Advertisement
Meski Hujan Deras Demonstran Tolak UU Cipta Kerja Tetap Bertahan

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Aksi unjuk rasa menolak Omnibus, Undang-Undang Cipta Kerja (Ciptaker), di Jakarta masih terus berlangsung hingga sore hari ini Jumat(16/10/2020).
Berdasarkan pantauan Bisnis, pukul 16.20 WIB, ratusan mahasiswa yang berunjuk rasa menolak UU Ciptaker, yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) masih tetap bertahan meski hujan deras mengguyu kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Advertisement
Orasi dari sejumlah mahasiswa pun masih terus terdengar lantang di sekitar kerumunan aksi massa tersebut. Seperti diketahui, mahasiswa mulai berdatangan ke kawasan Patung Kuda, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, sekitar pukul 13.45 WIB. Aparat kepolisian pun telah bersiaga di sekitar lokasi kendati suasana masih tampak lengang.
BACA JUGA : UU Cipta Kerja, Hotman Paris: Ada Kabar Baik
Tepat di samping Patung Kuda, di depan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif puluhan mahasiswa berbendera Badan Eksekutif BEM SI mulai berorasi.
“Undang-Undang Cipta Kerja Omnibus Law hanya melayani investor-investor jahat dan bukan kepada rakyat,” pekik salah seorang orator.
Di lokasi yang sama, sekelompok pengunjuk rasa yang juga menolak Undang-Undang Cipta Kerja menjalankan ritual untuk menyantet anggota DPR RI.
“Dukun santet dari Banten, dari Banyuwangi, mak Lampir, monggo kalau mau mulai ritual santetnya untuk anggota DPR dipersilakan” ujar orator dari Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI).
BACA JUGA : Bukan 25 Kali, Ini Perhitungan Pesangon Pensiun Buruh
Dari pantauan JIBI/Bisnis, di dalam massa SRMI tampak beberapa orang yang mengenakan jubah hitam bertuliskan dukun dari Banten, dukun dari Banyuwangi, hingga perempuan yang berdandan seperti sosok Mak Lampir.
Kegiatan itu merupakan sebuah aksi teatrikal yang menjadi salah satu bagian dari aksi unjuk rasa yang dilakukan SRMI yang juga menentang kehadiran Omnibus Law.
“Kami tidak butuh anggota DPR yang berjas parlente, bersepatu licin seperti kaca, kami butuh wakil rakyat yang mendukung rakyat. Undang-undang [Ciptaker] dibuat untuk kepentingan investor kapitalis,” pekik sang orator.
SRMI pun memastikan jika aspirasi rakyat tidak digubris pemerintah dan DPR maka mereka mengancam akan menggerakkan massa rakyat miskin lebih besar lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Puluhan Ribu Warga Turki Turun ke Jalan, Tuntut Erdogan Mundur
- Hidup Jadi Tenang di 9 Negara yang Tak Punya Utang
- Menkeu Purbaya Jamin Bunga Ringan untuk Pinjaman Kopdes ke Himbara
- Ini Duduk Perkara Temuan BPK Soal Proyek Tol CMNP yang Menyeret Anak Jusuf Hamka
- PT PMT Disegel KLH, Diduga Sumber Cemaran Zat Radioaktif
Advertisement

Polda DIY Sebut Kerugian Akibat Demonstrasi Capai Rp28 Miliar
Advertisement

Pemkab Boyolali Bangun Pedestrian Mirip Kawasan Malioboro Jogja
Advertisement
Berita Populer
- Pejabat Malaysia Terima Ancaman Lewat Surel
- Sushila Karki Jadi Perdana Menteri Nepal, China Ucapkan Selamat
- Gempa Magnitudo 3,1 Guncang Cilacap Dini Hari Ini
- Kematian Mahasiswa Unnes saat Demo di Semarang Sedang Diinvestigasi
- 7 Jenazah Korban Kecelakaan Bus RS Bina Sehat Dimakamkan di Jember
- Daftar 10 Negara yang Menolak Palestina Merdeka
- Polisi Selidiki Penyebab Kecelakaan Maut Bus Rombongan Rumah Sakit Bina Sehat
Advertisement
Advertisement