Advertisement
Cadangan Nikel RI Habis 15 Tahun Lagi? Ini Faktanya
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia saat wawancara dengan Bisnis Indonesia di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Bisnis - Himawan L Nugraha
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA—Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membantah bahwa cadangan nikel Indonesia akan habis dalam 15 tahun mendatang.
Menurutnya, masih banyak potensi sumber daya nikel di Tanah Air yang belum dieskplorasi. Bahlil mengatakan, proyeksi umur cadangan nikel hanya sampai 15 tahun itu belum ada kajian teknisnya.
Advertisement
Perkiraan tersebut, menurutnya, baru didasarkan pada perhitungan jumlah cadangan nikel yang sudah dieksplorasi dengan kapasitas smelter nikel yang sudah beroperasi.
BACA JUGA: Ada Bakteri dalam Ikan yang Kebal Antibiotik, Peneliti IPB: Butuh Tindakan Cepat
“Gini, belum ada satu kajian teknis yang menyatakan bahwa 15 tahun [umur cadangan nikel] itu kan baru persepsi saja. Hasil itu hanya hasil eksplorasi dengan kapasitas smelter yang ada,” kata Bahlil di Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Bahlil menuturkan, saat ini masih banyak tempat yang belum dieksplorasi oleh pemerintah untuk menambah cadangan nikel yang ada. Dia juga meyakini bahwa wilayah Papua masih menyimpan sumber daya nikel yang cukup besar sehingga dia ragu bahwa cadangan nikel Indonesia akan habis dalam 15 tahun.
“Jadi saya nggak yakin [cadangan] 15 tahun, masih banyak. Di Papua itu masih banyak nikel,” ujarnya.
Data Cadangan Nikel Kementerian ESDM
Sementara itu, Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.
Dengan besaran sumber daya dan cadangan tersebut, menurut Badan Geologi, umur cadangan nikel saprolite (kadar tinggi) tinggal 15 tahun dan cadangan nikel limonite (kadar rendah) 34 tahun.
Atas dasar perhitungan tersebut, Kementerian ESDM berkomitmen untuk segera menghentikan investasi baru smelter nikel dengan teknologi pirometalurgi rotary klin-electric furnace (RKEF) yang menjadi lini pengolahan bijih nikel kadar tinggi. Kebijakan tersebut perlu diambil untuk mengimbangi permintaan saprolite yang tinggi, sementara cadangan bijih nikel kadar tinggi dalam negeri belakangan mulai menipis.
Adapun, pengolahan saprolite dengan teknologi RKEF ini pada umumnya menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi) untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.
Data serupa juga pernah diungkapkan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) yang menyebut cadangan bijih nikel kadar tinggi Indonesia hanya dapat bertahan 7 hingga 10 tahun. APNI memproyeksikan konsumsi saprolite tahun ini akan meningkat menjadi 150 juta ton dan akan terkerek hingga 400 juta ton pada 2026 mendatang.
Berburu Cadangan Nikel Baru
Kementerian ESDM pun tengah mendorong kegiatan eksplorasi baru bijih nikel pada kawasan lapangan hijau atau green field. Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Irwandy Arif mengatakan, upaya itu tengah didorong untuk menjaga cadangan bijih nikel yang belakangan makin tipis seiring investasi masif pada pertambangan bahan baku baterai listrik tersebut.
“Dari industri ada yang sedang melakukan eksplorasi detail, green field masih diupayakan, ada juga yang berminat,” kata Irwandy saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Kendati demikian, Irwandy menuturkan, beberapa perusahaan yang menunjukkan ketertarikan untuk melakukan eksplorasi pada lapangan hijau masih menunggu surat penugasan dari otoritas mineral.
“Yang berminat ini masih menunggu surat penugasan yang dari PP Wilayah belum turun, aturan turunannya,” kata Irwandy.
Berdasarkan Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2022-2027, Indonesia disebut masih menyimpan beberapa wilayah yang belum dieksplorasi (greenfield) yang dapat dikembangkan dan dijadikan peluang investasi, seperti untuk komoditas nikel ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- WHO Sebut Cacar Monyet Terdeteksi di 5 Negara di Luar Afrika
- Mulai 3 November, Tiket Pendakian Gunung Rinjani Resmi Naik
- Diserang RSF, Puluhan Ribu Warga Sudan Mengungsi dari El-Fasher
- DJ Panda dan Erika Carlina akan Kembali Bertemu, Ini Tujuannya
- Perang di Sudan Kembali Pecah, Sebanyak 2.227 Orang Tewas
Advertisement
Advertisement
Wisata DEB Balkondes Karangrejo Borobudur Ditawarkan ke Eropa
Advertisement
Berita Populer
- CIMB Niaga Syariah Haya Festival 2025 di UMY
- Perhatikan Rekayasa Lalu Lintas Selama Konser BLACKPINK
- NasDem DIY Rangkul Antusiasme Anak Muda Terlibat Politik
- Ekonom Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III Menguat
- AS Siapkan Uji Senjata Nuklir, Rusia Respons Serupa
- Komisi I DPR RI Desak RUU Keamanan Siber Disahkan
- Cek Lokasi Parkir di Konser BLACKPINK Sekitar GBK
Advertisement
Advertisement




