Advertisement

Ada Bukti Baru, Seseorang Dapat Terinfeksi Covid-19 Dua Kali

Newswire
Kamis, 27 Agustus 2020 - 12:17 WIB
Nina Atmasari
Ada Bukti Baru, Seseorang Dapat Terinfeksi Covid-19 Dua Kali Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA- Sebuah bukti baru datang dari seorang pria berusia 33 tahun di Hong Kong yang pertama kali didiagnosis positif Covid-19 pada Maret lalu.

Ia mematahkan dugaan para ahli kesehatan yang menyebut bahwa seseorang bisa terinfeksi Covid-19 dua kali.

Advertisement

Awalnya, pria ini mengalami batuk, sakit tenggorokan, demam, dan sakit kepala selama 3 hari. Ia pun dirawat di rumah sakit sampai hasil tes dua kali menyatakannya negatif pada pertengahan April.

Baca juga: Catat! Produsen Obat dan Kosmetik Diimbau Cantumkan Iklan Protokol Kesehatan di Kemasan

Namun pada 15 Agustus, pria itu kembali ke Hong Kong dari perjalanannya baru-baru ini ke Spanyol dan Inggris. Di bandara, dia diskrining menggunakan tes yang memeriksa air liur untuk mendeteksi virus corona. Hasilnya dinyatakan positif, meski ia merasa tak memiliki gejala.

Pria ini pun dibawa ke rumah sakit untuk pemantauan. Viral load-nya - jumlah virus yang ada di tubuhnya - turun seiring waktu, menunjukkan bahwa sistem kekebalannya menangani infeksi ini dengan sendirinya.

Baca juga: Begini Kronologi Temuan 7 Tenaga Kesehatan RS Pratama Jogja Positif Covid-19

Ketika dirawat di rumah sakit, dokter mengurutkan genom virus yang menginfeksinya. Dan hasilnya, sedikit berbeda dari satu infeksi ke infeksi berikutnya, menunjukkan bahwa virus telah bermutasi - atau berubah - dalam 4 bulan sejak infeksi pertamanya. Itu juga membuktikan bahwa virus corona ini mungkin saja menginfeksi orang yang sama dua kali.

Para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menanggapi kasus tersebut pada jumpa pers hari Senin (24/8/2020).

“Apa yang kami pelajari tentang Covid-19 adalah bahwa orang mengembangkan kekebalan. Yang belum sepenuhnya jelas adalah seberapa kuat respons imun itu dan berapa lama respons imun itu bertahan,” kata Maria Van Kerkhove, PhD, seorang ahli epidemiologi penyakit menular dari Organisasi Kesehatan Dunia di Jenewa, Swiss, seperti dikutip dari WebMD.

Sebuah studi tentang kasus pria tersebut sedang disiapkan untuk diterbitkan di jurnal Clinical Infectious Diseases. Para ahli mengatakan bahwa temuan tersebut seharusnya tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi memiliki implikasi penting bagi pengembangan kekebalan tubuh dan upaya untuk menghasilkan vaksin dan pengobatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Suara.com

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

Jadwal Kereta Bandara YIA Xpress Sabtu 20 April 2024, Tiket Rp50 Ribu

Jogja
| Sabtu, 20 April 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement