Advertisement
Kerusuhan di Afrika Selatan Tewaskan 72 Orang

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Kerusuhan di Afrika Selatan yang dipicu oleh pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma terus meningkat, meskipun ada seruan untuk tenang dari pejabat senior dan pengerahan ribuan tentara ke jalan-jalan untuk memperkuat polisi.
Presiden Cyril Ramaphosa menggambarkan kekerasan dan protes yang mematikan sebagai yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 27 tahun sejak berakhirnya rezim apartheid.
Advertisement
Korban tewas akibat kerusuhan selama hampir seminggu meningkat menjadi 72, beberapa dari luka tembak, sementara 1.300 orang telah ditangkap.
BACA JUGA : Kerusuhan Etnis Pecah di Ethiopia, 100 Orang Lebih Tewas
Sepuluh orang tewas dalam kerumunan massa pada Senin malam di sebuah mal, kata para pejabat.
Beberapa orang lainnya dilaporkan tewas saat tumpukan barang di gudang ambruk dan empat petugas polisi terluka.
“Kami yakin lembaga penegak hukum kami dapat melakukan pekerjaan mereka dengan sukses. Situasi saat ini di lapangan berada di bawah pengawasan ketat dan kami akan memastikan itu tidak akan memburuk lebih lanjut,” ujar Menteri Kepolisian, Bheki Cele seperti dikutip TheGuardia.com, Rabu (14/7/2021).
Dikatakan, akibat kerusuhan itu terjadi gangguan berupa risiko kekurangan obat-obatan dan bahan makanan yang parah di seluruh Afrika Selatan.
Gelombang kekerasan telah mengganggu peluncuran vaksinasi di Afrika Selatan selain akses ke layanan kesehatan penting termasuk pengumpulan obat oleh pasien yang menderita tuberkulosis dan HIV, menurut kementerian kesehatan.
Mereka yang telah berjanji untuk vaksinasi di daerah yang dilanda kerusuhan telah disarankan untuk menjadwal ulang.
Ada juga laporan tentang klinik yang dijarah dan masalah dengan pengiriman oksigen ke rumah sakit yang merawat korban gelombang ketiga infeksi Covid-19 yang mencengkeram negara itu.
Kerusuhan sejauh ini terbatas pada dua provinsi terpadat di Afrika Selatan yakni Gauteng, di mana Johannesburg, kota terbesar dan pusat kekuatan ekonomi berada dan KwaZulu-Natal, provinsi asal Zuma. Sedangkan, beberapa jalan raya utama Afrika Selatan diblokir.
Sebanyak 26 orang tewas di KwaZulu-Natal dan 19 di Gauteng, termasuk 10 yang tewas dalam kerumunan massa saat penjarahan Mal Ndofaya di Soweto.
Penjarah kabur dengan televisi besar, oven microwave, pakaian dan linen. Beberapa di antaranya mengendarai mobil dan truk pickup ke toko-toko untuk membantu memindahkan barang-barang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Ledakan di Cengkareng, Mabes Polri Terjunkan Tim Puslabfor
- Wakil Kepala BGN Ingatkan Program MBG Jangan Berorientasi Bisnis
- Cuaca di Sebagian Besar Wilayah Indonesia Hari Ini Hujan Ringan
- Pemerintah Bakal Bangun Enam Pusat Perawatan Pesawat Udara Terpadu
- 2.039 Kios Lakukan Kecurangan Penjualan Pupuk, Begini Respons Mentan
Advertisement

Dishub DIY Mengaku Kesulitan Tertibkan Parkir Liar di Sumbu Filosofi
Advertisement

Thai AirAsia Sambung Kembali Penerbangan Internasional di GBIA
Advertisement
Berita Populer
- Cuaca di Sebagian Besar Wilayah Indonesia Hari Ini Hujan Ringan
- Harga Bawang, Cabai, hingga Telur Kompak Turun Hari Ini
- Purbaya: Ekonomi Tumbuh 5,7 Persen Jika Program Perumahan Berhasil
- Studi Ungkap Risiko Mengkonsumsi Minuman Keras di Usia Muda
- Kawasan Sungai Code Jadi Sasaran Gerakan Bantul Bersih Sampah 2025
- Wakil Kepala BGN Ingatkan Program MBG Jangan Berorientasi Bisnis
- Gudang Furniture di Pendowoharjo Terbakar, Kerugian Rp100 Juta
Advertisement
Advertisement