Advertisement
Dampak Covid-19, Prospek Angkasa Pura I Jadi Negatif
PT Angkasa Pura I menghabiskan dana sebesar Rp10,5 triliun untuk pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) yang berada di Kulon Progo, Yogyakarta. - Bisnis/Rinaldi M. Azka
Advertisement
Harianjogja.com, JAKARTA— Prospek atau outlook PT Angkasa Pura I (Persero) direvisi oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) karena tidak tercapainya target pendapatan pada 2019. Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Angkasa Pura I melaporkan hasil pemeringkatan terbaru. Pefindo menetapkan kembali peringkat idAAA atau Triple A untuk perusahaan namun merubah outlook perseroan dari stabil menjadi negatif.
Manajemen Angkasa Pura I menjelaskan bahwa perubahan outlook karena tidak tercapainya target lalu lintas penumpang, pesawat, dan kargo pada 2019. Akibatnya, target pendapatan perseroan periode 2019 tidak tercapai.
Advertisement
Angkasa Pura I menyebut tidak tercapainya target tahun lalu disebabkan oleh beberapa faktor eksternal. Salah satunya kebijakan maskapai menaikkan harga tiket domestik dan mengurangi frekuensi penerbangan.
Selain itu, kebijakan penghapusan allowance baggage di beberapa maskapai juga menjadi penyebab tidak tercapainya target perseroan tahun lalu. Penyebab lainnya menurut perseroan yakni tertundanya rencana pengambilalihan empat bandara milik Kementerian Perhubungan dan pengoperasian tujuh ruas tol Trans Jawa.
BACA JUGA
Sementara itu, Angkasa Pura I menyebut penyebaran pandemi Covid-19 membuat diterapkannya sejumlah aturan pembatasan yang berdampak terhadap kinerja operasional. Kondisi itu mengakibatkan penurunan lalu lintas penumpang dan pesawat yang cukup signifikan.
Secara terpisah, Analis Pefindo Emanuel Paco Tan dan Martin Pandiangan mengatakan revisi outlook Angkasa Pura I untuk mengantisipasi pendapatan yang menurun dalam jangka waktu dekat. Hal itu sebagai akibat dari pandemi Covid-19.
“Pandemi Covid-19 yang sangat mempengaruhi kemauan konsumen untuk berpergian dan adanya penerapan Peraturan Menteri Perhubungan No 25/2020 yang secara sementara membatasi perjalanan penumpang, termasuk perjalanan dengan transportasi udara dari 24 April 2020 sampai 1 Juni 2020,” ujar Tim Analis Pefindo melalui siaran pers yang dikutip, Kamis (20/5/2020).
Pefindo menyebut penerapan karantina wilayah di sebagian besar negara pada akhir kuartal I/2020 akan berdampak terhadap industri bandara. Oleh karena itu, pandemi akan berdampak negatif terhadap arus kas dari kegiatan operasi perusahaan dalam jangka waktu dekat karena pendapatan yang lebih rendah dan porsi biaya operasional tetap yang signifikan.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia, Angkasa Pura I sedikitnya memiliki utang delapan obligasi yang akan jatum tempo mulai 2021 hingga 2026. Total emisi obligasi itu mencapai Rp5,25 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
40 Calon Jemaah Haji Gunungkidul Tunda Berangkat 2026
Advertisement
Jepang Naikkan Biaya Visa dan Pajak Turis untuk Atasi Overtourism
Advertisement
Berita Populer
- Prediksi PSM vs Malut United: Misi Juku Eja Hadang Laju Tamu
- Wisatawan Jogja Diimbau Parkir Resmi Hindari Tarif Nuthuk
- Pendapatan ChatGPT Mobile Tembus Rp50 Triliun
- Emil Audero Gemilang, Cremonese Tahan Imbang Lazio
- Kerja Sama Sampah Gunungkidul dengan Kota Jogja Terancam Batal
- Tak Kenal Usia, 31 Santri Lansia Ponpes Sabilun Najah Diwisuda
- Singapura Berlakukan Hukuman Cambuk Wajib bagi Penipu
Advertisement
Advertisement



