Advertisement
Hasil Survei: Ada Pergeseran Perilaku Pemilih
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bersama Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (kiri) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kanan) menandatangani nota kesepahaman dibentuknya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) pada acara silaturahmi di Plataran Senayan, Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Kegiatan silaturahmi nasional itu merupakan sebuah ikhtiar partai-partai KIB yaitu Partai Golkar, PAN, dan PPP untuk menunjukkan tradisi politik yang baru. - Antara/Rivan Awal Lingga.
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Survei Indonesia Political Opinion (IPO) pada periode Mei 2022 mendapati 60 persen responden menyatakan ketidakpuasaannya terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin selama kurang lebih tiga tahun ke belakang.
Adapun secara rinci, 51 persen responden menyatakan ketidakpuasannya dan dengan diikuti oleh 9 persen yang merasa sangat tidak puas dengan kinerja Presiden RI tersebut.
Advertisement
Berdasarkan hasil akhir itu, 51 persen responden merasa tidak puas dengan kinerja Presiden dan Wakil Presiden dalam bidang sosial, 54 persen tidak puas dalam bidang ekonomi, dan 47 persen tidak puas dengan kinerja pemerintah dalam bidang politik/hukum.
"Secara konsisten, sejak bulan Februari hingga Maret 2022, tingkat kepuasan pada pemerintah berada di posisi yang rendah, yakni gabungan yang menyatakan sangat puas dan puas hanya sebesar 40 persen," dikutip dari rilis resmi IPO, Sabtu (4/6/2022).
Meskipun demikian, dari 40 persen responden yang menyatakan kepuasannya, 79 persen responden tetap menolak adanya perpanjangan masa jabatan Presiden dan dengan 64 persen responden yang menolak penambahan periode jabatan Presiden.
Selain untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden, survei ini juga dilakukan untuk menghasilkan nama Capres dan Cawapres pilihan 1.200 responden yang ikut serta dalam survei tersebut.
Diketahui bahwa nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo masih bertengger di tiga besar elektabilitas tokoh bakal capres pada Pilpres 2024 mendatang.
Prabowo kembali berhasil memuncaki top of mind capres dengan perolehan akhir sebesar 10,4 persen. Diikuti oleh Anies dengan perolehan suara sebesar 10,1 persen. Sementara itu, nama Ganjar Pranowo terlihat menempati posisi ketiga, dengan perolehan akhir sebesar 7,6 persen.
Ganjar vs Prabowo Berebut Pengaruh
"Jadi trennya, Ganjar selalu unggul. Kedua Prabowo, sementara Anies cenderung statis. Sekarang 'peperangan' terjadi antara Prabowo dengan Ganjar. Antara Desember-Maret, Prabowo naik 4 persen dan Ganjar turun 4 persen," kata Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu (4/6/2022).
Prabowo dan Ganjar memang kerap berada di posisi teratas dalam berbagai jajak pendapat lembaga survei terkait Pilpres 2024. Namun belakangan, SMRC mencatat pemilih Jokowi-Ma'ruf banyak yang memutuskan beralih mendukung Menhan Prabowo di Pilpres 2024.
Saiful menjelaskan dalam survei-survei yang dilakukan SMRC selama setahun terakhir, masyarakat yang memilih Jokowi di Pilpres 2019, trennya cenderung memilih Ganjar, meskipun banyak juga yang bergeser ke Prabowo dan Anies Baswedan.
Pada medio Mei 2021 hingga Maret 2022 yaitu selama empat kali survei, Ganjar merebut suara paling banyak dari pemilih Jokowi. Pergerakannya dari 32,8 persen pada Mei 2021, sempat melonjak 40,6 persen pada Desember 2021, dan terakhir turun jadi 36,9 persen pada Maret 2022.
Sementara, Prabowo meraih 24,6 persen pada Mei 2021, turun 22,4 pada Desember 2021, dan naik lagi menjadi 26,3 persen pada Maret 2022. Dan, Anies Baswedan sendiri meraih 23,8 pada Mei 2021, dan 20,8 persen pada Maret 2022.
Menurut Saiful Mujani, peta dukungan pemilih Jokowi-Maruf Amin pada Pilpres 2019 penting bagi siapa pun yang akan berkompetisi pada Pemilu 2024.
Perilaku pemilih Jokowi-Ma'ruf tidak bisa hanya didasarkan keputusan partai. Aspek-aspek dari partai politik lain, kata dia, juga perlu dihitung mengingat jumlah suara PDI Perjuangan hanya sekitar 20 persen, sementara Jokowi-Ma'ruf memperoleh 55 persen suara pada Pemilu 2019.
"Kekuatan PDIP kan sekitar 20 persen lebih dari total pemilih nasional. Untuk meraih 50 persen plus, butuh dukungan partai lain. Dan pemilih Jokowi di 2019 kan bukan hanya dari PDIP. Ada dari Nasdem, Golkar, dan lain-lain," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Siaran Pers dan Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ini Titik Rawan Macet di Sleman Saat Libur Natal dan Tahun Baru
- Tarif DAMRI Jogja-YIA Rp80.000, Ini Jadwal Minggu 14 Desember
- ASEAN Desak Gencatan Senjata Diperluas di Myanmar
- Jadwal KA Prameks Minggu 14 Desember 2025
- Dispar Bantul Wajibkan Tarif Jelas Selama Libur Nataru
- Jadwal SIM Keliling Polda DIY Desember 2025, Cek di Sini
- Harga Emas Pegadaian Terbaru: UBS Turun Tipis, Galeri24 Masih Stabil
Advertisement
Advertisement





