Advertisement
Gatot Nurmantyo Mengaku Sudah Peringatkan Pemerintah Ancaman Senjata Biologis Sejak 2017
![Gatot Nurmantyo Mengaku Sudah Peringatkan Pemerintah Ancaman Senjata Biologis Sejak 2017](https://img.harianjogja.com/posts/2020/10/21/1053130/gatotssah.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA — Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo memberikan pernyataan menarik. Ia menilai pemerintahan Jokowi-Ma’ruf dalam penanganan Covid-19 layak mendapat rapor merah.
Padahal, Gatot menuturkan, dirinya sudah memperingatkan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ihwal potensi ancaman senjata biologis dan epidemi sejak tahun 2017. Saat itu, Gatot masih menjabat sebagai Panglima TNI.
Advertisement
“Terjadinya [epidemi] 2019 sampai akhir 2020 dan penanganan pada bulan-bulan pertama itu golden time ini tidak dilakukan, bahkan pada bulan kedua kita masih belum tanggap malah mendatangkan turis,” kata Gatot dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (21/10/2020).
Baca juga: Demo UU Cipta Kerja di Bundaran UGM, Ada 'Dukun' yang Ikut Bersuara
Akibatnya, menurut dia, jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia pada Oktober 2020 sudah mencapai di angka 350 ribu penduduk. Dengan kata lain, jumlah kasus positif itu terbanyak di kawasan Asia Tenggara.
“Sedangkan tes Covid-19 di Indonesia sangat rendah, hanya sekitar 0,88 persen dari total penduduk artinya sekitar 88 orang per 1000 orang penduduk ini sebaga angka [kemampuan tes] terendah di dunia,” ujarnya.
Baca juga: 150.000-an Pekerja Belum Terima Bantuan Subsidi Upah dari Pemerintah
Di sisi lain, dia juga menyoroti ihwal komitmen pemerintah dalam hal anggaran penanganan Covid-19. Dia membeberkan anggaran untuk penanganan Covid-19 hanya sebesar 12 Persen. Sedangkan, anggaran untuk stimulus dunia usaha mencapai 24 persen.
Indonesia mencatat 11.151 pasien meninggal dunia selama 7 bulan perang melawan pandemi Covid-19. Jumlah itu menempatkan negara ini pada urutan ketiga di Asia.
Berdasarkan data dari Worldometers, Senin (5/10/2020) Indonesia kalah dari Iran dengan selisih lebih dari 2 kali lipat. Pada urutan pertama ada India yang mencatat total kematian pasien Covid-19 hampir 10 kali lipat dari Indonesia.
Adapun, Indonesia dalam situs tersebut unggul dalam kasus kematian akibat Covid-19 dari Irak, Turki, Pakistan, Filipina, Bangladesh, dan Arab Saudi. Padahal, seluruh negara ini melaporkan kasus positif yang lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia.
Tingkat kematian memang menjadi satu permasalahan. Berulang kali, baik Presiden dan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menegaskan pentingnya meningkatkan perawatan pasien untuk menekan angka kematian.
Mengacu pada data tersebut, tingkat kematian di Indonesia per 4 Oktober 2020 sebesar 3,67 persen. Angka ini dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata negara di Asia, yakni 1,82 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Bisnis.com
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- WNI Jadi Sopir Bus Asing Pertama di Jepang, Hasil Program Pekerja Terampil
- Putusan Sengketa Pilkada di MK, 270 Kandas, 40 Perkara Lainnya Berlanjut
- Terkait Gratifikasi Rita Widyasari, KPK Geledah Rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto
- Sejumlah Fakta Muncul dari Kecelakaan Maut Tol Ciawi, Kendaraan yang Terlibat, Jumlah Korban hingga Kronologi Kejadian
- Pembangunan Pusat Data Nasional Batam Disetop, Ini Alasannya
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2025/02/07/1203372/kereta-api.jpg)
KAI Operasionalkan KA Batavia Relasi Solo- Jakarta PP, Segini Harga Tiketnya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kapolri Tegaskan Rekrutmen Jalur Santri Bakal jadi Program Prioritas
- Prabowo Kembali Beri Ultimatum kepada Oknum-oknum Korup di Indonesia
- Pemerintah Identifikasi 351 Jalur Tikus Penyelundupan Barang Ekspor maupun Impor di Indonesia
- Kapan Musim Hujan Berakhir? Begini Penjelasan BMKG
- China Dukung Thailand Putus Aliran Listrik ke Lokasi Penipuan Telekomunikasi di Myanmar
- TNI AL Bongkar Pagar Laut Sepanjang 22,5 Km di Tangerang
- Kejagung Ungkap Peran Dirut PT KTM dalam Kasus Importasi Gula
Advertisement
Advertisement