Advertisement

Promo November

Jelajah Kuliner: Cerita Presiden Sampai Legenda Komedian di Tahu Pojok Magelang

Sirojul Khafid
Jum'at, 07 Oktober 2022 - 06:27 WIB
Budi Cahyana
Jelajah Kuliner: Cerita Presiden Sampai Legenda Komedian di Tahu Pojok Magelang Tahu Pojok Magelang, Megaleng, beberapa waktu lalu. - Harian Jogja/Sirojul Khafid

Advertisement

MAGELANG—Tembok warung itu serasa kumpulan guratan cerita. Foto-foto para penikmat kupat tahu berjajar rapi. Tentu tidak semua orang tahu siapa saja orang-orang dalam gambar itu itu. Namun ada beberapa foto yang tampaknya susah untuk tidak dikenali.

Salah satunya legenda komedian Indonesia, Indro Warkop. Sri Kuntariati berbinar saat bercerita apabila Indro sering mampir ke Warung Tahu Pojok Magelang. Sudah lebih dari hitungan jari, teman Dono dan Kasino itu berkunjung.

Advertisement

“Indro Warkop langganan makan di sini, sama keluarganya. Terakhir makan di sini, dia habis dua porsi,” kata Sri saat ditemui Tim Jelajah Kuliner: Merawat Masakan Warisan Leluhur di Magelang, Jumat (23/9/2022).

Jelajah Kuliner ini merupakan kerja sama Harian Jogja dengan Badan Otorita Borobudur dan Alfamart.

Tahu Pojok Magelang sudah ada sejak 1942 sehingga sudah ribuan atau mungkin jutaan orang menikmati rajikan bumbu yang masih bertahan sampai hari ini. Awalnya, nenek dan ayah Sri berjualan kupat tahu di Alun-Alun Kota Magelang, tepatnya di pojokan. Kala itu belum ada bangunan permanen, berbagai bahan masih dipikul dengan gerobak.

Memasuki 1950-an, ada tempat yang memungkinkan untuk menjadi warung permanen. Tempat itu hanya sekitar 300 meter di sebelah Selatan Alun-Alun Kota Magelang, tepatnya di Jalan Tentara Pelajar Nomor 14 Kota Magelang. Dahulu, tempat tersebut merupakan penitipan sepeda para pegawai pemerintahan. Sejak saat itu, para pengunjung bisa menikmati kupat tahu dengan lebih nyaman.

Tidak hanya tempat yang semakin diperbaiki, kualitas makanan juga semakin ditingkatkan. Lantaran dahulu masih zaman penjajahan Jepang, menu yang dihidangkan sekadarnya.

“Dulu hanya kupat dan tahu, sesederhana mungkin. Mencari sayuran dan lainnya masih sulit, dulu nenek saya bikin taoge sendiri. Zaman Jepang mencari taoge tidak semudah sekarang,” kata Sri yang saat ini berusia 64 tahun.

BACA JUGA: Jelajah Kuliner: Resep Leluhur Kopi Pit, Merawat Warisan dan Pengunci Kenangan

Keadaan Indonesia, terutama Magelang, yang semakin membaik, membuat hidangan kupat tahu ini juga semakin variatif. Kini tidak hanya kupat, tahu, dan sayur. Sudah ada tambahan bakwan sampai telur dadar. Sesuai permintaan konsumen.

Meski warung kupat tahu lain juga bermunculan, Sri mengklaim rasa makanan di warungnya berbeda. Salah satu sebabnya, tahu yang mereka pakai diproduksi oleh pabrik yang khusus untuk warung Tahu Pojok Magelang sehingga tidak ada tahu yang sama dengan milik Sri.

Selain tahu, kacang dan kecap juga dibuat sendiri. “Kami sebagai penerus berusaha untuk semakin meningkatkan mutu. Bahan baku selalu pilih yang bagus, sehingga harganya lebih mahal dari umumnya,” kata Sri.

“Namun resep tetap kami pertahankan, resep kami pegang teguh.”

Saat ini, harga satu porsi kupat tahu sebesar Rp16.000. Misal ada penambahan telur dadar, maka biaya tambahan sebesar Rp5.000.

Ikon di Magelang

Kupat tahu kini menjadi salah satu ikon resmi makanan di Kota Magelang. Sejarah dan sepak terjang Warung Tahu Pojok Magelang menjadi salah satu tolok ukurnya. Berjalan lebih dari 80 tahun menjadi bukti sejarah kuliner kupat tahu di Magelang.

Penetapan ini dibarengi dengan sosialisasi kupat tahu pada acara daerah maupun nasional. Terlebih Sri juga pernah bekerja di Dinas Pariwisata Kota Magelang sehingga sosialisasi bisa lebih masif. Beberapa agenda yang pernah dikunjungi Tahu Pojok Magelang berada di Borobudur sampai Jakarta.

Meski menjadi ikon kuliner, Tahu Pojok saat ini tidak membuka cabang. Adapun satu warung di luar yang pusat, jaraknya hanya sekitar 50 meter di selatannya. Warung itu pindahan dari cabang Tahu Pojok di sekitar Candi Mendut, Magelang. Saat pandemi dan kontrak sewa sudah habis, warung dipindahkan.

Nama besar ini juga semakin membuat wisatawan penasaran dengan rasa kupat tahu di Tahu Pojok Magelang. Banyak wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia yang mampir ke sini. Bahkan wisatawan luar negeri, biasanya tamu hotel juga tidak jarang menjajal kuliner legendaris ini.

“Kalau ke Magelang belum mampir ke sini, katanya belum puas,” kata Sri.

“Sekarang banyak juga yang mbungkus untuk dibawa pulang. Kami sediakan plastik khusus misal mau buat makan di perjalanan.”

Lantaran waktu ternikmat makanan ini hanya beberapa jam setelah dihidangkan, apabila ada pengunjung yang ingin menikmatinya esok hari, pengemasannya juga khusus. Pengunjung ini biasanya yang hendak pulang ke luar kota dan memakan kupat tahu di hari berikutnya.

Agar bisa bertahan sekitar sehari, bahan-bahan diberikan dalam bentuk mentah. Beberapa sayur perlu dibilas dengan air putih panas terlebih dahulu. Kemudian pengemasan di plastik dibuat dengan cara dipisah-pisah per bagian. Nantinya pembeli bisa mengolah sendiri saat sudah sampai di rumah.

“Pernah suatu saat, keponakan temen saya dari Jakarta ngidam kupat tahu. Dibawain dari sini bahan-bahannya. Nanti tinggal kuahnya dipanasin, tahu digoreng, kupatnya masih utuh, sayur mentah, lubis tinggal iris, touge dijarangi. Asal ngemasnya bilang mau dibawa ke mana, kami kemas secara khusus agar bisa bertahan sehari,” katanya.

Senin sampai Jumat, Sri bisa menjual 100-200 porsi. Sementara apabila akhir pekan, penjualan bisa sekitar 300-400 porsi.

Cerita yang Terus Berlanjut

Setiap pengunjung yang datang ke Tahu Pojok Magelang membawa cerita mereka masing-masing. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, setiap kali datang selalu memesan separuh ruangan untuk rombongannya.

Separuh tempat yang lainnya untuk tamu umum. Ajudan Ganjar meminta Sri untuk mencatat makanan yang dipesan oleh pengunjung selain dari rombongannya. Pembayaran akan ditanggung rombongan Ganjar.

Beda lagi dengan mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Setidaknya sudah lima kali dia mampir ke warung ini. Tiga kali sebelum menjadi presiden, dan dua kali sesudah lengser. Selama menjabat dan kebetulan berkunjung ke Magelang, pesanan kupat tahu diantarkan ke markas Tentara Nasional Indonesia yang kala itu menjadi tempat singgahnya.

“Tapi ada juga orang di foto yang saya lupa dia siapa. Kadang ada yang minta difoto terus minta dipasang di tembok,” kata Sri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Advertisement

alt

Angka Konsumsi Ikan oleh Masyarakat Bantul Masih Rendah

Bantul
| Jum'at, 22 November 2024, 21:07 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement