Advertisement
Faisal Basri: Ironis, Tiba-tiba Muncul Rencana Impor Beras
Ilustrasi - Petani melakukan penyemprotan pestisida organik pada tanaman padi di areal persawahan Kecamatan Ranomeeto, Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Senin (7/9/2020). - Antara
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri menilai isu impor beras tahun ini merupakan sebuah ironi. Pasalnya ketahanan pangan Indonesia tengah dalam tren positif.
Dia mengatakan sejumlah upaya pemerintah selama ini untuk mendongkrak ketahanan pangan menunjukkan tren cukup baik. Salah satunya kian bertambah lahan baku dari 7,1 juta hektare menjadi 7,46 juta hektare. Selain itu, saluran irigasi juga sudah diperbanyak pemerintah termasuk bendungan di sejumlah wilayah penghasil pangan.
Advertisement
BACA JUGA : Soal Polemik Impor Beras, Begini Sikap Muhammadiyah
“Jadi banyak sekali sebetulnya hasilnya sudah nyata. Oleh karena itu ironis kalau tiba-tiba muncul rencana impor beras ini,” katanya saat mengisi webinar Reformasi Kebijakan Perberasan, Senin (22/3/2021).
Kendati demikian Faisal Basri menyebut bahwa indeks ketahanan pangan global atau global food security index menempatkan Indonesia pada ranking 65 pada 2020. Peringkat ini lebih tiga peringkat dibandingkan 2019, atau kembali seperti tahun 2018.
Angka ini lebih rendah dibandingkan Thailand, Vietnam, Malaysia, China. Akan tetapi lebih baik dibandingkan dengan negara seperti Kamboja, Filipina dan Afrika Selatan.
Sementara itu kualitas dan ketahanan pangan juga berada di peringkat 85 dari 113 negara dengan skor di bawah 50.
BACA JUGA : Soal Impor Beras dan Garam, Ini Sikap PDIP
“Kualitas diversifikasi pangan kita itu relatif rendah dan menurut saya walaupun kita bicara besar ujung tombak [pangan], protein kita yang tersedia melimpah adalah ikan,” tuturnya.
Guru Besar Fakultas Pertanian UGM Masyhuri mengatakan bahwa estimasi produksi yang selama ini digunakan ternyata salah.
Akan tetapi sejak 2018, BPS telah menggunakan estimasi penghitungan baru yakni Kerangka Sampel Area (KSA) sehingga membuat penghitungan lebih akurat.
“Masalahnya apakah dengan akurat itu kita percaya begitu saja. Tentu masih ada error-nya, karena itu harus ada data lain untuk melakukan kebijakan impor yaitu data harga,” ujarnya.
BACA JUGA : Pemerintah Hobi Impor Beras, Petani di Sleman Merana
Di sisi lain, rencana impor beras dinilai akan menurunkan harga di tingkat petani meski dalam kondisi panen raya.
“Rencana impor beras akan menurunkan harga. Petani tidak akan menikmati harga yang baik. Mestinya pemerintah tidak impor dulu,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Bulan Perlahan Menjauhi Bumi, Ini Dampaknya bagi Kehidupan
- Hunian Korban Bencana Sumatera Bakal Dibangun di Lahan Negara
- Tokoh Dunia Kecam Penembakan Bondi Beach yang Tewaskan 12 Orang
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Libur Nataru, Penumpang Pesawat Diproyeksi Tembus 5 Juta
- Jembatan Bailey Teupin Mane Aceh Kembali Bisa Dilalui
- 500 Mahasiswa Dapat Beasiswa Kuliah dari Bupati Magelang
- Jadwal KSPN Malioboro-Pantai Baron Senin 15 Desember 2025
- Danantara Akuisisi Aset Hotel di Makkah untuk Jemaah RI
- Pemkot Jogja Dorong RTH Publik Ramah dan Seru untuk Anak
- PM Thailand Tegaskan Tak Ada Gencatan Senjata dengan Kamboja
Advertisement
Advertisement





