Advertisement
Rp100 Juta Dimakan Rayap, Warga Pertanyakan Penghasilan Pria Penjaga SD Ini..
Penjaga SD Negeri Lojiwetan, Samin, menunjukkan uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 yang rusak dimakan rayap di Lojiwetan, Kedunglumbu, Pasar Kliwon, Solo, Selasa (13/9/2022). - Solopos/Nicolous Irawan
Advertisement
Harianjogja.com, SOLO-Kasus uang ratusan juta milik penjaga SDN Lojiwetan di Pasar Kliwon, Solo bernama Samin yang rusak karena dimakan rayap viral belakangan ini. Warga pun menanyakan darimana tenaga kontrak itu bisa mengumpulkan uang sebanyak itu.
Gajinya yang berstatus pegawai kontrak senilai Rp2.050.000 per bulan. Namun, Samin dan istrinya Sri Kadarwati memiliki usaha sampingan, yakni kantin sekolah dan warung.
Advertisement
“2,5 tahun, Rp100 juta….mungkin disambi jualan/serabutan, pendapatan suami diirit-irit bener, pendapat 2 orang. 1 orang buat full hidup dll, 1 orang lagi buat tabungan per hari 50/100 tergantung dapatnya mungkin…goodjob pak. Salut perlu belajar kelola keuangan bener, per hari kudu nabung Rp100.000,” tulis pengguna akun mariiariio di kolom komentar unggahan akun Instagram @koransolopos.
Ternyata gaji Samin sebagai penjaga sekolah senilai Rp2.050.000 per bulan atau tak lebih dari UMK Solo. Namun, selain menerima gaji bulanan, Samin kerap mendapat uang lelah dari para guru saat membuat minuman setiap hari.
Baca juga: Layangkan Somasi ke Pengelola Tanah Kas Desa di Sleman, Sultan Singgung Ancaman Pidana
Dia juga mendapat uang saat ada rapat atau pertemuan guru atau antara pihak sekolah dengan wali siswa.
“Sampai sekarang, status saya sebagai pegawai kontrak. Saya bekerja sebagai penjaga sekolah sejak 1996. Gaji saya setiap bulan Rp2.050.000,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com-jaringan Harianjogja.com, Rabu (14/9/2022)
Selain gaji bulanan, Samin dan istrinya mendapat penghasilan yang nilainya jauh lebih besar dari usaha sampingan. Istri Samin, Sri Kadarwati mengelola kantin sekolah setiap hari. Hampir semua siswa jajan makanan di kantin sekolah saban hari.
Di luar sekolah, pasutri itu juga memiliki usaha lain, yakni warung makan. “Ya tidak mesti, kadang Rp200.000, kadang Rp100.000. Akhirnya terkumpul segitu. Sudah lama saya menabung, sekitar 2,5 tahun. Pokoknya sebelum muncul pandemi Covid-19,” ujar Samin.
Samin dikenal sebagai pribadi yang gemar menabung dan sederhana. Sebagian besar gaji yang diterima setiap bulan dimasukkan ke dalam celengan. Upah di luar gaji juga disimpan di celengan. Begitu juga, penghasilan dari usaha warung juga dimasukkan ke celengan.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Samin mengambil dari penghasilan usaha kantin sekolah.
“Kami buka kantin sekolah mulai pukul 06.00 WIB. Njagani kalau ada siswa yang belum sarapan di rumah. Hasil dari kantin untuk makan sehari-hari,” ujar dia.
Biaya Anak Sekolah
Berkat kesederhanaan dan kerja kerasnya, Samin mampu membiayai studi anak sulungnya hingga jenjang perguruan tinggi. Saat ini, anak pertama Samin tengah merampungkan skripsi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Sedangkan anak keduanya duduk di bangku SMA.“Anak saya yang kedua sedang praktek kerja lapangan [PKL] di Kalimantan. Mungkin dua bulan atau tiga bulan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Solopos
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Badan Geologi Pantau Ketat 127 Gunung Api Aktif di Indonesia
- Libur Nataru, KLH Prediksi Sampah Nasional Naik 59 Ribu Ton
- Lebih dari 4 Juta Senjata Beredar, Australia Luncurkan Buyback Nasion
- KPK Tangkap Enam Orang dalam OTT di Kalimantan Selatan
- Kakak Sulung Berpulang, Unggahan Atalia Praratya Mengharukan
Advertisement
Advertisement
Sate Klathak Mbah Sukarjo Hadirkan Kuliner Khas di Pusat Kota
Advertisement
Berita Populer
- Pakar UMY Tekankan Peran LKM Jaga Perputaran Ekonomi Desa
- Harga Emas Pegadaian Naik, UBS dan Galeri24 Kompak Menguat
- Penumpang KAI Daop 6 Capai 46.602 di Hari Ketiga Nataru
- Gunung Semeru Erupsi, Kolom Abu Capai 1,2 Kilometer
- BNPB: Banjir Bandang Guci Tegal Belum Ada Korban Jiwa
- Muhammadiyah Bantul Himpun Infak Jumat Bantu Bencana Sumatera
- Pengurus Wushu DIY Dilantik, Fokus Taolu dan Sanda
Advertisement
Advertisement




