Advertisement
Dudung Mengaku Belum Monitor Ada Intelijen TNI Ditangkap Brimob
Ilustrasi undang/undang. / Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Penasihat Khusus Presiden urusan Pertahanan Nasional Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman angkat bicara terkait beredarnya kabar mengenai anggota Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI yang dituding menjadi provokator dalam aksi demonstrasi.
Dudung menyatakan hingga kini ia belum dapat memastikan kebenaran informasi tersebut. “Itu keabsahannya juga saya masih belum monitor ya. Apakah itu benar apa tidaknya, walaupun memang ada yang ditangkap,” ujarnya saat memenuhi undangan rapat bersama Presiden RI Prabowo Subianto.
Advertisement
Menurut mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu, keberadaan intelijen di lapangan merupakan hal yang wajar untuk memantau perkembangan situasi.
BACA JUGA: 147 Ribu Orang Gunakan Kereta Api di Libur Panjang Maulid Nabi
Namun, ia menekankan TNI tidak memiliki tujuan lain selain memantau agar dapat menyiapkan langkah jika diminta membantu kepolisian. "Informasi-informasi itu mungkin dari kelompok intelijen yang bisa masuk ke dalam,” katanya.
Terkait kabar penangkapan anggota BAIS, Dudung menyatakan belum menerima informasi resmi. Ia menyebut Wakil Panglima TNI sebelumnya sudah memberikan pernyataan terkait hal itu, sementara dirinya masih menunggu kejelasan dari pihak TNI.
“Pernyataan dari pihak TNI sendiri sampai sekarang saya belum tahu,” katanya.
Isu mengenai prajurit BAIS TNI yang disebut ditangkap polisi karena menjadi provokator kericuhan mencuat di media sosial. Unggahan tersebut bahkan disertai foto seorang pria yang diamankan serta kartu tanda anggota BAIS TNI, dengan klaim penangkapan terjadi di Pejompongan, Jakarta, pada 29 Agustus 2025.
Namun, TNI dengan tegas membantah kabar itu. Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita kepada wartawan menegaskan tidak ada prajurit TNI yang ditangkap.
Mabes TNI juga menyatakan narasi tersebut tidak benar dan menyesatkan. Kapuspen TNI Brigjen Freddy Ardianzah menilai unggahan tersebut merupakan framing negatif yang justru bisa menimbulkan kesalahpahaman publik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Cakupan Imunisasi HPV Anak SD Baru Tercapai di 13 Provinsi
- Aturan Contra Flow CikampekBogor Selama Libur Nataru 2025
- Banjir dan Longsor Aceh: 326 Meninggal, 167 Belum Ditemukan
- BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah hingga 10 Desember
- Uji Klinis Vaksin Dengue Masuk Babak Baru dalam Riset Nasional
Advertisement
Supermoon Penutup 2025 Malam Ini, Ada Fenomena Halo di Langit Jogja
Advertisement
KA Panoramic Kian Diminati, Jalur Selatan Jadi Primadona
Advertisement
Berita Populer
- Iran Tetap Hadiri Drawing Piala Dunia 2026 di AS
- Rusia Blokir Roblox, Tuduh Sebar Konten Berbahaya
- Dinsos Gunungkidul Imbau Bansos Tidak Disalahgunakan
- Anak Sungai Bengawan Solo Meluap, Sragen Diterjang Banjir
- Meski Cedera, Neymar Cetak Hattrick dan Bawa Santos Hindari Degradasi
- BPBD Bantul Usulkan Perpanjangan Masa Darurat Longsor Sriharjo
- Operasi Pasar Kulonprogo Diserbu Warga Jelang Nataru
Advertisement
Advertisement



