Advertisement
Pendiri NU Hilang dalam Kamus Sejarah, Semua Buku Sejarah Modern Indonesia Akan Dikaji Ulang
K.H. Hasyim Asy'ari - Istimewa
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Kehebohan akibat beredarnya draf buku Kamus Sejarah Indonesia direspons cepat oleh Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kehebohan terjadi karena dalam soft copy Kamus Sejarah Indonesia, pendiri Nahdlatul Ulama K.H. Hasyim Asy'ari tidak terdapat dalam lema tersendiri.
Advertisement
Masalah muncul karena draf tersebut sempat diunggah di website rumah belajar, sehingga menimbulkan banyak pertanyaan.
Padahal, ujar Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, draf itu belum selesai.
Karena pengerjaan naskah belum selesai, dan masa anggaran sudah habis, maka pekerjaan yang belum selesai harus dilaporka. Maka, jadilah draf itu di-layout sebagai bahan laporan dan dicetak dalam jumlah terbatas, hanya 12 eksemplar.
Namun, ketika setiap direktorat diminta mengirimkan bahan untuk materi di website Rumah Belajar, draft itu termasuk yang dipublikasikan. Kesalahan itulah yang menimbulkan kehebohan.
Sebagai langkah korektif, Dirjen Kebudayaan sudah menurunkan naskah itu dari website. Tak hanya itu, semua buka sejarah modern pun akan dikaji lagi.
"Kami sudah tarik dari website rumah belajar, semua buku sejarah modern juga akan kami review, kami tidak mau ada problem lagi," ujar Hilmar saat konferensi pers secara daring, Selasa (20/4/2021).
Hilman menjelaskan buku tersebut mulai disusun pada 2017, isinya berupa lema.
"Pekerjaan belum selesai, karena masa tahun anggaran sudah berakhir, harus dilaporkan sampai di mana, PDF, file, soft copy, untuk penyelesaian dan penyuntingan, lover dan kolofon menyusul, sampai 2019," ujar Hilmar.
Terkait munculnya isi naskah draf Kamus Sejarah itu di website, Hilmar dengan terbuka menyatakan telah terjadi kealpaan, keteledoran. "Naskah yang belum siap, sudah dimuat di website," ujarnya.
Hilmar pun terus terang menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan yang semestinya tidak terjadi tersebut.
"Kami menyampaikan permohonan maaf yang sangat, ke depan akan lebih melibatkan banyak pihak, sehingga lebih awas, untuk meminimalisir kesalahan," ujar Hilmar.
Dalam sesi tanya jawab, Hilmar menyebutkan terkait naskah Kamus Sejarah Indonesia itu akan dilakukan penyempurnaan. Juga akan melibatkan organisasi besar seperti Muhammadiyah dan PBNU.
"Tim akan dibentuk, Prof. Susanto semoga masih berkenan terlibat karena mengawal sejak awal, juga akan melibatkan temam-teman dari organiasi besar, untuk memastikan tidak ada kesalah. Niatnya untuk memperbaiki kesalahan, berharap diselesaikan penyempurnaannya, dari PBNU terlibat langsung, dan semua kesalahan sekecil apa pun bisa dikoreksi," ujar Hilmar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Trump Pertimbangkan Jual Jet Tempur F-35 ke Turki, Israel Waspada
- Trump Klaim 95 Persen Rencana Damai Rusia-Ukraina Telah Disepakati
- 46.207 Penumpang Tinggalkan Jakarta dengan Kereta Api Hari Ini
- Ratusan Warga Terdampak Banjir Bandang Kalimantan Selatan
- Kunjungan ke IKN Tembus 36.700 Orang saat Libur Natal 2025
Advertisement
Advertisement
Musim Liburan, Wisata Jip Merapi Diserbu hingga 20 Ribu Orang
Advertisement
Berita Populer
- Malam Tahun Baru, Ini Skenario Rekayasa Lalu Lintas Polda DIY
- Daya Beli Melemah, Hotel di Kota Jogja Andalkan Last Minute Booking
- Petani Gunungkidul Terima Bantuan Alsintan Rp12 Miliar
- Stok Darah Libur Nataru di Sleman Aman, PMI Terus Ajak Warga Donor
- Wacana Pilkada Lewat DPRD Dinilai Tak Jawab Persoalan Demokrasi
- Tanpa Kembang Api, Plaza Ambarrukmo Hadirkan Laser Light Show
- Catat, Ini Jadwal KRL Jogja-Solo Akhir Tahun 2025
Advertisement
Advertisement




