Advertisement

Vaksin Darurat Covid-19 Tersedia Paling Lambat Februari 2021

Nancy Junita
Senin, 25 Mei 2020 - 10:27 WIB
Budi Cahyana
Vaksin Darurat Covid-19 Tersedia Paling Lambat Februari 2021 Ilustrasi - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JAKARTA – Mantan Direktur Jenderal Dewan Penelitian Medis India (ICMR) NK Ganguly mengatakan vaksin darurat untuk Covid-19 akan tersedia paling lambat pada Januari atau Februari 2021.

Ganguly mengatakan bahwa sebagian besar program pengembangan vaksin bertujuan mengidentifikasi kode genetik protein yang digunakan virus corona SARS-CoV-2 untuk masuk ke dalam sel manusia.

Advertisement

Dalam pengembangan vaksin, kode tersebut digunakan untuk memicu respons kekebalan terhadap paparan berikutnya pada orang yang divaksinasi, tambahnya.

"Vaksin darurat akan tersedia untuk digunakan paling lambat Januari atau Februari 2021," kata Ganguly dikutip dari timesofindia.com.

RNA adalah bahan genetik virus dan messenger RNA atau vaksin mRNA yang sepenuhnya sintetik.

Setelah mengetahui urutan antigen target, produksi vaksin dapat dipercepat, dan infrastruktur ini juga dapat dimanfaatkan oleh vaksin mRNA lain yang mengandung urutan yang berbeda.

Ganguly menyebut  bahwa vaksin sintetis mRNA dikembangkan dengan bantuan izin yang dipercepat dari pihak berwenang, lazimnya memakan waktu 5 tahun, namun untuk vaksin Covid-19 jangka waktu itu dipangkas.

 Biasanya, perjalanan pengembangan vaksin, dari laboratorium ke pasar, rata-rata membutuhkan waktu antara lima hingga sepuluh tahun.

Menurut Pusat Informasi Bioteknologi Nasional, vaksin mRNA merupakan alternatif yang menjanjikan daripada pendekatan vaksin konvensional karena potensinya yang tinggi, kapasitas untuk pengembangan yang cepat dan potensi untuk pembuatan berbiaya rendah, serta  administrasi yang aman.

Ganguly mengatakan India sedang menguji dengan latar belakang 1,3 miliar populasi, tidak seperti Korea Selatan dan China.

"Pihak berwenang sedang menguji virus di cluster dan hotspot. Dengan 1,3 miliar populasi di negara ini harus ada setidaknya 1 juta tes seminggu. Tapi, kita tidak bisa menempatkan semua uang dan sumber daya dalam pengujian, oleh karena itu, India menggunakan strategi uji cerdas, dan ini fair untuk India. Juga, India tidak memiliki infrastruktur seperti Korea Selatan dan China, "katanya.

Ganguly juga menjelaskan bahwa penularan virus corona tertinggi di hot spot dan cluster, oleh karena itu, ini harus ditargetkan melalui strategi pengujian cerdas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

alt

LITERASI KESEHATAN: Warga Lansia Diminta Bijak Memilih Jenis Olahraga

Gunungkidul
| Jum'at, 26 April 2024, 22:07 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement