Advertisement
Pakar Sebut Indonesia Berpotensi Dihantam Gelombang Omicron BA.4 dan BA.5
 Epidemiolog dari  Griffith Dicky Budiman memastikan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan lebih mematikan dibanding varian Delta ketika menyerang pasien lansia, penderita komorbid, dan anak usia di bawah 5 tahun yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19. - Antara
                Epidemiolog dari  Griffith Dicky Budiman memastikan bahwa subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 akan lebih mematikan dibanding varian Delta ketika menyerang pasien lansia, penderita komorbid, dan anak usia di bawah 5 tahun yang belum mendapatkan vaksinasi Covid-19. - Antara
            Advertisement
Bisnis.com, JAKARTA- Pakar Epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan bahwa subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5 berpotensi memicu gelombang Covid-19 baru di Indonesia.
Dicky menyebutkan bahwa Indonesia harus memiliki modal yang lebih baik untuk mengatasi gelombang subvarian baru Omicron BA.4 dan BA.5.
Advertisement
Diketahui, subvarian baru Omicron tersebut sudah masuk ke Indonesia dan gelombang Covid-19 baru kemungkinan akan terjadi.
"Potensi gelombang BA.4 dan BA.5 jelas akan ada. Untuk mengatasinya tentunya kita harus punya modal yang lebih baik yakni imunitas," kata Dicky kepada Bisnis, Minggu (19/6/2022).
Imunitas menurut Dicky dapat ditingkatkan dengan percepatan vaksin dosis ketiga atau booster. Meskipun baru 25 persen dari populasi, dia menilai bahwa percepatan vaksin di Indonesia tahun ini lebih baik dibandingkan ketika gelombang varian Delta pada tahun lalu.
"Di sisi lain modal ini harus ditingkatkan dengan akselerasi dari vaksinasi khususnya tiga dosis mengejar ke kelompok yang rawan atau pada kelompok dewasa yang sudah jauh lebih dari 6 bulan itu harus dikejar banget," katanya.
BACA JUGA: Harga Pangan di Jogja Makin Mahal, Cabai Tembus Rp100.000 per Kilogram
Tidak hanya itu, Dicky juga mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga konsistensi untuk melakukan upaya pencegahan. Terlebih belakangan ini sudah ada pelonggaran di mana-mana, membuat masyarakat lalai protokol kesehatan (prokes).
"Yang kita tahu dalam menghadapi menghadapi subvarian ini kita tidak hanya mengandalkan modal imunitas vaksinasi saja. Akan tetapi kombinasi dengan perubahan perilaku, intervensi public health itu menjadi sangat kuat dan penting dilakukan," katanya.
Dicky juga menyinggung terkait narasi-narasi optimisme terkait Covid-19 yang justru membuat masyarakat tidak waspada. Dengan itu, dia menyarankan dibandingkan membangun narasinya yang membuat masyarakat lalai, lebih baik memperbaiki fasilitas kesehatan di wilayah-wilayah yang cakupan vaksinnya masih buruk.
"Kita harus melihatnya dari sisi atau daerah yang terbatas faskes ya ini yang yang harus disadari dan ditingkatkan. Terutama distribusi atau percepatan dari dua dosis dan tiga dosis yang harus merata dan termasuk dalam hal ini juga harus mengingatkan Pemerintah surveilans harus diperkuat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
 
    
        Besok, 2 Kereta Pusaka Keraton Jogja Berusia Ratusan Tahun Diarak
Advertisement
Berita Populer
- Kirab Budaya dan Lomba Gunungan MAN 1 Bantul di Hari Santri Nasional
- DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN, Jumlah Penduduk Naik 0,27%
- Bantul Kembali Ajukan Diri sebagai Jejaring Kota Kreatif Dunia 2026
- Jadwal Terbaru KA Bandara Jogja, Jumat 31 Oktober 2025
- Kinerja Pemda DIY Positif, Capaian Fisik OPD Kategori Baik
- Resmi, Juventus Tunjuk Luciano Spalletti Jadi Pelatih
- Cek! Jadwal SIM Keliling di Sleman Hari Ini, Jumat 31 Oktober 2025
Advertisement
Advertisement






















 
            
