Media Sosial Dinilai Dapat Membantu Korban KDRT Lebih Terbuka
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Keberadaan media sosial dinilai bisa membantu korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) untuk lebih terbuka. Demikian disampaikan Psikolog Klinis Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya Ella Titis Wahyuniansari.
“Kalau ada kasus KDRT lalu viral di media sosial itu sebenarnya bukan viralnya yang penting, melainkan itu bisa membantu. Mungkin selama ini korban ada rasa malu atau takut. Nah, kalau dia sudah memviralkan, otomatis kan dia sudah berani show up (terbuka) begitu ya, sudah menunjukkan pada orang bahwa ini lho, aku mengalami KDRT, tolong aku,” ujar Ella saat dihubungi di Jakarta, Jumat, dilansir Antara.
Advertisement
Ia menyampaikan hal tersebut untuk menanggapi kasus KDRT yang dialami pemengaruh asal Aceh, Cut Intan Nabila.
Menurut dia, viralitas di media sosial apabila disikapi secara positif dapat memicu respons dari masyarakat untuk lebih peduli terhadap kasus kekerasan.
“Sebenarnya kalau menurut saya, bukan karena viral terus baru ditangani, melainkan kepada bagaimana viralnya itu membantu agar cepat tertangani. Kalau misalnya lebih viral itu kan lebih banyak masyarakat yang menjangkau, ketika sudah viral, masyarakat mulai menanggapi, mulai ramai, jadi tanggapan masyarakat itu yang menjadi bentuk kepedulian,” ucapnya.
BACA JUGA: Polisi Gerak Cepat Tangkap Pelaku KDRT yang Menimpa Selegram Intan Nabila
Ia mengemukakan, kasus KDRT selama ini sudah banyak terjadi di tengah masyarakat, tetapi masyarakat masih kurang tanggap karena korban tidak mengungkapkannya dengan berbagai alasan, misalnya malu, takut, atau menyimpannya sendiri karena dianggap aib keluarga.
"Masalahnya kalau kita ada di dalam lingkup rumah tangga itu, tidak sedikit yang berpikiran bahwa karena keluarga, ini aib sehingga harus ditutupi begitu, kemudian pikiran-pikiran bahwa nanti dia (pelaku kekerasan) akan berubah, misal ketika anaknya sudah besar pasti akan berubah dan lain sebagainya," ujar dia.
Ia mengapresiasi pemerintah yang sudah membuat berbagai kebijakan, termasuk menyediakan layanan psikolog klinis di puskesmas yang dapat diakses dengan biaya terjangkau oleh masyarakat.
"Kalau yang saya lihat ya, di Surabaya dan DI Yogyakarta, sudah saya temukan seperti itu. Di puskesmas-puskesmas itu sudah ada psikolog klinis, jadi pemerintah itu sudah mulai memberikan layanannya, hanya saja perlu lebih diperhatikan agar lebih menjangkau wilayah terpencil," ujar dia.
Untuk itu, ia menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat agar bisa mengakses layanan-layanan tersebut, karena selama ini masih ada stigma negatif ketika seseorang hendak berkonsultasi ke rumah sakit jiwa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pakar Hukum Pidana Nilai Penetapan Tersangka Tom Lembong Masih Prematur
- Pengaruh Dukungan Anies Vs Dukungan Jokowi di Pilkada Jakarta 2024, Siapa Kuat?
- Yusril Bantah Mary Jane Bebas, Hanya Masa Hukuman Dipindah ke Filipina
- ASN Diusulkan Pindah ke IKN Mulai 2025
- Pelestarian Naskah Kuno, Perpusnas Sebut Baru 24 Persen
Advertisement
Prakiraan Cuaca BMKG Jumat 22 November 2024: DIY Hujan Ringan Siang hingga Malam
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Selama Agustus Oktober, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Yogyakarta Terbtkan Belasan Ribu Paspor
- Badan Geologi Kementerian ESDM Mendorong Seluruh Kawasan Bentang Karst di Indonesia Dilindungi
- KAI Angkut 344 Juta Penumpang Periode Januari-Oktober 2024
- Kemenpar Usulkan Tambahan Dana Rp2,2 Triliun di 2025, Ini Tujuannya
- Tiga Tol Akses ke IKN Dibuka Fungsional Mulai 2025, Belum Dikenakan Tarif
- Khawatir Muncul Serangan Udara, Italia Tutup Sementara Kedubesnya di Ukraina
- Korupsi Dana Bantuan Kesehatan, Eks Kepala Puskesmas di Purbalingga Dihukum 1 Tahun Penjara
Advertisement
Advertisement