Advertisement
Tertekan di Rumah Akibat Corona, Anak Bisa Alami Gangguan Jiwa

Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Berada di dalam rumah dalam waktu lama, belajar dan beraktivitas semua di dalam rumah ketika pandemi Covid-19 ternyata bisa berpotensi membuat anak mengalami gangguan jiwa. Salah satu faktornya adalah karena harus mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Fidiansjah mengatakan bahwa saat ini jumlah anak di populasi Indonesia ada sekitar 30,1 persen atau sekitar 79,5 juta.
Advertisement
Adapun, selama penerapan PJJ saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) hanya 68 persen anak yang punya akses.
“Berarti 32 persen lainnya tidak punya sarana, mereka harus belajar sendiri. Dari sini, 37 persen anak akhirnya tidak bisa mengetahui waktu belajar, 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran, dan 21 persen tidak memahami instruksi guru,” jelas Fidiansjah, Senin (20/7/2020).
BACA JUGA : Survei: Anak Muda Yakin Pandemi Covid-19 di Indonesia
Selain itu, dengan berada di rumah, belajar harus didampingi oleh orangtua. Ternyata, hal ini juga membawa dampak psikososial bagi anak yang jumlahnya cukup mengkhawatirkan.
Berdasarkan survei Kementerian Kesehatan saat ini 47 persen anak bosan tinggal di rumah, 35 persen anak merasa khawatir ketinggalan pelajaran, dan 34 persen takut terpapar Virus Corona walaupun sudah berada di rumah.
“Hal ini karena harus belajar dengan cara yang tidak seperti biasa,” imbuhnya.
Sementara itu, 20 persen anak rindu dengan teman-temannya, 10 persen khawatir tentang penghasilan orangtuanya, 11 persen merasakan kekerasan fisik, dan 62 persen anak mengalami kekerasan verbal karena proses belajar mengajar yang tidak lazim.
Pemerhati kesehatan jiwa anak dari UNICEF Ali Aulia Ramly mengonfirmasi bahwa jumlah kejadian kekerasan pada anak di Indonesia memang tinggi dan mengkhawatirkan.
BACA JUGA : Anak 15 Tahun Asal Berbah Terinfeksi Corona, Ini Data
Pada survei UNICEF dengan responden sekitar 1000-1200 orang, ternyata 200-300 di antaranya mengalami kekerasan ketika menjalani pembelajaran secara daring.
“Kita punya kesempatan pendidikan secara daring tapi juga menimbulkan risiko. Persoalan bukan hanya karena anak diam di rumah, tapi ada tekanan psikologis ketika kekerasan meningkat di dalam rumah, ini harus jadi perhatian bersama,” kata dia.
Contoh kekerasan verbal yang kadang tak disadari orangtua atau lingkungan sekitar anak misalnya adalah menjelekkan atau merendahkan anak ketika tidak bisa melakukan tugasnya seperti menyalakan komputer atau mengerjaakan tugas dari guru.
Belum lagi, kadang orangtua suka melakukan kekerasan fisik seperti mencubit untuk mendisiplinkan karena tida bisa mengerjakan tugasnya. Ini bisa masuk dalam kekerasan fisik dan mengganggu kejiwaan anak.
“Ini perlu kita perhatikan dan kita cegah,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Profil Eddie Nalapraya, Bapak Pencak Silat Dunia yang Wafat di Usia 93 Tahun
- BNN Ungkap Wilayah Pesisir dan Perbatasan Rawan Peredaran Narkoba, Begini Polanya
- Seorang Perawat Rumah Sakit di Cirebon Diduga Lecehkan Remaja Disabilitas, Polisi Periksa 11 Saksi
- Mensos Usahakan Siswa Lulusan Sekolah Rakyat Dapat Beasiswa
- Dukung Pengamanan Kejaksaan oleh TNI, Wakil Ketua Komisi 1 DPR: Untuk Efektifkan Penegakan Hukum
Advertisement

Pekerja Tersengat Listrik Saat Pasang Rangka Baja Ringan di Karangwaru
Advertisement

Destinasi Kepulauan Seribu Ramai Dikunjungi Wisatawan, Ini Tarif Penyeberangannya
Advertisement
Berita Populer
- Presiden Prancis Emmanuel Macron Dituduh Pakai Narkoba Saat ke Ukraina, Ini Tanggapan Kantor Kepresidenan
- Menham Natalius Pigai Dukung Pendidikan Militer Ala Dedi Mulyadi
- Krisis Kemanuasiaan Kian Parah di Gaza, Prancis Minta Perjanjian Uni Eropa-Israel Dievaluasi
- SETARA Nilai Pengerahan Prajurit TNI Jaga Kejaksaan Langgar Konstitusi
- BNN Ungkap Wilayah Pesisir dan Perbatasan Rawan Peredaran Narkoba, Begini Polanya
- Tarik Parkir Rp50.000, Sembilan Jukir Berpakaian Ormas di Jakpus Ditangkap Polisi
- 1.475 KK di Pamekasan Terdampak Banjir
Advertisement