Advertisement
Corona Membuat Petani Indonesia Makin Merana
Petani di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan, sedang memanen padi. - JIBI/Bisnis.com
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA - Pandemi corona (Covid-19) memengaruhi nilai tukar petani (NTP) Indonesia. Petani di Indonesia kian tertekan dan terpojok menyusul kembali turunnya NTP per Mei 2020 sebesar 99,47 atau lebih rendah 0,85 persen dibandingkan dengan bulan April sebesar 100,32.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengatakan penurunan yang terus terjadi sejak awal tahun ini semakin memprihatinkan, terutama di tengah kondisi musim panen raya yang seharusnya berlangsung selama bulan Mei 2020.
Advertisement
Menurutnya, pandemi Covid-19 menyebabkan hasil panen terserap secara maksimal di pasaran karena berkurangnya pendapatan masyarakat atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang ditetapkan oleh pemerintah.
”Belum lagi kebijakan PSBB yang mau tidak mau memengaruhi kelancaran distribusi komoditas pangan antarkota, antarprovinsi dan antarpulau. Walaupun pangan dikecualikan dari penerapan PSBB, adanya pemeriksaan di pos-pos yang berada di check point tertentu tentu berdampak pada kelancaran lalu lintas,” ujar Galuh dalam siaran persnya, Kamis (4/6/2020).
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), turunnya NTP juga dibarengi dengan adanya perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar -0,07 persen pada Mei 2020 yang disebabkan oleh turunnya indeks di kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Lesunya daya beli masyarakat juga mempengaruhi nilai inflasi. Badan Pusat Statistik mencatat adanya penuruan tingkat inflasi Mei 2020 sebesar 0,07 persen (month to month) atau 2,19 persen (year on year).
Pola inflasi yang nyatanya tidak biasa ini disebabkan oleh adanya penurunan permintaan akibat kedua hal tadi, yaitu lemahnya daya beli dan pembatasan aktivitas masyarakat.
Dalam usahanya menjaga ketahanan pangan, lanjut Galuh, pemerintah selalu menjadikan ketersediaan dan stabilitas harga pasokan pangan sebagai fokus utama di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus berlangsung.
"Namun, terkadang para petani yang merupakan produsen bahan pangan tersebut justru luput dari perhatian pemerintah. Padahal, jika ingin melancarkan sisi hilir, sisi hulu lah yang seharusnya diperhatikan terlebih dahulu,"
Adapun, kata Galuh, untuk tetap mendukung petani, perlindungan sosial bagi petani agar mereka tetap produktif dalam memproduksi pangan merupakan hal yang paling terpenting untuk dilakukan.
Selain itu Bulog harus menyerap pangan dari petani dengan harga yang menguntungkan petani, pemerintah juga telah menggalakkan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi petani.
"Agar program KUR ini efektif, syarat pengajuan dan prosedurnya juga idealnya dipermudah," tuturnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- BPS: 6,3 Juta Orang Bekerja di Sektor Transportasi dan Pergudangan
- Serangan Beruang Meningkat, Jepang Izinkan Polisi untuk Menembak
- PBB Khawatirkan Keselamatan Warga Sipil Akibat Perang di Sudan
- Dari Laporan Publik hingga OTT: Kronologi Penangkapan Abdul Wahid
- Media Asing Ungkap Kamboja Tangkap 106 WNI Terkait Jaringan Penipuan
Advertisement
Sleman Gelar Geosembada Award untuk Perangkat Daerah Terbaik
Advertisement
Fakta Unik Kota Mawsynram, Tempat Terbasah di Planet Bumi
Advertisement
Berita Populer
- Hasil Korea Masters 2025: Zaki Lolos ke 8 Besar, Saut Tersingkir
- Ghazala Hashmi, Wakil Gubernur Muslim Pertama di Virginia
- 4 SPPG di Bantul Ditutup Buntut Kasus Keracunan
- Trump Marah Besar Usai Partai Republik Kalah di Pilkada AS
- Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum Dilecehkan Saat Blusukan
- Bus Sekolah Rakyat Segera Digunakan untuk Keliling Museum di DIY
- 3 Bansos Cair di Gunungkidul November, Ini Daftar Penerimanya
Advertisement
Advertisement



