Advertisement
Banyak yang Menganggap Covid-19 Hasil Rekayasa

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 hampir berlangsung satu tahun di Indonesia. Kasus pertama Covid-19 diumumkan pada awal Maret 2020.
Meski sudah belasan bulan terjadi, ternyata masih ada yang menganggap Covid-19 sebagai konspirasi dan hasil rekayasa manusia.
Advertisement
Hal itu diketahui dari hasil survei yang dilakukan Parameter Politik Indonesia.
"Setelah hampir satu tahun Covid-19 masuk Indonesia, ternyata masih cukup banyak orang yang menganggap Covid-19 adalah konspirasi (20,3 persen) dan merupakan hasil rekayasa manusia (28,7 persen)," kata Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno dalam keterangannya di Jakarta, Senin (19/2/2021).
Terkait temuan survei, dia menyarankan agar sosialisasi maupun edukasi terkait Covid-19 terus digencarkan.
Adi menjelaskan survei tersebut menanyakan kepada responden apakah Covid-19 nyata atau rekayasa (konspirasi) yang dibuat untuk tujuan tertentu.
Hasilnya, menurut dia, sebanyak 56,7 persen menilai Covid-19 adalah nyata, 20,3 persen menganggap virus tersebut merupakan konspirasi, dan 23 persen tidak menjawab.
Adi mengatakan, survei juga menanyakan kepada responden apakah Covid-19 terbentuk secara alami atau rekayasa buatan manusia untuk tujuan tertentu.
"Sebanyak 48,9 persen responden menilai Covid-19 terbentuk secara alami, 28,7 persen buatan manusia, dan tidak menjawab sebesar 22,4 persen," ujarnya.
Temuan lain data survei menunjukkan bahwa kondisi ekonomi masyarakat saat ini masih relatif belum membaik dibanding 10 bulan yang lalu saat Covid-19 baru menyerang Indonesia.
Menurut dia, sebanyak 44,2 persen responden menilai kondisi ekonomi keluarga sama saja dibandingkan saat Covid-19 menyerang Indonesia pada bulan April 2020.
"Sebanyak 39,1 persen menilai kondisi ekonomi keluarga lebih buruk, 13,9 persen menganggap kondisinya lebih baik, dan 2,8 persen tidak menjawab," katanya.
Kondisi itu, menurut Adi, memicu kejenuhan masyarakat sehingga bersikap kurang peduli terhadap wabah Covid-19.
Adi menjelaskan, ketika responden diminta memilih antara aktivitas ekonomi atau penanggulangan wabah, masyarakat terbelah.
"Responden cenderung lebih memilih pembebasan aktivitas ekonomi walaupun berpotensi meningkatkan penyebaran Covid-19 yaitu sebesar 39,1 persen, dan sebanyak 32,9 persen responden memilih membatasi aktivitas ekonomi masyarakat demi mengurangi penyebaran virus Corona," katanya.
Survei Parameter Politik Indonesia tersebut dilakukan pada 3 - 8 Februari 2021 melibatkan 1.200 responden, diambil dengan menggunakan metode simple random sampling dari 6.000 data target yang telah dipilih secara random dari kerangka sampel.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode telepolling menggunakan kuisioner yang dilakukan oleh surveyor terlatih. Margin of error survei sebesar ± 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- IKN Berpotensi Menyokong Pengembangan Obat Herbal, Guru Besar UGM: Kalau Benar-Benar Pindah
- Anies Sebut Pembangunan IKN Timbulkan Ketimpangan Baru, Jokowi: Justru Sebaliknya
- Berstatus Tersangka, Permohonan Perlindungan Syahrul Yasin Limpo Ditolak
- Diskusi dengan Netanyahu, Elon Musk Dukung Israel
- Nawawi Ditunjuk Jadi Ketua, Insan KPK Mendukung Penuh
Advertisement

Anggota DPRD Kulonprogo Ungkap Petani Masih Kesulitan Pupuk
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Mantan Kepala BNPB Doni Monardo Wafat, Pemakaman Dipimpin KSAD Baru
- Wamenkumham Eddy Hiariej Diperiksa sebagai Tersangka, Begini Kronologi Kasusnya
- Tebing Longsor, Kereta Jakarta-Jogja Dialihkan lewat Bandung, Ini Daftarnya
- Erupsi Marapi: Batu Hujani Rumah Warga di Agam
- 3.000 Personel TNI-Polri Disiapkan Mengamankan Kunjungan Kerja Presiden dan Ibu Negara
- Peluncuran Maskot Piala Asia di Qatar, Tarian Indonesia Ikut Ditampilkan
- Longsor di Banyumas, Penumpang Kereta Api dari Jakarta Harus Ganti Bus
Advertisement
Advertisement