnya luas wilayah Desa Giriroto membuat semakin bertambahnya penduduk. Sehingga pada tahun 1950-an wilayah Desa Giriroto menjadi sebelas dukuh yang terbagi menjadi tiga kebayanan atau dusun dan 24 RT.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement

Kemenpar Promosikan Wisata Bahari Raja Ampat ke Amerika dan Eropa
Advertisement
Berita Populer
- Tarif dan Jadwal DAMRI ke Bandara YIA Hari Ini
- Jadwal SIM Keliling di Sleman Hari Ini, 27 Sept 2025, Cek di Sini
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, 27 Sept 2025
- Jadwal Layanan Perpanjangan SIM di Bantul, Sabtu 27 September 2025
- Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Sabtu 27 Sept 2025
- Jadwal DAMRI Jogja-Semarang Hari Ini, Sabtu 27 September 2025
- Mau Jalan-Jalan? Cek Jalur Trans Jogja ke Lokasi Wisata
Advertisement
Advertisement