Advertisement
Sepertiga Penyintas Covid-19 Masih Punya Masalah Neurologis

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Sejumlah laporan menunjukkan para penyintas Covid-19 masih mengalami gejala persisten, termasuk yang terkait dengan masalah neurologis. Hal ini menjadi tantangan bagi penyintas dan penyedia terapi pengobatan.
Dalam periode pandemi yang masih berlangsung hingga kini, dokter dan peneliti telah menemukan beberapa manifestasi pasca-covid. Banyak pasien mengalami gejala dan sindrom neurologis sebagai dampak jangka panjang dari Covid-19.
Advertisement
Dilansir dari News-Medical, Rabu (6/1) sebuah studi longitudinal yang diterbitkan di server pracetak medRxiv, menemukan bahwa sepertiga dari penderita infeksi Covid-19 memiliki manifestasi neurologis jangka panjang setelah dirawat di rumah sakit.
Para penyintas menunjukkan beragam gejala neurologis seperti kelelahan, masalah memori, gangguan tidur, mialgia diikuti depresi atau kecemasan, gangguan pengelihatan, tremor, anosmia, dan hilangnya indera penciuman.
Kelompok penelitian melibatkan 165 sampel pasien yang selamat dari Covid-19, yang dinilai ulang sesuai dengan protokol klinis terstruktur dan terstandarisasi. Pasien-pasien ini diperiksa enam bulan setelah keluar dari Unit Covid-19 Rumah Sakit Sipil ASST Spedali, di Italia, antara Februari dan April 2020.
Tim yang melakukan tindak lanjut 6 bulan setelah pasien dirawat inap dan menemukan bahwa mereka menderita kelelahan (34 persen), masalah memori / perhatian (31 persen), dan gangguan tidur (30 persen), ini merupakan gejala yang paling sering dialami.
Setelah pemeriksaan neurologis, para peneliti menemukan bahwa pasien menunjukkan kelainan neurologis, defisit kognitif, hiposmia (penurunan indra penciuman), dan tremor postural, yang paling umum.
Diobservasi bahwa pasien yang melaporkan gejala neurologis adalah yang dipengaruhi oleh parameter infeksi SARS-CoV-2 pernapasan yang lebih parah selama rawat inap.Pasien dengan tingkat keparahan penyakit tinggi melaporkan keluhan memori dan gangguan penglihatan.
Tim menemukan bahwa kelainan neurologis dikaitkan dengan usia yang lebih tua, indeks komorbiditas pra-morbid yang lebih tinggi, BCRSS (Skala Keparahan Pernafasan Brescia-COVID) yang lebih buruk, durasi rawat inap yang lebih lama, dan jumlah gejala neurologis yang lebih tinggi dilaporkan.
Studi ini mendukung bukti sebelumnya tentang konsekuensi jangka panjang Covid-19 yang melibatkan sistem saraf pusat dan perifer. Penyakit in dasarnya adalah penyakit pernapasan. Namun, pemeriksaan lebih dekat mengungkapkan banyak organ dan fungsinya terganggu karena infeksi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Pemerintah Sebut Makan Bergizi Gratis Telah Menjangkau 5,58 Juta Orang
- Pemilu dan Pilkada Diputuskan Diadakan Terpisah, DPR Pertanyakan Posisi Mahkamah Konstitusi
- Terungkap, Mantan Wali Kota Semarang Mbak Ita Melarang Pegawai Bapenda Hindari Panggilan KPK
- Sidang Suap Mantan Wali Kota Semarang, Kepala Bapenda Setor Rp1,2 Miliar ke Mbak Ita
- Pasangan Gay di Lamongan Dicokok Polisi Karena Bikin Konten Pornografi di FB-MiChat
Advertisement

Perekrutan Guru dan Tenaga Kependidikan Sekolah Rakyat Harus Sesuai Domisili
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Paket Makan Bergizi Gratis Selama Liburan Sekolah, dari Roti, Telur, hingga Buah
- Iran Kirim Surat ke PBB, Minta AS dan Israel Tanggung Jawab atas Agresi
- Donald Trump Sebut Iran Punya 4 Situs Nuklir Utama
- Polda Lampung Tindak 693 kendaraan ODOL
- Guru Ngaji di Jaksel Cabuli 10 Santri Perempuan, Begini Modusnya
- Satgas Pangan Panggil Produsen 212 Merek Beras Nakal Hari Ini
- Langgar Hukum Internasional, Indonesia Kecam Serangan ke Iran
Advertisement
Advertisement