Advertisement
Pustakawan Usulkan Mahasiswa Tak Hanya Bikin Skripsi tetapi Juga Buku

Advertisement
JAKARTA—Penetrasi teknologi digital berdampak kepada timbulnya pergeseran kebiasaan membaca buku. Saat ini, para pembaca dimudahkan untuk mendapatkan informasi melalui gawai yang mereka miliki.
Seiring dengan penetrasi teknologi digital, penerbit juga dihadapkan dengan tuntutan baru untuk beralih menggunakan platform digital guna meningkatkan penjualan bukunya. “Tidak hanya buku tercetak, penerbit harus mampu menjual buku berformat digital,” terang Pustakawan Ahli Utama, Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Mariana Ginting dalam rilis yang diterima Harianjogja.com, Rabu (12/10/2022).
Advertisement
Mariana menyampaikan hal itu saat memberikan orasi ilmiah dalam kegiatan Orasi Ilmiah Pustakawan Ahli Utama yang diselenggarakan Perpusnas, pada Selasa (11/10/2022).
Berdasarkan pengamatannya, hasil tugas akhir mahasiswa jarang dibaca oleh masyarakat karena bahasa yang digunakan kaku, sehingga kurang menarik. Oleh sebab itu, untuk menambah jumlah penulis di Indonesia, dia menyarankan agar dibuat regulasi atau kebijakan yang mewajibkan setiap lulusan akademik selain skripsi, tesis, disertasi, juga menulis buku populer yang ber-ISBN sesuai dengan minat mahasiswa bersangkutan.
“Dengan demikian, karya dan jumlah penulis akan bertambah serta topik yang dibahas juga akan bervariasi,” ujarnya.
Baca juga: Luar Biasa! Baru 3 Bulan Tahun Ini, Pengunjung Perpustakaan Bantul Tembus 47.000 Orang
Selain itu, perlu adanya jaringan penerbit yang kuat dan dapat berbagi sumber daya sehingga penyebaran terbitan akan menekan biaya distribusi dan membuat harga buku lebih murah.
Sementara itu, Pustakawan Ahli Utama, Kamaludin, dalam orasi ilmiahnya memaparkan pustakawan juga berperan dalam penataan sumber daya audiovisual terintegrasi nasional. Dia mendapati kondisi bahwa sumber daya audiovisual yang dimiliki empat lembaga yakni LIPI, LAPAN, BPPT, dan BATAN yang tergabung dalam BRIN, belum terintegrasi.
Pengintegrasian sumber daya audiovisual secara nasional diharapkan dapat menjadi modal pengembangan budaya riset. “Peran dan tanggung jawab yang diampu oleh pustakawan ini harus bersinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, baik di dalam maupun di luar instansi,” jelasnya.
Pustakawan Ahli Utama, Sekretariat Daerah Bali, Luh Putu Haryani, memaparkan orasi ilmiah dengan tema Peran Perpustakan dalam Pembinaan Anak di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) dengan Layanan INVOKASI. Dia menjelaskan, layanan perpustakaan di lembaga pembinaan tidak hanya sebagai tempat peminjaman buku, tetapi juga membina anak dengan Layanan Inklusi, Advokasi, dan Edukasi (INVOKASI). Baginya, anak adalah harapan bangsa di masa yang akan datang sehingga kehidupannya wajib diperhatikan dengan baik.
Pada penelitiannya, dia menemukan permasalahan Warga Binaan Anak (WBA) yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga masalah yaitu pendidikan, kepribadian dan psikologis, serta hiburan/rekreasi.
“Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan program pembinaan yang komprehensif meliputi program pendidikan yang lebih luwes, bimbingan/advokasi kepribadian dan psikologi, serta program lain yang bersifat inklusi,” ungkapnya.
Dia menegaskan, Layanan INVOKASI sangat cocok diimplementasikan sebagai layanan ekstensi yang diberikan khusus untuk WBA di LPKA.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, dalam arahannya menuturkan, pustakawan dituntut untuk mendukung peningkatan kualitas serta harkat dan martabat kaum marginal. Saat ini, pustakawan harus mampu untuk meyakinkan seluruh pemangku kepentingan atas keberadaan perpustakaan dalam kehidupan masyarakat.
Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial yang digaungkan oleh Perpusnas dinilai sangat berperan untuk mengubah hidup masyarakat menjadi lebih baik. Dia menegaskan, perpustakaan secara nyata berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui pembekalan kemampuan untuk masyarakat dalam membangun usaha kecil menengah.
“Yang paling penting adalah bagaimana cara kita bisa mengubah bangsa kita menjadi bangsa yang besar dengan mengimplementasikan 70 persen transfer knowledge yang ada di perpustakaan kepada masyarakat,” jelasnya.
Pada hari pertama kegiatan orasi ilmiah, Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengukuhkan lima Pustakawan Ahli Utama yakni Kamaludin dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Hartono dari Perpusnas, Luh Putu Haryani dari Sekretariat Daerah Bali, Supratomo dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Timur (Dispusip Jawa Timur), dan Mariana Ginting dari Perpusnas. *
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Demi Redam Ancaman Tarif Trump, Indonesia Hendak Beli Alutsista dari AS?
- Kebakaran Landa 12 Rumah di Gambir, Satu Orang Luka Bakar
- Guru Ngaji di Pondok Pesantren Tulungagung Ditangkap Polisi, Diduga Cabul kepada Santri
- Januari-Awal April 2025, KSPN Catat Ada 23.000 Pekerja Kena PHK
- LG Batal Investasi di Proyek Baterai Nikel RI
Advertisement

Libur Panjang Paskah, 21.400 Penumpang KA Jarak Jauh Tiba di Stasiun Daop 6 Yogyakarta
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Guru Ngaji di Pondok Pesantren Tulungagung Ditangkap Polisi, Diduga Cabul kepada Santri
- Potensi Zakat dan Wakap Tinggi, Menang Ingin Bentuk Lembaga Pengelolaan Dana Umat
- Antrean Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok Ditarget Selesai pada Minggu
- Ridwan Kamil Resmi Laporkan Lisa Mariana ke Bareskrim
- Kebakaran Landa 12 Rumah di Gambir, Satu Orang Luka Bakar
- Pemerintah Targetkan Kemiskinan Ekstrem Nol Persen pada 2026, Salah Satunya Lewat Sekolah Rakyat
- BPJS Ketenagakerjaan Serahkan Santunan JKM untuk Ahli Waris Rois di Kalurahan Sriharjo Bantul
Advertisement