Advertisement
Vaksin Darurat Covid-19 Tersedia Paling Lambat Februari 2021
Ilustrasi - Freepik
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA – Mantan Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India (ICMR) NK Ganguly mengatakan vaksin darurat untuk Covid-19 akan tersedia paling lambat pada Januari atau Februari 2021.
Ganguly mengatakan bahwa sebagian besar program pengembangan vaksin bertujuan mengidentifikasi kode genetik protein yang digunakan virus corona SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel manusia.
Advertisement
Dalam pengembangan vaksin, kode tersebut digunakan untuk memicu respons kekebalan terhadap paparan berikutnya pada orang yang divaksinasi, tambahnya.
"Vaksin darurat akan tersedia untuk digunakan paling lambat Januari atau Februari 2021," kata Ganguly dikutip dari timesofindia.com.
RNA adalah bahan genetik virus dan messenger RNA atau vaksin mRNA yang sepenuhnya sintetik.
Setelah mengetahui urutan antigen target, produksi vaksin dapat dipercepat, dan infrastruktur ini juga dapat dimanfaatkan oleh vaksin mRNA lain yang mengandung urutan yang berbeda.
Ganguly menyebut bahwa vaksin sintetis mRNA dikembangkan dengan bantuan izin yang dipercepat dari pihak berwenang, lazimnya memakan waktu 5 tahun, namun untuk vaksin Covid-19 jangka waktu itu dipangkas.
Biasanya, perjalanan pengembangan vaksin, dari laboratorium ke pasar, rata-rata membutuhkan waktu antara lima hingga sepuluh tahun.
Menurut Pusat Informasi Bioteknologi Nasional, vaksin mRNA merupakan alternatif yang menjanjikan daripada pendekatan vaksin konvensional karena potensinya yang tinggi, kapasitas untuk pengembangan yang cepat dan potensi untuk pembuatan berbiaya rendah, serta administrasi yang aman.
Ganguly mengatakan India sedang menguji dengan latar belakang 1,3 miliar populasi, tidak seperti Korea Selatan dan China.
"Pihak berwenang sedang menguji virus di cluster dan hotspot. Dengan 1,3 miliar populasi di negara ini harus ada setidaknya 1 juta tes seminggu. Tapi, kita tidak bisa menempatkan semua uang dan sumber daya dalam pengujian, oleh karena itu, India menggunakan strategi uji cerdas, dan ini fair untuk India. Juga, India tidak memiliki infrastruktur seperti Korea Selatan dan China, "katanya.
Ganguly juga menjelaskan bahwa penularan virus corona tertinggi di hot spot dan cluster, oleh karena itu, ini harus ditargetkan melalui strategi pengujian cerdas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
- Surya Group Siap Buka 10.000 Lowongan Kerja di Tahun 2026
- Konser Amal di Tangerang Galang Rp1,3 Miliar untuk Sumatera dan Aceh
- Musim Flu AS Catat 2,9 Juta Kasus, 1.200 Orang Meninggal
- Korupsi Kepala Daerah Masih Terjadi, Pakar Nilai Retret Bukan Solusi
- PBB Desak Israel Buka Akses Bantuan, Palestina Angkat Bicara
Advertisement
Berkah Harga Cabai, Petani Kulonprogo Untung Bersih Rp60 Juta
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Voli Pantai Putra Indonesia Jaga Rekor Tak Terkalahkan di SEA Games
- Buntut Kisruh, Polda Metro Jaya Evaluasi SOP Penarikan Kendaraan
- Pemerintah Siapkan Hunian Korban Bencana di Sumatera
- Canter Bus Bisa Jadi Andalan Angkutan Wisata Jogja-Solo
- Bakmi dan Seni Menyatu dalam Pameran Memori Papila
- Kericuhan Kalibata Tewaskan Dua Debt Collector, Kerugian Rp1,2 M
- UPN Beri Penghargaan untuk Suryo, Dinilai Ciptakan Lapangan Kerja
Advertisement
Advertisement




